7/14/2005

Jangan tanyakan ...

"Jangan tanyakan saya tentang cinta, karena saya cuma punya sepotong coklat, satu sendok es krim, setangkai kembang dan sepucuk puisi"

Sepotong coklat,
Disaat kamu sedang menikmati acara kesayanganmu di tv, aku menyuapi kamu dengan sepotong coklat dan sesendok es krim.

Setangkai kembang,
Disaat kamu sedang memasak di dapur, tiba-tiba aku datang dari belakang dan menutup matamu dengan kedua tanganku. Sesaat setelah itu kamu tersenyum melihat setangkai kembang dihadapanmu.

Sepucuk puisi,
Disaat kamu lagi males-malesan bangun karena kedatangan tamu bulanan, pagi itu aku perlahan membisikkan sepucuk puisi yang aku bikin sesaat setelah tahajud tadi.

bersambung ...

7/13/2005

Satu jalan sudah dibuka

Entah kenapa saya tadi malam harus berurusan dengan perasaan gelisah. Jam 8 sudah mengambil posisi indah di peraduan. Namun sayang seindah apapun posisi di peraduan tetap tak bisa membuatku melayang ke dunia mimpi. Bolak balik kayak ayam lalapan di penggorengan selama sekian jam. Padahal tidak ada masalah berat yang nyangkut dikepala. Apa ini gara-gara keseringan begadang ? Atau di rumah lagi ada masalah ? apa mungkin dia ... ?

Wudhu dan doa sebelum tidurpun tak bisa menghalang kegelisahan yang saya alami. Ada apa gerangan ? dan sesaat kemudian tiba-tiba :

"pak Mon udah ngomong panjang lebar sama bapak&ibumu & tdk ada masalah dengan ****nya"

Saya tersenyum, senang ? jelas. Bahagia ? banget. Syukur alhamdulillah, mudah-mudahan ini adalah petunjuk Allah dalam memudahkan jalan saya menuju kesana. Subhanallah pak Mon menepati janjinya. Tak disangka. Kamu tau apa kekhawatiran saya yang terbesar ? Orang tua, ya saya sangat khawatir dengan orang tua. Karena dengan akan menjalani itu secepatnya berarti saya tidak menjalani tradisi satu tahun berbakti.

Gimana ya pak Mon bilang sama Ayah dan Bunda ? Karena prediksi saya, akan sulit untuk membicarakan hal ini. Apalagi sama bunda, duh ... Waktu pulang tahun kemaren saya singgung sedikit masalah itu, eh bunda langsung bilang..
"Masih kecil, sekolah aja belum kelar dah mikirin itu. Pokoknya 1 tahun berbakti sama Bunda dulu". Lah kalo kayak gitu kan berabe juga ?.

Bener juga apa yang dibilang sahabat saya. Mulailah sosialisasi sama orang tua dari sekarang. Biar pada saatnya nanti gak bikin kaget. Begitu juga sama saudara, ya paling tidak kasih warning dulu. Biar lancar, cari dukungan dari mereka. Perbanyak konsultasi dan yang jelas kalo sebagian besar sodara udah ok, biasanya orang tua ok-ok aja. Ingat, ada dua masalah yang harus di klir kan. Yang pertama, tradisi berbakti dan yang kedua nyalip saudara yang lebih tua. Dan keduanya itu sama-sama berat. Jika gak diatur strateginya dari sekarang, susah nantinya.

Satu jalan sudah dibuka melalui pak Mon, tentunya saya nanti akan lebih enak menuturkan kepada orang tua jika sudah diawali oleh pak Mon. Ya mudah-mudahan semua ini memang jalan yang dimudahkan oleh Allah SWT. Mohon do'anya ya ! Jazakumullah.

7/10/2005

Sekarang Hari Ahad

Perputaran hari yang begitu cepat. Baru saja kemaren rasanya saya menulis hari Senin, sekarang sudah Ahad. Begitulah, akhirnya kita ketemu juga dengan hari Ahad tanpa harus menghilangkan hari Sabtu, Jum'at ataupun Kamis. Begitulah aturannya dan tak ada manusia yang bisa menolak.

Satu hal yang membuat saya tidak begitu respek dengan hari Ahad adalah hilangnya aktivitas orang-orang di sekitar. Terutama sekali di lingkungan kampus. Sepi ! Kalau Senin, Selasa dst sampai Sabtu saya menemukan Sholat Zuhur berjamaah di Musholla Al Hadiid itu ramai, tapi kalo Ahad kadang saya harus sholat sendirian. Mulai dari Subuh sampai Isya, sepi dari jamaah.

