2/27/2003

hey ! ini baru 2 ... lembaran hitam yang terjalin sendiri satu persatu hingga hampir menutup semua permukaan hati yang terkekang dalam arti sebuah kebebasan karena "kau !" akan ku urai kembali dan kulemparkan kewajah mu !.
05.40 PM ...bang ! booom ! aku menang ! 2 - 0 jangan lari "kau !" perperangan kita masih panjang. 2 kali dari perputaran 7 hari bergulir akanku bikin perhitungan untukmu dan aku akan menang. ya ... ingat dengan baik waktu itu, "kau !" bersiap-siaplah dengan segala senjata begitu juga berjuta tipu daya.mari kita buktikan siapa yang menjadi zat sejati di depan mata NYA.
Untuk sang al-shabahah * al-jamal * al-halawah terima kasih telah kamu ingatkan kembali dimana tempat senjata dan mesiu yang terpendam jauh di dasar jurang kelam itu . Ini kuhadiahkan untuk NYA terimalah sujud ku ini semoga ENGKAU meridhoi,dan kini ? "kau !" tunggu saat pembalasan ku selanjutnya karena kita tak akan selesai selagi jantungku masih berdetak dan selagi darahku masih mengalir... ingat itu !

2/24/2003

lihat... hari ini tak lagi kaku seperti yang disangka, semakin banyak bumbu manis ditaburkan dalam tiap detik pergeseran waktu. Aku semakin menyadari 24 jam itu tak cukup bagi kita untuk menuangkan isi kepala dalam obrolan singkat apalagi isi hati dalam perhatian yang hangat. Disadari ataupun tidak kita telah berusaha menjalin sebuah rasa yang sampai saat ini aku sendiri belum berani mengatakan kata apa yang patut untuk mewakili semua itu. Kejujuran sikap yang lugas dan apa adanya itu selalu menjadi basis dari semua ungkapan-ungkapan itu. Aku juga heran kenapa keterusterangan menjadi fasih di lidah ku jika berhadapan denganmu yang mana terkadang aku sering untuk menutup semuanya jika ada yang berkeinginan mengetahuinya... untuk apa ? keterusterangan itu hanya untuk orang yang berhak menerima nya sesuai dengan porsi mereka masing-masing. dan kamu ? aku berikan porsi terbesar. kok bisa ? aku tak mau menjawab disini, dan lagipula kamu pasti tau kenapa tanpa kuberitahukan secara lisan atau tulisan.
Lumayan indah hari ini kujalani walaupun baru bergeser 5 jam sejak mataku terjaga dari pembaringan. capek ? sedikit, tapi tak akan terasa jika aku mengingat kita di kemaren hari. Bukan kah itu sebuah anugerah ? indah dan kembali jalani jalur-jalur yang kita yakini benar ... jadi tidak ada sebuah alasan pun yang menjadikan kita berhenti begitu saja. Memang kita punya hasrat, tetapi kita dikarunia qalbu untuk mengendalikannya. so, mari kita selaraskan 2 hal itu ... setuju ?

Diantara Kursi Penjerit, Pikiran yang Pelit dan Pintu Penjepit

Sebuah goresan di atas kertas tak bertuan dan menancapkan kisah singkat sang pejalan dan masih belum berujung

KURSI PENJERIT

17 Desember 2002
Sebenarnya banyak yang mesti kutulis di buku ini. Tapi kadang aku terbawa arus malas yang setiap saat teruus menghantui. aku bingung, 6 bulan bukanlah waktu yang singkat untuk dilewati namun begitulah kenyataannya. Tak banyak memberi perubahan dalam hari yang berarti kata para filsafat diseberang sana.

Kebimbangan sering kuusung sehingga memaksa dan terbujuk dengan keterlenaan bertubi yang semestinya harus dibunuh. Entahlah... apakah imbas dari kebosanan atau memang dalam pencarian ketetapan hati tapi yang jelas bukanlah pengaruh orang yang merasuk dari kiri dan kananku.

