10/31/2002



aku rindu ibu, ayah dan semuanya ... sungguh ! aku rindu tamparan kirimu yang sadarkan selalu jalanku. "ingin ku dekap erat dan menangis di pangkan mu. sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu ...

10/29/2002

bayangkanlah suatu ketika duduk di hamparan pasir putih dan menatap bulan bersama bintang-bintang, semilir angin malam menyibak tepian wajah dan membuatnya menjadi begitu indah. duduk dengan posisi menengadah di pantai putih berbuih, menikmati kemilau malam yang tak berkesudahan. Namun pernah kah tersadar bahwa lidah air laut perlahan-perlahan bergerak menjilati selunjuran kaki hingga terendam basah. dan semuanya baru disadari di saat sudah menjadi kuyup kemudian berusaha untuk menghindar dan membuyarkan sejumlah khayalan yang telah disusun ... " apakah memang begitu seharus nya ?"
Gue tuh dah capek ! Gue tuh dah bosen dengan apa yang gua liat... teruskan saja sesuka hati

10/21/2002

bukan sekedar sandiwara

Dunia ini memang bukan sekedar sandiwara. Tetapi juga di bungkus dengan berlapis-lapis kebohongan. Aku tak kan lagi percaya percaya dan gak segampang itu untuk percaya. Bagi ku kepercayaan adalah penghargaan tertinggi buat seseorang melebihi apa yang bisa dia beri. Dan sekali saja merusak nya bakal aku akan bisa di perbaiki lagi...

10/16/2002

next testing
test blogieh yang bendulz

10/14/2002

Kecanduan Internet



Are you Addicted to the Internet?

97%


L33T H@x0r (81% - 100%)
You live and breathe the Internet. You rarely leave your computer(s) for fear of going through withdrawl. You are beginning to say "lol" and "brb" in verbal conversations and you haven't seen your friends face-to-face in months if you don't count their web cams. Maybe it is time to back away from the computer slowly and go get some fresh air? The Internet will be here when you get back!




The Are you Addicted to the Internet? Quiz at Stvlive.com!






BLUE



You give your love and friendship unconditionaly. You enjoy long, thoughful conversations rich in philosophy and spirituality. You are very loyal and intuitive.




Find out your color at Stvlive.com!




10/09/2002

testing only

10/06/2002

terbunuh, mengering, mengeras, dan meledak, meleleh menjadi debu

berkali-kali aku terbunuh, mengering, mengeras, dan meledak, meleleh menjadi debu. beriringan dengan seteguk pagi yang murung kepada langit yang masih merah.
aku terpuruk dalam lumpur, dadaku tersumbat dan tangan-tangan kekar matahari menggores di balik pundak. Sedangkan mega-mega menyembunyikan langit. kusentuh urat-urat bumi... enam tahun sudah lewat ! dan jiwaku semakin sekarat !

Mengintip di balik kaca, kisah mu semakin beralih dan berputar kemudian selalu berucap "diam nya kita adalah bait-bait hujan yang di tinggalkan mendung".
di lengkungan angkasa kulihat nasib ku terhapus, bahkan dari sinipun bunyiku tak terdengar.

Aku kehilangan hasrat untuk mengungkapkan apa yang berkecamuk dalam hati dan diriku lagi padamu. Aku butuh lumpur yang melumur agar tak menghempas ujung-ujung batu ligam. Aku juga pernah bermimpi dan bukan hanya semalam dan ketika ku bentangkan tangan ini untuk menyambutmu namun jari telunjuk dan barisan gigimu menusuk ke balik jiwaku dan kau pun berputar dan pergi tanpa menoleh lagi.

aku tak lagi memanggil malam karena sudah ku tidurkan bersama jutaan bintang dan esok pun tak lagi menjenguk matahari karena ku lelapkan dalam selimut fajar.
Separoh ingatan ku mengelinjang dan terkapar, pada hisapan terakhir tubuhku rubuh dan ambruk di kaki langit.
----------


masih saja aku melihat selembar kertas itu, usang, kusam, kumal dan berbau. hm... 4 tahun, isinya pun tak berubah hanya tulisannya yang sedikit luntur karena di tulis dengan tulisan tangan biasa. Kata demi kata aku simak kembali, namun ada beberapa bagian yang terhapus dan ku goreskan dengan ujung pena hitam ku agar jelas dibaca.
Dimana dirimu sekarang ?

aku rindu nada bicaramu dengan wajah tertunduk malu. atau saat melantunkan tembang di iringi petikan gitar tua dalam pelukanku, mungkinkah kamu menjangkau nada dengan kupingmu sayup-sayup pelan. walaupun sumbang terdengar namun hatiku tentram, bagaimana denganmu ?