Hari Ahad bukanlah hari rutin saya untuk pulang ke rumah [ ingat, bukan rumah pribadi tapi ... kontrakan ]. Sebelumnya kan pernah saya bilang, saya pulang kalo sudah "lowbat" [ yah, make istilah ini lagi ]. Saya memang bukan orang rumahan, yang bisa berdiam diri dirumah seharian penuh. Kecuali kalau dirumah ada komputer pribadi paling tidak dengan spesifikasi minimal Pentium III, memori 128, Hdd 20 GB, monitor 14 inch, multimedia, cd room, dan terkoneksi dengan internet. Nah itu baru saya jadi orang rumahan.

Paling gak ya komputer tuh gak hengki tornando kalo pas ngejalanin Adobe Photoshop 7, Dreamweaver MX 2004, XAMPP, Edit Plus, Cute FTP, YM, Windows Explorer, Mozilla Firefox, Internet Explorer, Winamp, TV ... sekaligus. Tapi bagaimana mungkin ? membaca saja aku sulit ... hehehe, gak maksudnya begini... Sejak jaman megang mouse masih gemeteran sampai saya bikin sekian puluh website, belum ada yang namanya pake komputer pribadi. Tetep aja minjem, maklum lah pengen otak encer tapi modal dengkul. Sampai sekarang nulis ini cerita masih pake komputer pinjem.

Walopu gitu, alhamdulillah banget saya masih dikasih kesempatan untuk belajar. Syukur banget saya bisa manfaatin fasilitas ini. Ya mudah-mudahan satu saat saya bisa beli komputer sendiri, pasang internet sendiri. Syukur-syukur laptop yang memang sudah masuk wishlist saya sejak dua tahun yang lalu.

Kalo ngomong-ngomong soal wishlist, ternyata banyak juga. Hm, bagaimana kalo saya coba tulis disini. Soalnya selama ini saya cuma tempelin dikepala, gak pernah nulis di kertas ataupun di blog ini. Wishlist ... [ khusus barang lho ya ]

1. Kontrak rumah sendiri [ ini buat persiapan yang itu tuuh, he he he ]
2. Buku² [ gak mungkin tak tulis satu-satu, di Eramedia tuh banyak yang bikin saya ngiler sampe teler ]
3. Jilbab, Batik, Koko [ hadiah buat bunda dan ayah ]
4. Laptop [ biar bisa kerja mobile, apalagi bikin web ]
5. Sony Camera Shoot [ buat photografi, apalagi website pks kekurangan foto ]
6. Siemen SL 45 [ bisa nyetel MP3, biar gampang hafalin Al Qur'an ]
7. Celana [ ini memang dari dulu, mana eiger udah robek pula ]
8. Perbaiki Sepeda Motor CB 125 [ dah di ijinin make masih belum juga tak perbaiki ]
9. ...

apalagi ya, untuk sementara itu dulu. Ntar tak sambung tapi "gak janji lho ya" [ he he he ] azan dah berkumandang, magrib bow !

7/09/2005

Sekarang Hari Sabtu

Apa yang terpikir waktu bangun pagi di hari sabtu ? Pada sebagian orang yang sudah bekerja hari sabtu adalah hari pelepas lelah. Segala rencana wiken yang menyenangkan sudah siap dan matang menjelang tidur tadi malam bukan ? Kalo tidak ada acara, sudah mempersiapkan untuk bangun kesiangan. Atau mungkin tadi malam sengaja begadang karena tak ada acara untuk hari Sabtu. Namun bagi sebagian yang lain masih ada yang menghabiskan waktunya untuk lembur. Lumayan, untuk tabungan atau pemenuhan kebutuhan.

Sabtu malam atau malam Minggu adalah malam yang tak boleh diganggu. Kedatangannya yang ditunggu, apalagi bagi yang punya pasangan. Apa itu istri/suami atau pasangan dari istilah yang dihalalkan oleh sebagian orang "pacar". Malam minggu adalah satu masa yang menyenangkan. Acara yang biasanya digelar dari matahari mulai terbenam sampai tengah malam atau mungkin sampai pagi. Tak perlu khawatir bangun kesiangan, karena toh besok minggu libur seharian.

Sudah menjadi kesepakatan orang pada umumnya malam Minggu adalah hari kasih sayang. Seorang "gadis" akan marah dan uring-uringan kalo tidak diapeli oleh sang pacar. Begitu juga seorang "cowok" akan pusing jika tidak bisa bermalam mingguan dengan "cewek" nya. Apalagi seorang istri akan bermuram durja kalo sang suami malam Minggu begini masih lembur bekerja. Dan sang suami juga akan BT kalo meihat istri ketiduran kelelahan sejak awal malam Minggu digelar.