Aku coba berkaca, wajah yang terpampang disana bukanlah lekuk-lekuk yang kukenal 3 tahun yang lalu. Ingin kugores kaca itu, tapi untuk apa ? takkan merubah apa yang menjadi tuan di dalamnya. Sedikit demi sedikit aku sering merasakan, dibagian paling dalam kurasakan kelunturan dan mulai pudar. Kadang panggilan yang dikumandangkan 5 kali sehari itu tak seberapa yang bisa kupenuhi, bahkan telinga ini seakan tuli dengan irama padang pasir itu. Aku sadar lebih banyak menerima panggilan yang membuatku sekejap menajadi panas dari apa yang kulihat dengan kedua mata pemberian ini.

Jika kita beranjak membicarakan apa yang kulakukan dalam ruangan yang tersusun atas 40 buah bangku dan papan tulis serta peralatan lainnya. Aku terkadang muak ! berada disana. Rutinitas yang menoton tanpa adanya sedikit pergeseran walaupun cuma sekedar kejutan-kejutan kecil. Aku bagai melihat text booker yang pongah berdiri didepan sana. Berbicara bagai suara pembacaan teks undang-undang dasar 45. Raut wajah yang selama sat setengah jam tak pernah bergeser dari rasa tawar, hambar begitu juga dengan tekanan yang datar tanpa ada sedikit rileks kurasakan.

Sabar ? beribu sudah meluncur polos dari bibirku dan malaspun menjadi sebuah pelampiasan. Karena aku bukan sang jenius yang mampu menyerap semua dengan melihat si text book itu berdendang. Jika di ibaratkan sebuah grafik tegangan ataupun arus yang mana di layar monitor keadaannya konstan dan dipaksa untuk memperhatikan selama satu setengah jam apakah bukan hal yang sangat membosankan dan memuakkan.

Kuperhatikan wajah-wajah dalam ruangan ini satu persatu. Kenapa bisa begitu serius untuk mencerna ? apakah sebuah polos kebohongan atau memang mereka para pemikir yang mampu berbuat dengan kondisi seperti itu ? atau kah aku yang sudah buntu melihat hal yang sama selama 3 ssemester berjalan ?
bukan dari siapa yang memberikan tetapi ibaratka sebuah pintu yang enggan untuk dimasuki karena terlalu diam. Tapi kenapa dengan hanya duduk di depan layar monitor 14 inch semuanya bagai kehilangan waktu yang begitu cepat ? padahal tak mampu bicara ataupun tertawa.

Sedikit aku bergeser melirik benda yang kududuki sekarang. Aku tak tau entah berapa lama aku menarok pantat disana yang semakin panas dan bagai duduk diatas bara api. Keras memang bahkan terkesan seadanya saja. trus apa yang berkelebat buas dalam benak ku ? apakah ini kursi yang dibelikan dengan uang 1/2 juta yang kubayarkan setiap semester ?

Gedung ini lumayan gagah berdiri, tapi didalam nya ? aku tak bisa nyaman untuk sebuah kata duduk. Andai kulihat apa yang terjadi pada bagian pantatku ini mungkin sudah menggores merah bekas pinggiran papan-papan selebar 5 cm.
Ah ! sekarang jam berapa ? berapa lama lagi ? kok lama banget ? bosan ! muak ! 3 kali sudah rentetan pertanyaan itu menyelinap manis dalam hatiku dan aku belum sempat menemukan jawaban yang tepat.

Aku lihat satu persatu wajah-wajah tadi mulai layu dan sedikit kelelahan ... mungkin kah mereka merasakan kursi penjerit ? seperti yang kurasakan tadi ...

PIKIRAN YANG PELIT ?