Masih berbekas jawabanmu waktu itu ... tidak akan ada sama sekali... oh !
tatapan ku tertegun disaat disaat melantunkan syair ini

"How quick the sun can drop away
And now my bitter hands cradle broken glass
Of what was everything... "

aku sudah berkali-kali bahkan ratusan kali melagukannya sampai suaraku pun hilang berserak bersama teriak. Dimanakah dirimu ?

hari ini aku tak bertemu dengan matahari walaupun hanya sesaat. semuanya tenggelam dalam lelapnya tidur panjang. 15 jam ... tanpa tergugah. inikah saat pembalasan dari hari-hari kemaren ? mungkin... namun aku tak merasa membalas, hanya karena tak kuat lagi melihat semua itu dengan mata kepalaku. kata demi kata dan baris demi baris beratus ratus ku paksakan masuk ke dalam kerongkongan otak ku... mencoba mencerna namun tak tergilas, masih saja tersimpan bulat-bulat.

Disaat ku terjaga semuanya berubah, hitam ? bukan. putih ? bukan. birupun tidak, kabur dan melesat entah kemana. Diam ? ya... aku masih diam dan akan terus diam sampai aku enggan untuk diam ... karena masih tersimpan sejuta bahasa yang harus ku tebarkan hingga suatu saat kau mengerti.

10/05/2002

How Jedi am I ?


:: how jedi are you? ::



nih kuis apa gak salah ? tau ah ... bodo` !
jam 5.14 masih di depan layar 17 inchi, yah seperti biasa ... liburan berisikan tidur dan duduk di kursi yang selalu berbunyi kalo aku bergeser. kursi ini memang udah reot, dikit aja bergeser bunyi nya kayak orang nangis aja. Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa "lost control" apa yang di kerjakan selalu di luar pikirkan. pengen ini dan itu banyak banget hingga pagi pun tak tersisa.
Matahari masih ragu untuk menjenguk diriku dari ufuk timur. tapi aku tersenyum menggoda ... kenapa ? udah lah ... pagi butuh cahayamu dan siang pun butuh sengatan mu. Tapi aku gak tahu apakah bisa menemani kamu sampai berangkat ke peraduan nanti. Soal nya semalaman aku mengalahkan dirimu untuk selalu terjaga ... dan sekarang waktu nya untuk menggantikanmu berangkat ke peraduan, tapi aku masih enggan karena aku ingin melihat secercah senyummu walopun hanya sebuah senyum simpul.

10/02/2002

satu... dua... tiga..., tujuh... delapan

satu ...

i shake ! i wanna wind out i wanna leave this mind and shout and now scratch up my eyes with your soul knife !
it's a hopeless situation and i'm starting to believe. i'm trying to achieve, but i try to run on. it's all or none ... all or none...
here's the selfless confession leading me back to war
can you keep that our destinations, are the ones you've been before?
i still try to run on but it's all or none.
all or none...
to myself, i surrender

---
dua...

wake up !, my room was cold, checked the furnace it's wasn't burning .
I know it's same sad story, that's a fact !. Bird on a wire outside my room...
i'm sitting here in my room tonight, but all i'm thinking is the same old story, same old act it's the same thing, night on night.
who's wrong ?, who's right ?
another fight and i slam the door on. another battle in my dirty little war. when i look at myself i don't see the man i wanted to be.
somewhere along the line i slipped off track.I'm caught, movin one step up and two steps back.
last night i dreamed i held you in my arms, but just a dreaming !