Dilingkungan masyarakat yang menjunjung budaya "pacaran" adalah sebuah keanehan kalau malam Mingguan tidak berkencan. Sekarang silahkan lihat keluar, mall, tempat hiburan atau ke jalan-jalan ... pada umumnya setiap manusia punya pasangan. Jarang terlihat orang berjalan sendirian atau ngantri tiket bioskop dan nonton sendirian. Kalo ada, itu menjadi pusat perhatian bahkan jadi bahan ketawaan.

Saya tak habis pikir kenapa mesti ditertawakan ? Apakah malam Minggu cuma milik punya pasangan saja. Apakah ada aturan khusus untuk mengunjungi tempat hiburan harus dengan seseorang berbeda jenis disisi ? Mereka yang sendirian juga punya hak yang sama untuk menikmati hiburan. Tak ada bedanya antara yang punya pasangan dengan yang sendirian.

Sekarang mari kita pikirkan siapakah yang mestinya harus ditertawakan ? Orang yang berpegangan tangan, berpelukan bahkan berciuman di tempat hiburan atau orang yang sendiri tanpa pasangan demi menjaga kesucian ?

Malam minggu kali ini saya akan berkencan dengan 2 orang sekaligus. Kami akan makan bareng, curhat, ngobrol kesana kemari, ngenet bareng dan banyak lagi kegiatan lain. Karena belakangan ini susah sekali kami ngumpul bertiga. Entah berapa malam minggu kami lewati tanpa kencan. Tadi kami sudah janjian, dan sebentar lagi mereka akan datang. Biasanya ba'da isya udah ngumpul disini, dan acarapun segera kami gelar.

7/08/2005

Sekarang Hari Jum'at

Waktu saya masih pake celana pendek berwarna merah, hari jum'at adalah hari yang ditunggu-tunggu. Kenapa ? karena pulang sekolahnya cepet. Waktu istirahat 1 kali trus abis itu pulang. Uang jajan yang dikasih sama orang tua tetap tidak berdasarkan berapa lama waktu belajar, jadi kalo hari Jum'at uang jajan saya selalu berlebih. Pelajaran di sekolahpun biasanya yang ringan-ringan. Keterampilan tangan, Olah raga dan jangan sampai ada IPA atau Matematika. Pelajaran itu cukup untuk hari Senin atau Selasa.

Yang paling menyenangkan lagi kalau hari Jum'at itu, bunda selalu masak yang sedikit berbeda dan mengundang selera. Saya bertanya sama Ayah kenapa Bunda gak ikutan jumatan ? Ayah sering menjawab Bunda jumatannya di Dapur. Walopun saya tau itu bukan jawaban sebenarnya tetapi ada juga benarnya. Rasulullah sehabis jumatan suka mengajak sahabatnya untuk makan bareng. Jadi saya pikir Ayahpun juga pengen berbuat demikian. Dan kenyataannya memang begitu, setiap selesai jumatan ada saja yang makan bareng di rumah. Entah itu paman, tetangga, teman lama. Bahkan ada yang langganan sekedar minum kopi di rumah. Kemudian dilanjutkan ngobrol sampai jam 2 siang kemudian mereka pulang.

Waktu saya pake celana pendek berwarna biru. Hari jum'at adalah hari terburu-buru. Karena sekolah saya jauh dari rumah. Mesti naik angkutan atau numpang kendaraan teman. Pulang sekolah jam 11.30, azan pertama jam 12.00. Di tempat saya ada dua kali azan kalo jumatan. Azan pertama fungsinya untuk bersiap-siap. kira-kira 15 menit lagi Khotbah dimulai. Azan kedua baru azan yang sebenarnya.
Nah karena saya menempuh jauh perjalan pulang dari sekolah, seringkali saya terlambat. Namun alhamdulillah belum pernah sampai jamaah sudah salam saya baru sampai. Paling lama tuh saya dapat khotbah kedua, itu sudah sangat lama sekali. Biasanya saya dapati pertengahan khotbah pertama. Dan tentunya di shaf belakang yang ala kadarnya

Karena jauh dan selalu terburu-buru saya Jumatan jadi tidak pernah mandi. Pake baju sekolah plus sarung saja. Bau badan yang tak karu-karuan tentu saja mengganggu jamaah yang lain.

Waktu saya pake celana panjang abu-abu, Saya jarang sekali menikmati acara makan bareng setelah jumatan. Karena sorenya harus mengikuti pelajaran tambahan, jadi terpaksa jumatan di sekolah. Bisa sih pulang, cuma karena saya tidak punya kendaraan... takut terlambat, jadi ya saya jumatan di sekolah. Kalo jumatan di sekolah, setelah makan dan jumatan kegiatan yang paling sering dilakukan adalah maen basket ato domino. Kalo lagi rame kita maen basket, tapi kalo cuma 4 orang ya kita main domino.