20 Feb 03
Untuk ke 3 kalinya aku seduh kopi dengan air panas ke dalam cangkir "equal" sejak kedatanganku di kota rimba ini. Tidak seperti biasanya aku suka akan bubuk hitam ini. padahal aku lebih suka untuk meneguk segelas air putih.
Sementara kotak kecil itu menampilkan 02.06 AM, hari jum'at sudah. satu hari sudah terlepas dari masalah keseharian tentang Internet, komp, pengelolaan yang tak sedikit memakan waktu dan tenaga.

Free day ! yeah i'm free now !

lama memang kutunggu saat seperti ini, saat dimana liburan untuk beberapa hari, lepaskan kerinduan bersama orang yang sedarah dan sepecucuran atap dulu, bebaskan pikiran dari pekerjaan dan jalani hari tanpa beban. Tape, Budi, dan adek maaf kiranya jika tiba-tiba aku ingin menikmati secuil liburan pendek ini.

Kangenku bukanlah segalanya tapi pelepasan lah yang menjelma. Karena kepalaku semakin berat untuk menampung semua yang kita rencanakan dan apa yang terbesit di pikiran ku sendiri. izinkan kiranya untuk 3 hari ini menikmati kehidupan yang lain dari keseharian kita. lagi pula project berikut masih menunggu untuk dijamah kembali , semoga disana tidak terjadi masalah yang berarti. dan aku yakin semuanya bisa teratasi.

Cerita demi cerita bahkan kisah sekeping hidup dalam alur pengisian hari-hari yang memang susah dihitung dan tertuang dalam obrolan hangat. Ditemani dengan sebungkus isapan dan secangkir bubuk hitam sesaat setelah melakukan rutinitas yang sempat diukir pada hari ini. Semoga bukan hanya rutinitas belaka yang pelepas hutang tetapi memang penunjuk jalan, lentera penerang disaat kelam.

Iringan suara pita coklat yang tergulung dalam kotak berlabelkan TANAMA RECORD itu mengalun perlahan demi perlahan menusuk seisi telinga. Menyusup serta memejamah apa saja yang menggumpal disana, begitu juga dengan diriku sendiri. Mencoba menelusuri apa yang terjadi pada diriku saat ini. Bersama alunan itu pikiranku bersatu erat menjalin sebuah rabaan tentang isi hati.

Ku ajak alur pikiranku menyibak masa bulan terakhir. Susah memang kutemukan saat seperti ini. Saat dimana aku sendiri dan menjajal satu persatu helai masa lalu. Aku yang berjalan sendiri menentukan arah dari sekelumit masa hidup di dunia ini. Dengan memasang platform "tidak peduli" dengan celoteh kanan kiri tentang siapa, apa dan bagaimana aku.

Hidupku adalah apa yang kukerjakan .. dan keakuanku ? egoiskah ? mungkin... acuh ? bisa jadi ... cuek ? memang... keras kepala ? tidak salah ... dingin ? hal yang tak tersangsikan lagi.Kerangka yang ku bikin mungkin saja selalu terlepas dari campur tangan orang lain yang sering kali memiliki standar kebenaran dari pola sendiri. terkesan semau gue dan "Don't care about they say !"

PINTU PENJEPIT

22 Feb 03
01.05 menit bergeser sudah dan haripun berganti... kebiasaan itu pun tak terhapusi begitu saja. nikmati ! yah jalani segalanya menjelang jelmaan pagi.
Akhir jumatan disambut tetes air yang turun dari langit, lapar terasa ... sepiring nasi pun terasa mengganjal perut ... ah nikmatnya , syukurlah aku masih dikasih kesempatan untuk menikmati masakan khas itu. Sesaat kemudian rencana ke G pun bergulir dan misi itupun dijalankan...
Bis Patas pun melaju pelan karena macet pun tak bisa ditahan, inikah fenomena setiap hari para dialami oleh para penjaja hidup di kota yang serba semuanya.