----
tiga...

sebuah cerita yang ku pungut, menghujam hari-hari tanpa gerimis. dari balik tumit sepatu lusuh yang kupakai yang selalu setia menemani jejak langkah yang kubuat. sepanjang jalan kulalui, helai demi helai menggugurkan heningnya perbincangan di lengangnya suasana.

bicaralah ! karena dukaku akan mengusik disaat langit memelas pada telungkup senja. racik kan kata-kata supaya malam tak lagi mengalami luka. aku masih saksikan jerit dan pilu membelah membahana dan meringkik menusuk.

jari-jariku yang kaku terlipat hangat dalam saku dengan genggaman basah mengalirkan keringat yang hangat. aku begitu dihakimi oleh ingatan seperti sidik jari yang saat ini berkelindan. kemana arah otakku berjalan ? udara-udara yang kuhirup terasa basi.

dengan segelas nescafe mencoba menelan hari-hari yang kulukis. kuseka bau matahari yang melekat dan kuremas panas yang membuatku semakin gerah. pada getar daun ku titipkan kata-kata yang tak sempat ku lantunkan hari ini. pada rumput-rumput basah yang kena ludah lalu lalang ku hempaskan kaca yang membuatku tak bisa melihat siapa yang ke tatap. serumpun dalam tiupan sepi memandang kelokan-kelokan jalan yang bertalu yang perlahan lenyap dan jadi muram.

----
empat...

di kangkang kedunguan aku menunggu cerita yang lain selantunan lagu tak jelas di balik kaca di belahan cermin menoreh luka. barangkali ribuan malam ku habiskan, langit dan awan yang hidup dari malamku dalam jutaan hari .tak sempat menyisakan sedetik untuk berucap tarian pikiran yang memecahkan bayangan silam saat jejak hitam itu terkucur di tanah peraduan yang kelam di kubangan yang membesut melintas erangan mendelik meneriaki diriku mengusai sketsa nafas mendesah

---
lima...

wahai bulan diufuk timur yang merangkak pelan membelah angkasa. wahai angin dari utara yang merambah singgasana alam raya. wahai jingga langit merona yang menyebar pesona. wahai ombak menggila yang memecah sombongnya karang. wahai buih-berbuih putih yang menjilati gemerisik pasir. wahai air suci mengalir memecah di hempasan batu-batu hitam legam dan kelam...
tolong engkau beritahu aku karena otak ku semakin buntu dan lidah ku terasa kelu

----
enam....

aku bukan sebuah mimpi yang mencuri diam-diam di bawah sayap-sayap malam yang rapuh. aku juga bukan khayalan yang menyelinap dalam angan yang mengalun pelan. namun aku ada disini yang hadir menyusun ruang sisi bathinmu dan tak kan lagi menukar derai tawa hati dengan lara yang mengoyak jiwa dan tak kan pula puas mengubah airmata, dengan diam.

bukan hanya satu jam yang kuhabiskan untuk menelusuri, bukan hanya satu hari ku mencari, bukan hanya sesaat ku rasai, bukan tuk kumiliki tapi kucoba berbagi. Tapi kau tak pernah mengerti karena aku tenggelam dalam malam dan tak berucap dalam siang ...

---
tujuh ...

malam-malam gelisah membusukanku dalam pikiran-pikiran tak menentu. merangkak menghantarkan ke titik titik sunyi
dan menindihku di pelataran. awan yang mendesau dan dingin yang kudekap, tak lagi membuat kebekuan. bersama lembar-lembar waktu bulan yang ku usung matahari kutikam dan tersungkur di kaki langit hingga gelap berteriak memanjat dinding-dinding langit. kukais-kais kerikil koral dan kulukiskan gelap dengan kebiruan.
aku yang beredar di balik jelaga hitam, lirih berucap selamat malam... ketuk lah pintu itu masuk lah ke dalam bilik jiwaku, pandang dan nikmati semua isi hatiku, hisaplah wewangian dalam paruku belailah dengan mesra darah dalam hatiku, genggam erat degup jantungku, disana kau akan tau bahwasanya telah kulukiskan semua, walaupun ku tak yakin kau akan mengerti karena semuanya ku telan sendiri.

---
delapan ...

selarik cahaya jingga menerpa riak. membuihkan suara merdu memecah di tepian. dari sang dewa yang cuma mengintip malu
tersenyum pun enggan dibalik awan. bayang demi bayang ku genggam. isyaratkan hari ini bukan lagi untuk ku.
angin mendesau memburu mimpi. menggoda mataku untuk menjangkau jauh ke ufuk ditempatmu berdiri. menatap rona pagi buta, dan ternyata ... goresan dalam jiwaku semakin menganga. darah pun membuncah, koyak oleh tiga lembar surat darimu. Luka yang dulu belum sembuh dihempaskan lagi dengan pecahan kaca yang sesaat yang lalu ditaburkan dan bakar sampai tak lagi berbau !

malam tak kan lagi berbulan. selamat jalan ...