Waktu saya pake pakaian bebas, berambut panjang dan ke kampus sering pake sendal. Hari Jum'at adalah hari libur nasional. Jangan sampai ada kuliah di hari Jum'at, apalagi Jum'at siang setelah jumatan. Adalah haram hukumnya untuk mengambil jadwal mata kuliah pada Jumat siang. Kalo ada dosen yang merubah jadwal kuliahnya ke Jum'at Siang, alamat kosong tuh kuliahnya. Dan berusaha bagaimanapun caranya agar bisa di pindah ke hari yang lain. Sabtu pagi kek atau kamis pagi.

Bagi saya sendiri Jum'at siang adalah garis merah yang tidak boleh disentuh oleh jadwal kuliah. Begitu juga dengan hari Senin tepatnya Senin pagi. Tidak pernah saya isi dengan perkuliahan. Kalopun ada saya pindah cari jadwal di hari yang lain yang leih menyenangkan.

Saat sekarang, hari Jum'at adalah hari yang dimulai dengan kencan mingguan sehabis subuh. Jadwal rutin motong kuku dan rambut dan dilanjutkan dengan mandi bersiap-siap untuk berangkat ke Masjid. Selesai jumatan adalah waktu tempat bertemu informalnya para aktifis dakwah. Seperti sudah saling janjian, duduk berbarengan bersama-sama saling menyapa dan berdiskusi tentang apa saja. Karena tidak selalu bisa berkumpul bersama, kecuali pada ba'da sholat Jum'at. Dan itu adalah momen yang sering ditunggu-tunggu. Yang dak kenal jadi kenal. Yang udah lama gak ketemu jadi ketemu. Ya itung-itung jadi ajang silaturahim singkat.

7/07/2005

Sekarang Hari Kamis

Sekarang hari kamis, apa bedanya ? ada dong. Catat baik-baik dan kalo perlu digaris bawahi sekalian ya. Hari ini, tepatnya kamis 7 Juli 2005 alhamdulillah saya Seminar Hasil. Kamu tau itu artinya apa ? artinya saya sudah berhasil menyusun satu buah puzzle kehidupan dari sekian milyar keping puzzle lain yang masih berserakan. Saya sudah melangkahkan satu kaki ke depan dari ribuan kilometer lagi yang masih harus saya tempuh. Saya menuliskan satu huruf dari ribuan halaman yang mestinya saya tulis.

Mungkin puzzle yang saya susun sudah terlambat, langkah yang saya jalani tercecer jauh atau huruf yang saya tulis sudah usang. Tapi bagi saya tidaklah begitu, bagi saya ini adalah sesuatu yang baru. Walopun tidak baru pada rasa...setidaknya saya berkata "Itu baru yang bisa saya lakukan". Memang sedikit bernada pasrah dengan keterbatasan dimensi yang melingkupi saya. Namun tadi pagi itu saya menemukan keceriaan dan kebahagiaan. Jika ceria dan apakah kebahagiaan masih meperhatikan batas-batas dimensi ?

Jika kamu senang berada disini, menikmati apa-apa yang kamu baca. Apakah masih memikirkan waktu yang terbuang ? atau memikirkan seberapa jauh jarak antara saya dan kamu ? bertanya siapa saya ? tidak lagi. Begitu juga dengan apa yang saya rasakan tadi pagi. Kebahagian itu menghapus jumlah tahun yang saya habiskan untuk bolak balik mengunjungi tempat yang sama hampir setiap hari.

Sebenarnya Seminar Hasil yang saya jalani hari ini adalah sebagian kecil yang mungkin dianggap terlalu biasa dari sekian banyak orang yang telah menjalaninya. Tapi jujur saja bagi saya itu sungguh luar biasa, sangat istimewa. Walopun di depan mata masih ada ujian kompre menghadang. Sebuah puzzle kehidupan yang lebih lebar, berat dan panjang yang mesti saya tarok dan tempatnya masih samar-samar berada dimana. Tanpa menyusun yang biasa ini tentunya saya tak bisa melakukan apa-apa terhadap sesuatu yang lebih besar lagi. Makanya saya anggap ini sesuatu rangkaian yang luar biasa. Tanpa seminar hasil saya tak bisa kompre, tanpa seminar proposal saya tidak bisa seminar hasil, tanpa judul saya tak bisa seminar proposal... begitulah keterkaitan kalo dari satu jalur. Dan banyak jalur-jalur lain yang masih saling kait mengait.

Jujur saya ingin memberitahukan ini padamu, tapi saya bingung harus mulai darimana. Dan setelah saya lakukan dua rakaat itu, baru saya sedikit punya keberanian untuk menekan nomor-nomor yang Alhamdulillah masih saya simpan dalam kepala. Pembicaraan panjang lebar dan sudah jelas ujung pangkal dengan waktu sedemikian. Ditutup dengan "menanti sebuah jawaban". Apa, kapan, dan bagaimana ...