Ditengah kemacetan yang teramat sangat aku layangkan sebuah lamunan. Andaikan... ya andaikan saat ini kamu ada diantara kami berdua saat ini tentunya perjalanan 2 jam ini tak terasa bosan dan melelahkan. Apa yang kulamunkan sejenak barusan itu menjadi gundah di kepala yang berbalutkan rambut belum menyentuh pundak.

Aku perhatikan kotak kecil yang aku genggam dengan lima jari ini. Ah... seandainya kamu juga punya benda ini, tentunya aku sudah sibuk dengan memainkan jempol merangkai huruf menjadi kata-kata berkarakter 160 buah. Tentunya aku berharap-harap cemas kalau-kalau pesan itu tak sampai atau kamu rada telat membalas karena kesibukan, atau mungkin tidak dibalas sama sekali karena kehabisan pulsa seperti halnya aku kemaren. Kutimang terus kutimang sambil menebak, sedang apa ya kamu sekarang disana ? Oh seandainya aku di izinkan untuk membelikan kotak kecil ini untukmu. Ya, kalopun aku bisa tapi blom tentu kamu mau menerima. duh ! susahnya kalo punya rasa gini.

Dalam lamunan bis tiba-tiba berhenti dan kita semua diminta untuk pinda ke bis yang telah ditentukan, kemudian aku sedikit berlari mengejarnya. Didepan pintu naik itu aku tertegun, terdiam lama karena berusah menjari jawaban yang pudar ... tiba-tiba ... "AKKHHH !!" terasa sekali tangan kiriku terjepit dan jari tengah kaki kiriku tertekan keras sekali oleh pintu hidrolik automatik bis yang barusan kunaiki. Kucoba mendorong melawan arah tekanannya yang sekan mau menelan separoh bagian tubuhku namun sia-sia karena melebih kekuatan yang di anugerahkan padaku.

Aku pun berteriak sekencangnya namun terasa tertahan oleh semakin kerasnya mendesak setiap geliat tubuhku. Pertarungan hidup dan mati ! yah ... hidup dan mati yang sangat singkat. Sangat fatal bila kubiarkan melumat persendianku karena akan berujung maut ! Untunglah salah seorang penumpang disisiku menyambung lidahku yang kelu memberitahukan kondisiku pada semua kepala yang berada disana... "woi .. ada yang terjepit !".

Kakakku yang terlebih dahulu berada didepan mengetahui kondisiku langsung naik pitam, dan melabrak sang kondektur sambil meneriakinya. Alhamdulillah aku terlepas dari jeratan fatal itu. namun ngilu di kakiku dan perih di lengan kiriku begitu terasa. remukah jariku ? aku raba ... syukurlah tidak apa-apa cuma ngilu menusuk tajam tapi tidak begitu berakibat parah.

Keinginan meminta pertanggung jawaban sopir dan kondektur atas kejadian ini dengan sebuah gamparan pun aku urungkan, begitu juga dengan kakakku yang sudah mulai berusaha aku tahan dengan sekuat tenaga. Aku juga ingin menggampar tapi bukan saat s

2/17/2003

feb 13 ... is FLOWER DAY !
Kuning dan merah, krisan pun menghiasi sudut tempat para penikmati hari duduk menghabiskan semasa isapan rokok atau sewaktu surupan kopi.

2/14/2003

Biarkan semuanya habis ditelan para pemangsa dan tak satupun yang bersisa, jangan hentikan karena itu bukan apa-apa. kita cuma serombongan kuli jalanan yang hidup dikangkang kaki sang penjaga cakrawala. untuk menghirup udara pun semakin susah apalagi menampung setetes air yang bersisa dari helaian daun disapu gerimis ataupun embun.
Untuk apa semuanya kita jadikan sebab memalingkan muka ? andai kita tahu bahwa bukan itulah segalanya dan andai kita tahu bahwa dunia ini sebenarnya ada dalam genggaman kita. so untuk apalagi berada dibawah kangkangnya, karena suatu waktu bahkan terus-terusan kita akan merasa dikencingi ataupun di kentuti... apakah memang seperti itu yang kita inginkan ?
hidup memang sekali tapi bukan tak berarti. Untuk sahabatku ... mereka bukan siapa-siapa tapi kitalah yang tentukan siapa yang bermakna ... kita atau mereka

