3/23/2005

Pesan

Assalam, kalaulah ini dlm koridor syar'i,mungkin beribu penyemangat akan hadir, tp cinta-Nya mesti dijaga,krn Dia Maha pencumburu

Pesan terakhir dan juga pesan penutup sebelum 0399 kolaps. Tepat beberapa jam setelah itu nomor itu tak lagi bisa dihubungi dan menghubungi sampai sekarang. Entah apa yang membuat pesan itu datang disaat yang tepat. Saat dimana aku lagi lemah baik fisik dan psikis. Fisik digrogoti sakit, kepala dijajali masalah yang gak selesai-selesai sehingga aku berada dalam kondisi sangat low-bat. Pesan itu datang dengan kata yang sederhana, bersahaja namun juga begitu bermakna.

Pesan itu mengajakku untuk menatap masa depan itu benar-benar ada. Pesan itu mampu membuatku bangkit dari tempat tidur dan melangkah melihat dunia walaupun rasanya bumi bergoncang. Pesan yang menjawab keragu-raguan antara iya dan tidak. Pesan yang membuatku benar-benar tersenyum !

3/16/2005

Selamat Jalan

tulisanmu terakhir yang mengalir ... bagai memungut sajak aku kumpulkan satu-satu kata-kata itu. Kubaca dan ...
akh ! senyeri apapun dalam dadaku. Aku takkan berbagi. Ya, sejak dulu aku kan orang yang tak pernah dibutuhkan penjelasan. karena itulah sampai detik ini aku diam. Tapi aku yakin waktu punya jawaban.

Namun saat ini detik kan berhenti kemudian sunyi. Aku yang menjangkau cakrawala tidak lagi dengan tanda tanya. Tetapi sebagai keabadian jawab adalah tanyaku sendiri menuju segala batas ucapan selamat tinggal ...

Aku lihat bulan hanya bintik di ujung cakrawala tanda di mana doa-doa disampaikan dengan perut lapar sejak fajar tumbuh hingga senja tiba menenggelamkan matahari ke balik malam ...

malam yang melantunkan lagu ... selamat jalan ...

3/13/2005

Sakit !

Sudah 3 minggu terakhir aku gak produktif sama sekali. Semuanya terbengkalai, jurnal fia, web pks, web unggul dan eramedia bahkan skripsiku seketika terhenti begitu saja. 3 minggu aku tak bisa berlama-lama di depan monitor hanya bisa duduk beberapa menit kalo gak aku akan pusing kemudian berakhir di tempat tidur.

Berawal dari pertengahan Februari, aku diserang mencret dak karu-karuan. Apa yang aku keluarkan ke closed wc jadi encer se encer-encernya. Satu setengah minggu aku harus berhadapan dengan hal seperti itu. Dalam satu setengah minggu tersebut aku gak bisa ngapa-ngapain, badan lemes. Temenku pada menyarankan aku untuk berobat ke rumah sakit atau ke dokter, tapi aku menolaknya. Aku masih ada obat yang cocok untuk masalah mencret ini. Berkat saran dari Pras aku disuruh makan obat buatan orang china kayak jamu. Awalnya sih gak ngefek, tapi aku barengi dengan makan daun jambu biji. Alhamdulillah, beberapa hari setelah itu apa yang aku keluarkan udah mulai padat lagi. Dan perlahan-lahan kondisiku sudah normal seperti biasa. Aku sudah bisa ketawa-ketiwi lagi, ngelanjutin kerjaan yang terbengkalai, tapi sayang itu cuma berselang beberapa hari.

Minggu kemaren aku ikut pra Muqoyyam, yang diadakan DPD PKS. Muqoyyam yang akan diadakan pada tanggal 26-27 Maret nanti harus diadakan "pra" biar tidak kaget jika pada pelaksanaan nanti. Siang itu aku belum makan sama sekali dan berangkat ke DPD dengan perut sedikit keroncongan. Aku sih awalnya gak tau kalo pra Muqoyyam itu seperti apa. Gak taunya sampai di DPD dan pra Muqoyyam mulai dilaksanakan aku kaget ternyata, semuanya berhubungan dengan Fisik. Mulai dari lari marathon 5 km, lanjut pushup, sit up, dan backup masing-masing 30 kali. Nah pada saat sit up, aku mulai ngerasa kram perut, lama banget. Setelah istirahat sebentar, kami semua di suruh untuk sprint 100 meter dan lari zigzag. Walhasil aku muntah 3 kali setelah menyelesaikan tarmen yang terakhir yaitunya lari zigzag. dan aku tak kuat lagi berdiri untuk beberapa saat. Perutku kram, kepalaku pusing dan badanku terasa susah sekali untuk digerakkan.