Dan kemudian apa jawaban yang saya terima ?

7/05/2005

Sekarang Hari Rabu

Menghitung hari, ya sejak kemaren ... bahkan sejak saya terlahir sampai detik ini saya tak bosan-bosannya menghitung hari. Antara sadar ataupun tidak saya terus menghitung hari. Kalau saya masih bayi, saya dibantu ibu untuk menghitung hari-hari yang saya lewati. Tentunya masih ingat bukan kalau kita bertanya pada seorang ibu berapa umur bayinya dan beliau menjawab "3 minggu dua hari". Begitu juga dengan saya juga melewati hal yang sama.

Terkadang saya sendiri lupa sekarang hari apa. Tak jarang saya bertanya pada orang tua, saudara, sahabat, teman bahkan orang yang tak dikenalpun saya tanya sekarang hari apa. Senin, Selasa, Rabu dan hari-hari berikut yang akan dilewati. Namun saya tidak berbicara hari yang telah berlalu atau juga hari yang akan datang. Saya berbicara hari ini. Apa yang saya dapat di hari ini buah di hari kemaren dan yang saya lakukan sekarang untuk menikmati hari ini demi hari esok. Jadi selagi saya masih bisa berbuat di hari ini kenapa mesti terburu-buru menyongsong hari esok. Toh hari Kamis, Jum'at, Sabtu dan Minggu takkan pernah pergi kemana-mana.

Secara berurutan mereka akan datang satu persatu. Belum ada sejarahnya Jum'at itu datang lebih awal dibandingkan Kamis. Atau Minggu tanpa permisi menyelip diantara Jum'at dan Sabtu. Begitu juga dengan apa-apa yang saya lakukan. Seharusnya mengikuti sunnatullah. Hari saja punya aturan, tentunya saya juga harus lebih teratur.

Masih ingat dengan perkataan yang pernah saya lontarkan "Saya tak ingin di atur oleh waktu tetapi saya lebih cendrung mengatur waktu itu untuk saya". Namun pada kenyataannya saya begitu susah untuk mengatur waktu. Mereka terlalu liar, atau saya juga yang tidak mau diatur oleh diri sendiri ? Mereka yang selalu datang sekali tak pernah berkunjung dua kali, itu yang sering membuat saya kesal dan menyesal.

Bangun tidur sering menjadi momen puncak kekesalan saya pada waktu. Entah kenapa, setiap bangun tidur saya merasa kehilangan. Kehilangan sesuatu yang saya tak tau itu apa. Sejenak setelah bangun saya selalu terdiam dalam posisi duduk dan marah pada diri sendiri. Namun setelah membaca do'a bangun tidur kemudian wudhu perasaan kehilangan itu baru mulai pudar. Dan baru benar-benar tak ada lagi kalau saya selesai sholat.

Hm, pembahasan yang cukup panjang ya. Mulai dari menghitung hari sampai bangun tidur. Saya tak berpikiran pantas atau tidak dengan pembahasan ini, apa perlunya. Bukan itu yang saya lihat. Tetapi kecendrungan saya yang sudah mulai pada taraf "menuliskan apa yang saya pikirkan" Bukan lagi "memikirkan apa yang saya tulis". Karena setiap saya memikirkan apa yang saya tulis selalu saja tulisan itu gak jadi-jadi. Tetapi kalau saya menuliskan apa yang saya pikirkan, sepertinya lancar-lancar saja. Semoga saja pada suatu saatnya nanti saya bisa "menuliskan apa yang orang pikirkan" dengan tidak meninggalkan kebiasaan "memikirkan apa yang orang tulis".

Sekarang saya beralih berbicara pada telepon yang tadi malam saya terima. Akan banyak sekali hal yang harus saya persiapkan dan saya pikirkan. Mulai dari penyelesaian amanah, penuturan keinginan, sosialisasi, perijinan, konsekwensi, dan segala macam gambaran yang akan dihadapi nantinya. Pembahasan sentral utama adalah pada alasan kenapa mesti segera ? Dan ini bukan sesuatu yang mudah diutarakan pada orang yang memiliki pandangan sedikit berbeda.

Mana yang lebih baik, selagi masih bisa untuk disegerakan kenapa mesti ditahan ? atau dengan selagi masih bisa ditahan kenapa mesti disegerakan ?. Sekarang kita lihat manakah mudharatnya yang lebih banyak jika disegerakan daripada ditahan ? Jika disegerakan akan terbebas dan jika ditahan siapa yang akan menjamin untuk tidak terjerumus pada kehinaan.