2/13/2003

Beruntung atau merugi berada disini duduk melahap sebagian besar tulisan dan membawa ke dalam cerita alam ku ... aku tak tau, yang jelas sebagian dari rahasia hidup orang yang tak pernah dikenal atau kenal sekalipun tapi tak pernah tergerak bibir nya untuk membicarakan semuanya, dan memang separoh dari lidah ku berpindah ke 10 jari yang saat ini menulis.
mari kita menelusuri sebuah kisah entah unik atau bodoh belakanagan hari ini ...

No Problemo

hari itu kamis 6 februari 03, dan disebuah siang yang entah di lingkupi matahari atau tidak karena aku tak sempat perhatikan lagi cahayanya namun sekedar menerangi ruang udara yang kuhirup cukuplah...
2 buah kepala berkunjung ke tempat duduk dimana aku menghabiskan sebagian besar hari-hari bercengkrama dalam layar kaca. "kita ngumpul bareng !" ok lah, paling gak sekedar unjuk wajah dan menyerap panasnya mentari dari relung relung cahayanya. Ada 8 orang yang saling berucap salam dan termasuk aku sendiri yang sedari tadi tak paham apakah salam itu sebuah basa basi atau memang sudah semestinya. dari 8 orang yang duduk melingkar membicarakan kelanjutan dari sedikitnya yang datang, aku merasa ada sesuatu yang berbeda diantara mereka, sesuatu yang membuatku betah untuk duduk bermenit-menit bahkan berjam-jam. Semoga ini bukan awal dari sialnya hari ini. Dan ternyata bukan, kenapa ?
Aku pun berusaha mendekati apa yang membuatku tertarik, dan memang sebuah kesengajaan aku mengantarnya pulang. karena aku ingin, so salahkah ?
di trotoar samping gedung para birokrat kampus menduduki kursinya 4 pasang mata meneriaki dari jauh *ops... !* ini dia... siap - siap untuk membuka kata jawaban dari brondongan peluru pertanyaan ataupun vonis yang mematikan !
perjalanan singkat menuju kos-kosan yang lumayan asri itu membuat aku lupa bahwa hari ini sungguh panas. udara disekitarku menjadi sedikit nyaman dibandingkan aku harus jalan sendirian. Apa yang kulihat darinya ? entahlah ... aku juga harus berpikir keras ! yang jelas apa yang ada dalam kardus yang bersampul "type wanita ku tahap 1" sebagian besar dia miliki. hm... singkat terasa obrolan panjang yang kita bikin di sela-sela liukan daun pepohonan yang melambai isyaratkan aku untuk kembali, karena duduk di kursi pagi itu kembali menjadi jatahku dan kosa kata dadakan pun tak mampu membuat aku harus berlama-lama padahal ingin sekali, emangnya ga dikasih kesempatan tuh dia buat beresin wajahnya sehabis berlama-lama kena debu *kebiasaan cewek... huh* atau selonjor di tempat tidur sambil mengingat kok bisa ketemu ama orang yang tak pernah terlintas dalam benaknya.
sepuluh jari ku merogoh saku dan melangkah kembali di jalan yang jarang kulewati. melihat batu-batu yang berserakan kian kemari bagai alur pikiran ku yang juga tak bisa dikumpulkan menjadi satu, tapi satu buah batu besar itu menghadang pada arah pandangku, semakin kuperhatikan tapi tak membuatku bisa mengambil keputusan apakan semakin jelas atau semakin kabur ... mungkin harus dijalani saja.
Untuk kesekian kalinya lapar kembali merasuk dalam lambung ku, padahal 2 bongkah roti sudah mengumpal disana. Kafet kembali kukunjungi tempat para pecandu angin malam selayaknya diriku.
"Ada yang baru jadiaannn !!". hmmm.. mampus lah diriku ! tak berselang setengah jam tracking dan kaos oblong pun menyatu bersama air got. yah ! 6 pasang tangan mengekang semua gerak ku, andaipun melawan bakal ditambah 4 pasang bahkan 10 pun sekalian. dan akupun terpaksa jalan mengikuti kemana tuntunan arah langkah para eksekutor penceburan.
Sial ? bukan sebuah kesialan lagi tapi sebuah drama korban pemitnahan sukses besar ! entah dari mana kesimpulan "jadian" itu menjadi momok pembicaraan beberapa saat. Apakah ini hasil dari kesendirian yang dijalani sekian lama atau hanya sebuah momen yang dijadikan karena gatal sudah lama tidak mengeksekusi.
No Problemo ... masih ada saat nya untuk menjadi seorang eksekutor ... ha ha ha !!!

