2/28/2006

Di jalan dakwah insya Allah kita menikah

Waktu pun berjalan terasa lambat, dan kita lewati banyak kali dengan diam. Hanya saling tukar menukar "tahajud call" setiap dini hari. Berharap, berdo'a dan memohon semoga Allah meridhoi, memberkahi dan memberikan kemudahan rencana kita ini. Biarkan orang bilang kuno, aneh atau mungkin "emang bisa ?". Namun itulah indahnya saat-saat menunggu sesuatu yang akan dihalalkan oleh Allah Azza Wa Jalla.

Godaan itu sering kali datang, namun dengungan untuk memperbaiki diripun tak kalah hebatnya. Saya merasakan itu, tentunya kamu juga ? Kita memang bukan malaikat, yang bisa tak pernah salah atau selalu handal dalam menahan godaan. Tapi kita punya jalan bertobat, memohon ampunan setiap kesalahan yang kita lakukan.

Minimalisir... minimalisir... terus dan terus, kalo pun kita tersesat. Cepat kembali !

Disaat itu nanti ...
manfaatkan keberadaan saya dan kamu untuk saling mengingatkan. Kadang saya kehilangan haluan, ada kamu yang menuntun kemana saya harus pergi. Kadang kamu kehilangan arah, insya Allah saya memegang kompas pedoman arah.

Disaat itu nanti ...
Kadang saya letih, dipelukanmulah saya bisa tertidur. Kadang kamu sedih, didada sayalah kamu bisa menangis. Tapi ingat, saya bukanlah manusia sempurna seperti Rasulullah SAW atau Syaidina Ali , begitu juga kamu bukan wanita terhebat seperti Aisyah ra atau Fatimah Azzahro. Tapi kita adalah pribadi muslim yang diurutkan berbaris rapi, yang mungkin kita berada di sekian milyar urutan ketakwaan dan kesempurnaan.

Disaat itu nanti ...
Kita berdua berusaha untuk bisa maju kedepan selangkah demi selangkah, berusaha mendekatkan jarak kita dengan derajat ketakwaan para orang-orang sholeh. Letih, tertatih-tatih ... memang ! disamping kamu ada aku dan disamping aku ada kamu, Allah melihat dan tersenyum kepada kita. Genggam tangan ini dan mari kita berlari ! kejar kehidupan mujahid sejati !

Dan yang pasti sebelum itu ...
Di jalan dakwah insya Allah kita menikah ...