Setiap hari saya perhatikan antara pukul 2.00 s/d 2.15 dinihari sinyal dari ponsel selalu menggetarkan layar monitor yang terkadang speaker yang saya dengar pun kemresek ... itu pertanda ada SMS yang akan saya terima atau ada yang ingin menghubungi namun sebelum sampai pada nomor yang dituju ponselnya dimatikan. Apakah itu kamu ? Seandainya iya, Jazakumullahu khairan katsiro ... mari kita sholat tahajjud bersama

7/04/2005

Sekarang Hari Selasa

Bagaimana kabarmu jalan yang di depan pasar Dinoyo ? apakah sepagi ini sudah macet ? Ternyata sesuatu yang mustahil terpikir 10 tahun yang lalu, kenyataannya sudah ada di depan mata kalau melewati pasar Dinoyo. Disana daerah termacet setelah Sumbersari dan pertigaan yang menghubungkan antara Jln MT Haryono, Dinoyo dan Gajayana. Apalagi sekarang ada Muktamar Muhammadiyah dan Aisiyah yang ke 45. Tentu akan membuat para sopir pegal dikaki karena sekian lama harus bergantian menginjak rem dan kopling.

Tapi walaupun sedemikian [ kok bahasa yang saya pakai semakin tidak jelas arti dan maknanya ya ? ] selagi sepeda kumbang yang saya kayuh masih bisa melejit disela-sela mobil sedan dan angkot, atau selagi saya masih bisa ditarik dengan bergantungan di belakangnya truk. Tak jadi masalah, silahkan saja macet semacet-macetnya. Opurtunis ? oh tidak ! saya malah ingin menjadi orang yang tak ingin menambah kemacetan. Dengan cara apa ? Tak mau pakai mobil [ karena memang tak punya ! ] atau tidak naik angkot [ karena bagi saya uang 1300 rupiah itu terlalu berharga untuk jarak tak sampai 5 kilometer ] Jalan kaki juga kejauhan, pilihan yang paling tepat adalah sepeda.

Negara kita memang produksi kemacetan tingkat tinggi. Tidak saja di jalan, bank, dan pelayanan sering kali macet. Kalo saja setiap mobil tempat duduknya difungsikan sebagaimana mestinya, semisal mobil sedan berpenumpang empat itu difungsikan sesuai dengan kapasitas tempat duduknya. Tentu akan mengurangi jumlah mobil yang berkeliaran. Namun sayang, banyak orang yang sukanya rakus. Bawa mobil, untuk dia sendiri. 4 jok di pake sendiri, padahal juga tidak untuk tidur-tiduran wong mau berangkat kerja.

Lihat metro mini, bis patas bahkan angkutan kota. Saking tidak ada tempat duduk yang tersisa harus rela untuk berdiri berlama-lama. Berdesak-desakan bak ikan kaleng, kasian ya ? coba sebagian penumpang yang berdesakan itu naik mobil pribadi yang jumlahnya gak kalah banyak dengan kelebihan penumpang di angkutan umum. Adakah si pemilik mau berbaik hati ?

Sekarang hari Senin

Sekarang hari Senin, Hm... hari ini saya yakin pada sebagian orang ada yang datang ke tempat kerjanya lebih pagi dari jadwal masuk biasanya. Mungkin ada yang jam 6 pagi ini sudah duduk dengan rapi di depan komputer. Dengan niat memang mengerjakan pekerjaan yang sudah menumpuk mendekati deadline, atau sekedar ber internet ria agar lebih bebas. Karena kalau berinternet di waktu kerja, tentunya dengan perasaan yang was-was bukan ? Takut kalau dilihat atasan, atau memang ada larangan dari peraturan perusahaan yang harus di ikuti. Ah, ternyata datang lebih pagi itu banyak manfaatnya. Kalau diitung masuk kerja jam 8 tentunya ada 2 jam yang dapat dipergunakan untuk melakukan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Tidak ada yang larang dan tidak ada yang akan protes.

Sekarang hari Senin, tentunya pada sebagian orang ada rasa sedikit malas untuk bangkit dari pembaringan bukan ? Jelas, apalagi saya yang udah kena hook kanan kiri seharian kemaren kecapekan. Tadi pagi sebenarnya di hape [ henpon, begitu kata tetangga saya di kampung ] tertulis 03.37 dan sebenarnya saya harus bangun saat itu juga, namun entah kenapa saya acuh. Akh ! seusai subuh saya baru kembali menyesal. Kenapa mesti terlewati lagi ... kenapa ? [ hati ini perlahan sakit dan mungkin sebentar lagi mati ! ]

Sekarang hari Senin, masih ingat Garfield yang harus terbangun jam setengah delapan pagi gara-gara bunyi weker ?, kemudian berucap lesu "I hate monday !" ?. Tapi beda dengan saya, saya bukanlah Garfield, weker tidak saya pasang. Alhamdulillah jam setengah empat tiba-tiba terbangun. Kebiasaan ? entahlah. Namun sekali lagi saya bilang ... [ penekanan yang teramat sangat ] saya menyesal ! Kenapa tidak ? saya tidak sholat sekian rakaat, gak bisa sahur dan hari ini saya gak puasa lagi ... sedih ! memang sih gak perlu sahur, tapi ingat dong saya lagi tahap membugarkan diri sehabis lowbat, kan lagi di charge.