2/03/2003

ini dia seorang anak manusia lagi hidup di dunianya, berputar dari siang menuju malam dan malam menuju siang tetapi kebanyakan malam menuju siang. berhadapan dengan semua fenomena semu diantara berjuta aktifitas yang semestinya diperbuat diwaktu matahari menjaga bumi.separoh bagian dari isi kepala tak lagi dipadati oleh hal-hal yang berbau sekolah ! bagaikan mengingat kata-kata *jorok* jika aku mulai berusaha membicarakan ataupun sekedar mengingat sebuah rumus yang yang kuperdapat dari bangku kuliah. apalagi jika kita membicarakan kata cinta ... ha ha ha ! sebuah ungkapan yang tabu ku dengar setelah 5 bulan ini. sendiri itu bagai terbang tanpa sayap dan berlari tanpa kaki ataupun bernapas tanpa paru-paru. tapi bebas berbuat,menggeliat diantara gerombolan cacing-cacing yang memenuhi ruang gerak para pemusnah. sadar ataupun tidak yang jelas sedikit sekali reflek yang bisa kugerakkan untuk membahas hal yang satu itu. andaipun ada yang berharap mungkin aku yang tidak. dan entah sampai kapan aku mempertahankan kondisi seperti ini.
*jual mahal !* biar jelek,miskin asal sombong, nah itulah mungkin terkesan...tapi mungkinkah diantara mereka akan tau bahwa dibalik semua itu ada batu sandungan yang semestinya diungkit dan dikeluarkan sampai semua aliran yang melanda tak lagi tersendat. tapi siapa yag mampu ? haha ... mungkin hanya ada satu jawaban, tunggu saja.
melihat mereka yang sebagian besar telah membangun rumah sendiri dibalik layar kaca ini, berbagai macam yang kutemui dan satu persatupun kadang pernah kualami sendiri. walaupun akan ku berikan sebuah komentar tapi pada saat itu komentar dari siapa dan buat siapa juga bukan menjadi prioritas utama untuk pertimbangan. daripada dianggap angin lalu yang menyelinap masuk dibalik pemikiran dan kemudian berangkat tanpa meninggalkan jejak lebih baik tidak usah berkomentar.
beberapa hari yang lalu aku ditinggalkan dengan sebuah ketidak pedulian, dan mungkin inilah saatnya aku merasakan dimana aku merasa tidak dipedulikan lagi. tapi tak mungkin akan kubalaskan dengan hal yang sama cuma aku akan berjaga-jaga jika hal yang mereka tidak inginkan supaya tidak terjadi. memang ada sebuah kejengkelan menggumpal di sisi hati yang paling bawah cuma mungkin bukanlah jalan terbaik bagi ku untuk melakukan hal yang tidak berbeda dengan mereka. dan bagaiaman aku menghapus kejengkelan itu hingga tak lagi berbekas bahkan merenovasi menjadi sebuah keindahan yang sedikit menghiasi ruang hati. semoga saja bukan hanya sebuah teori belaka !