Ternyata penyebabnya selain belum makan siang, aku juga sangat jarang olah raga. Sehingga otot-ototku jadi kaget dan kram semua. Walopun sebelumnya pemanasan tapi tetap aja kalo jarang olah raga akibatnya menjadi seperti ini. Udah hampir 1 minggu aku lemes gak karu-karuan, kerjaan ku cuma bisa tidur dan itupun kata pras tidurmu selalu gelisah. Ke mushollah sih masih sanggup cuma kalo jalan bawaannya sempoyongan gitu. Sampai sekarang pinggang dan pinggulku masi kerasa nyeri. Kepala terasa panas dan bawaannya demam.

Aku gak mau periksa ke dokter, sekali lagi aku gak suka obat, dokter dan berhubungan dengan rumah sakit lah. Padahal pras udah berkali-kali ngajak aku untuk periksa. Tapi jawabanku tetap saja sama. Aku paling gak mau di ajak ke rumah putih-putih itu.

Ya moga-moga aku bisa cepat sembuh, bisa melanjutkan semua pekerjaan dan skripsi yang terbengkalai. Dari obrolan aku dan salah seorang temanku semalam, ada satu pernayataan dia yang membuatku sedikit bahagia dengan semua sakit yang kualami sekarang.

"Dang, bersyukurlah lu masih punya teman yang ikhlas merawat lu disaat lu sakit. Bersyukurlah masih punya teman yang setia menemani disaat down alias sakit seperti ini. Itu baru namanya teman dang, bukan orang yang cuma datang disaat lu senang tetapi menghilang disaat lu susah seperti ini, apalagi udah seperti ini malah mengharapkan keburukan terjadi sama lu."

#belum bisa tidur gara-gara demam belum reda

3/09/2005

Menunggu Sebungkus Nasi

Sebenarnya jam segini bukan jadwal makanku biasanya. Tapi berhubung tadi ada yang pengen keluar, aku langsung inget kalo sekarang tuh kamis dini hari. So sekalian aja aku titip sebungkus nasi ato apa aja yang bisa dijadikan buat sahur. Sambil nunggu aku menikmati Himura Kenshin episode 7-8-9, wuih banyak ya ? ya iya lah wong cuma 1 episode 20 menitan.

Capek nih mata ngikutin gambar bergerak, aku putuskan untuk menyendiri. Seperti biasanyalah. Sekitar 1/2 atau 1 jam yang aku butuhkan untuk berkhalwat. Tapi kok yang keluar tadi gak nongol-nongol juga ya ? Entah memang bawaan mau makan, kok tiba-tiba perutku terasa laper banget. Padahal sebelumnya aku idup di jam segini sih biasa aja tanpa nasi. Cukup secangkir teh saja, sampai subuh tahan sudah.

Tapi kali ini memang lain. Perut mulai kerasa kriyuk-kriyuk. Cacing-cacing kayaknya lagi bertepuk-tepuk. Foto kopian disebelah yang lagi lembur, udah nutup pintunya dari luar, alias pulang. Tapi kok temenku dari tadi belum juga membuka pintu ruang ini ya ?

ya... sahur lewat sudah tanpa makan apa-apa dan kayaknya niatku untuk puasa sunah pupus sudah. Kemudian tiba-tiba "krieeekkkk ..." terdengar suara pintu berderit. Aku langsung terlonjak harap sambil melihat jam dinding, akh masih jam 4 kurang dikit. Pas banget menjelang subuh. Aku sedikit berlari keluar.

"Nasinya ?" aku bertanya sambil bawa piring.
"Nasi ? nasi apaan ? bukannya kamu nitip kopi ? nih !" dia dengan santainya menarok diatas meja kopi sachetan.
"Haaaahhh... Ya Alloohhhh !" aku ternganga ... sambil melihat tampang acuhnya. Kemudian kayak gak ada apa-apa dia jalan menuju komputernya. Aku masih terbengong lama ... kemudian terdengar sayup-sayup suara azan dikumandangkan.

"Yaaaah ... ?!?"
Terdengar pelan, seirama dengan lemasnya tubuhku menatap piring kosong.