Perbaikan gizi ? mungkin, makan siang kemaren Nasi Padang [ ayam balado + nasi tambah ]. Makan malamnya ? Nasi Padang lagi [ ikan balado tapi gak pake nambah ]. Alhasil jam 10 lebih sedikit saya tewas dengan sukses di pembaringansetelah membolak-balik buku tebal. Cuma beberapa menit berselang saya terlelap sambil dilihatin oleh buku yang barusan saya buka.

Ada yang tidak sepakat ? kalo jam weker adalah hal yang paling dibenci disaat tidur indah terganggu, tetapi kenapa juga setiap mo tidur harus dipegang dan disetting waktunya dan berharap weker sebagai pahlawan pembangunan diri. Kalo si weker bisa bicara tentunya dia protes bukan ? Setiap dia bersuara selalu saja perasaan tidak enak, pukulan bahkan bantingan yang dia terima. Padahal fungsi dia selalu diharapkan menjadi pengingat. Namun bagaimanapun juga weker tetaplah akan berbunyi sesuai dengan keinginan.

7/02/2005

Belakangan Ini Saya Jarang Pulang

Dan kenyataannya memang belakangan ini saya jarang pulang. Bukan kenapa-napa dan ada apa ? Tapi ada beberapa hal yang harus saya selesaikan dalam waktu dekat ini. Terakhir kali saya menginjakkan kaki di rumah kamis jam 5 sore, untuk ikut menyiapkan selamatan rumah baru. Walopun sudah dua bulan hidup dan menempati ruang disana. Dan terakhir kali menikmati kasur empuk di kamar 3x4 itu hari kamis malam, sampai-sampai saya melewati sepertiga malam begitu saja. Pagi jum'at saya pun kudu kencan dengan "my bro" walopun datangnya sudah sangat terlambat karena telat subuhan, dan akibatnya saya tidak ikut tilawah. Aduh betapa ruginya !

Dan kenyataannya memang belakangan ini saya jarang pulang. Transparan seminar hasil yang baru saja kemaren kelar, namun jadwal belum juga keluar. Katanya lagi ada ujian, jadi semuanya ditunda. Ah gak tau lah, saya mah ikut apa kata orang disana. Mo protes, buat seminarpun rasanya masih juga belum siap. Buktinya bikin transparansi saja saya butuh dua hari. Beginilah kalo pusing bukan hanya karena skripsi.

Dan kenyataannya memang belakangan ini saya jarang pulang. Internet kondisinya antara hidup dan mati. Padahal saya harus menyelesaikan program terbaru dari website itu. Karena dalam dua minggu ini akan launching besar-besaran. Sekarang sih sudah oke, tapi dengan aplikasi yang ala kadarnya. Proyek besar ? oh jelas, itu proyek yang sangat besar untuk akhirat nanti. Tergantung niat saya melakukannya demi siapa, bukan begitu ? Rencananya ada tiga item yang akan di launching, diantaranya Dewan Pakar, Radio, dan website itu. Berkemungkinan wartawan juga ikut meliput, tapi bagi saya mo sebesar apapun acaranya, sebanyak apapun wartawannya dan segencar apapun beritanya nanti bagi saya cukup program yang saya tanam berjalan lancar. Dan itu lumayan bikin low bat juga
ah, kalo lagi low bat begini aku ingin memanggilmu, tapi sayang pulsa lagi sekarat. Dan duitpun sedikit ngadat

Dan kenyataannya memang belakangan ini saya jarang pulang. Saya jadi sering lama di atas sana, sehingga saya jadi jarang di kantor yang internetnya rada-rada error. Padahal saya juga kudu kontak dengan orang-orang seberang. Dan itu cukup membuat saya bolak balik ke atas trus ke bawah. Bersyukur sih di kantor masih bisa browsing, tapi sekali lagi susun ya huruf-huruf berikut kemudian baca dengan seksama, El - A - Em - Be - A - Te alias lemot.

