10/02/2002

satu... dua... tiga..., tujuh... delapan

satu ...

i shake ! i wanna wind out i wanna leave this mind and shout and now scratch up my eyes with your soul knife !
it's a hopeless situation and i'm starting to believe. i'm trying to achieve, but i try to run on. it's all or none ... all or none...
here's the selfless confession leading me back to war
can you keep that our destinations, are the ones you've been before?
i still try to run on but it's all or none.
all or none...
to myself, i surrender

---
dua...

wake up !, my room was cold, checked the furnace it's wasn't burning .
I know it's same sad story, that's a fact !. Bird on a wire outside my room...
i'm sitting here in my room tonight, but all i'm thinking is the same old story, same old act it's the same thing, night on night.
who's wrong ?, who's right ?
another fight and i slam the door on. another battle in my dirty little war. when i look at myself i don't see the man i wanted to be.
somewhere along the line i slipped off track.I'm caught, movin one step up and two steps back.
last night i dreamed i held you in my arms, but just a dreaming !

----
tiga...

sebuah cerita yang ku pungut, menghujam hari-hari tanpa gerimis. dari balik tumit sepatu lusuh yang kupakai yang selalu setia menemani jejak langkah yang kubuat. sepanjang jalan kulalui, helai demi helai menggugurkan heningnya perbincangan di lengangnya suasana.

bicaralah ! karena dukaku akan mengusik disaat langit memelas pada telungkup senja. racik kan kata-kata supaya malam tak lagi mengalami luka. aku masih saksikan jerit dan pilu membelah membahana dan meringkik menusuk.

jari-jariku yang kaku terlipat hangat dalam saku dengan genggaman basah mengalirkan keringat yang hangat. aku begitu dihakimi oleh ingatan seperti sidik jari yang saat ini berkelindan. kemana arah otakku berjalan ? udara-udara yang kuhirup terasa basi.

dengan segelas nescafe mencoba menelan hari-hari yang kulukis. kuseka bau matahari yang melekat dan kuremas panas yang membuatku semakin gerah. pada getar daun ku titipkan kata-kata yang tak sempat ku lantunkan hari ini. pada rumput-rumput basah yang kena ludah lalu lalang ku hempaskan kaca yang membuatku tak bisa melihat siapa yang ke tatap. serumpun dalam tiupan sepi memandang kelokan-kelokan jalan yang bertalu yang perlahan lenyap dan jadi muram.

----
empat...

di kangkang kedunguan aku menunggu cerita yang lain selantunan lagu tak jelas di balik kaca di belahan cermin menoreh luka. barangkali ribuan malam ku habiskan, langit dan awan yang hidup dari malamku dalam jutaan hari .tak sempat menyisakan sedetik untuk berucap tarian pikiran yang memecahkan bayangan silam saat jejak hitam itu terkucur di tanah peraduan yang kelam di kubangan yang membesut melintas erangan mendelik meneriaki diriku mengusai sketsa nafas mendesah

---
lima...

wahai bulan diufuk timur yang merangkak pelan membelah angkasa. wahai angin dari utara yang merambah singgasana alam raya. wahai jingga langit merona yang menyebar pesona. wahai ombak menggila yang memecah sombongnya karang. wahai buih-berbuih putih yang menjilati gemerisik pasir. wahai air suci mengalir memecah di hempasan batu-batu hitam legam dan kelam...
tolong engkau beritahu aku karena otak ku semakin buntu dan lidah ku terasa kelu

----
enam....

aku bukan sebuah mimpi yang mencuri diam-diam di bawah sayap-sayap malam yang rapuh. aku juga bukan khayalan yang menyelinap dalam angan yang mengalun pelan. namun aku ada disini yang hadir menyusun ruang sisi bathinmu dan tak kan lagi menukar derai tawa hati dengan lara yang mengoyak jiwa dan tak kan pula puas mengubah airmata, dengan diam.

bukan hanya satu jam yang kuhabiskan untuk menelusuri, bukan hanya satu hari ku mencari, bukan hanya sesaat ku rasai, bukan tuk kumiliki tapi kucoba berbagi. Tapi kau tak pernah mengerti karena aku tenggelam dalam malam dan tak berucap dalam siang ...

---
tujuh ...

malam-malam gelisah membusukanku dalam pikiran-pikiran tak menentu. merangkak menghantarkan ke titik titik sunyi
dan menindihku di pelataran. awan yang mendesau dan dingin yang kudekap, tak lagi membuat kebekuan. bersama lembar-lembar waktu bulan yang ku usung matahari kutikam dan tersungkur di kaki langit hingga gelap berteriak memanjat dinding-dinding langit. kukais-kais kerikil koral dan kulukiskan gelap dengan kebiruan.
aku yang beredar di balik jelaga hitam, lirih berucap selamat malam... ketuk lah pintu itu masuk lah ke dalam bilik jiwaku, pandang dan nikmati semua isi hatiku, hisaplah wewangian dalam paruku belailah dengan mesra darah dalam hatiku, genggam erat degup jantungku, disana kau akan tau bahwasanya telah kulukiskan semua, walaupun ku tak yakin kau akan mengerti karena semuanya ku telan sendiri.

---
delapan ...

selarik cahaya jingga menerpa riak. membuihkan suara merdu memecah di tepian. dari sang dewa yang cuma mengintip malu
tersenyum pun enggan dibalik awan. bayang demi bayang ku genggam. isyaratkan hari ini bukan lagi untuk ku.
angin mendesau memburu mimpi. menggoda mataku untuk menjangkau jauh ke ufuk ditempatmu berdiri. menatap rona pagi buta, dan ternyata ... goresan dalam jiwaku semakin menganga. darah pun membuncah, koyak oleh tiga lembar surat darimu. Luka yang dulu belum sembuh dihempaskan lagi dengan pecahan kaca yang sesaat yang lalu ditaburkan dan bakar sampai tak lagi berbau !

malam tak kan lagi berbulan. selamat jalan ...

No comments: