10/27/2005

Aku tulis sedikit pesan untukmu

Aku mencoba untuk menulis disela-sela kesibukan hari ini. Tepat sembilan jam sudah saya melakukan aktifitas, mulai dari jam 8 pagi lebih sedikit sampai sekarang. Alhamdulillah tugas dan tanggung jawab pokok hari ini sudah selesai. Tapi masih ada satu hal yang penting yang belum terselesaikan, yaitunya laporan hari ini. Untuk satu hal ini memang butuh waktu khusus, dimana saya berada dalam ruangan kantor tanpa ada gangguan dari luar.

ALhamdulillahirobbilalamin juga, hari ini saya diberi kesempatan untuk menghubungimu. Setelah dua minggu lebih saya dan kamu tak pernah berkomunikasi baik lewat suara maupun sms. Bukan karena apa-apa, tapi memang kita harus membatasi diri sebelum hari itu tiba. Tentunya kamu tau apa yang saya maksudkan, statusnya kita saat ini bukanlah untuk menelpon sesering mungkin atau sms sebanyak mungkin. Tetapi bagaimana caranya agar kita bisa mengetahui pribadi kita masing-masing dengan cara yang singkat, tepat dan jelas dan tentunya harus sesuai dengan koridor syar'i.

Afwan, lebaran nanti sepertinya saya tidak bisa menepati janji pada orang tuaku dan orang tuamu. Karena saya baru bisa pulang tanggal 8. Ah, sungguh sayang saya tidak bisa lebaran di kampung. Sayup-sayup dari balik kaca di kantor ini saya bagai mendengar suara takbir bersahut-sahutan di masjid di depan rumah menyambut Idul Fitri. Oh, betapa syahdunya... aku merindukannya

10/12/2005

Terlalu banyak untuk dikisahkan

Tepat satu minggu yang lalu saya menginjakkan kaki di kota kecil ujung barat pulau jawa ini. Masih jelas membekas jejak-jejak kaki ini di jalan-jalan, taman, kafet, kampus dan kantor DPD yang sering saya kunjungi di ujung pulau jawa sebelah timur sana. Malang, kota yang mengajarkan saya tentang arti kehidupan. Tempat mencari jati diri yang semula hilang. Di kota itu lah saya berjuang merintis segalanya. Di kota itu saya menghabiskan lembaran perjalanan hidup yang tak mungkin lagi terulang. perjuangan demi perjuangan dengan semua kenangan indah, suka duka, tawa dan air mata, darah nanah yang semula tumpah ruah harus saya kumpulkan dalam sebuah dus besar dalam benak dan hati ini, mengisi sekian memori perjalanan hidup dan saya bawa terus kemana saya pergi.

Tidak akan cukup lembaran untuk menuliskan semua kisah, cerita, bahagia, derita dan sengsara saat saya berada disana. Manusia-manusia yang ikut berperan serta, saudara seiman, sahabat karib, teman dekat, kerabat dan semuanya. Satu persatu lekuk wajah, potongan rambut bahkan sampai gaya tawa mereka masih jelas dalam ingatan saya.

Malang, telah membuat seorang anak manusia yang saat ini duduk di depan monitor menyusun berpuluh-puluh kata dan lagi bingung karena saking banyaknya yang harus dia ceritakan... terlalu banyak dan terlalu indah untuk dikenang ! Tapi suatu saat nanti saya berharap bisa menyusun kata-kata menceritakan awal keberadaan saya di kota sejuk itu sampai akhirnya saya harus melanglang buana ke kota yang lain yang saya yakin nantinya juga akan mengisahkan cerita yang lain. Insya Allah