Dan kenyataannya memang belakangan ini saya jarang pulang. Stamina saya mulai kendor, saya sering bilang sama kamu dengan istilah lowbat kemaren mulai diserang flu. Dan hari ini kepala sedikit berat. Gara-gara perut sering diisi tak beraturan, soalnya diatas jaoh dari peradaban. 3 malam ini begadang, dan malam tadi nyiapin komputer untuk seorang sahabat demi bantuin dia selesaikan skripsi yang masih dalam angan-angan.

Dan kenyataannya memang belakangan ini saya jarang pulang. Hari ini saya harus pulang, body ini kudu di "carge". Ruang restart otak di kantor tak mampu lagi menghapus file temporary, sehingga saya jadi keseringan bersin. Saya memang harus me-refresh kan diri. Supaya next monday [ is my everyday monday ? ] oh jangan sampai, paling tidak untuk hari ini saja. Aku harus pulang !

Dan kenyataannya memang saya jarang pulang. Sampai kapan ? sampai ada seorang wanita yang menunggu saya dengan senyuman di pintu rumah.

7/01/2005

ah... seandainya saya di Jakarta

Semalam ngobrol berat [ baca : asyik gitu loch ] sama E**** [ sorry buat privacy di sersor aja ] lewat si yellow smile alias YM. Dan kita kayak sahabat lama yang udah lama banget gak ketemu, padahal emang udah lama gak ketemu. Terakhir itu taon 2002, udah tiga tahun saya gak melihat batang hidungnya. Masih merah gitu gak sih, keseringan dipencetin komedonya pake tangan. Dia tuh partner saya waktu jaman lagi susah. Dasar kalo orang dah nikah tuh mesti manas-manasin yang belom mulu ya ?

Alhamdulillah sekarang dia sudah mapan, ya setidaknya sudah menuju kesana. Terbukti dari beratnya yang melejit sampe 60 kilo dari 45 kilo ! atau mungkin bawaan hormon ? "kalo dah merit kan bawaannya begitu" ( persis yang dia tulis kemaren malam ). Ah, masa sih ? berarti kalo saya merit (Insya Allah, amin .. mudah-mudahan ya Alah !) tambah ndut lagi dong ? sekarang aja udah 66.

Saya dari 50 sampai nonjok 66 kilo kayaknya bukan gara-gara merit, tapi gara-gara berhenti ngisep asap putih. Dia juga baru tau kalo saya dah berenti berhubungan dengan batangan itu. Katanya... "kereeen !". Wah, sekarang kalo bisa nyetop mulut ngemut rokok kayaknya keren gitu ya ? ah ga tau lah apapun istilahnya yang jelas alhamdulillah saya sudah putus cinta dan putus hubungan dengan rokok.

Banyak yang kami obrolin, sampe-sampe kayak lomba ngetik. Satunya belum di jawab pertanyaan lain dah nyambung lagi. Sampai pada obrolan tentang orang-orang yang pada nongkrong di startbuck. Kita bukan bicarain gimana mahal ngopi disana, kita bicarain orang-orang yang gak mampu berkeliaran di lampu merah. Kalo seandainya setiap orang yang nongkrong di startbuck itu di cash Rp 20.000 saja sekali ngopi. Dan itu duit dikumpulin buat biaya mereka yang menegadahkan tangan di lampu merah, tentunya mereka akan sangat terbantu sekali bukan ?

Dia berpikiran lebih jauh lagi, kalo seandainya satu Sudirman tuh ditarik Rp 20.000 saja buat bantuin saudara yang gak mampu itu. Anggap lah 1000 orang yang kerja disana dan rata-rata gajinya jutaan, totalnya kira-kira bisa 20 juta ! bagi mereka apalah artinya duit Rp 20.000 bukan ? Dia sudah melakukan "collecting" tersebut yang diawali dengan teman-temannya sendiri. Dan tau gak kendala utamanya apa ? gak ada yang interest alias tertarik untuk ngeluarin duit 20.000 itu. Padahal proposal dan segala macemnya lengkap. Akhirnya dia cuma bisa pasrah membagikan apel di lampu merah yang dibeli di carrefou pada anak-anak jalanan. Karena yang dia mampu baru cuma itu.

"tau gak apa kendala utama kita selain itu ? kita gak punya orang yang bener-bener bisa konsen 100% ngurusin itu. kita butuh aktivis2 idealis yang mau ngejalaninnya dengan serius".

ah... seandainya saya di jakarta.

"ntar kalo gua kemungkinan ke Jakarta gua kasih tau lu ... cuma gua kudu nyelesain ST ini dulu..."

begitulah akhir obrolan kami semalam yang ditutup dengan pamitan.

Sa, setujukah kamu dengan apa yang aku pikirkan ini ? sejujur aku butuh orang yang bisa "fight" bareng