6/26/2003

Ha ha ha ! aku mengudara ... 95,7 Mhz membawaku kemana-mana, tapi kenapa mesti sendiri ? ah sudahlah ... yang penting ketawa ha ha ha ! mungkin yang katanya "orang gila" tak ada lagi di studio ini atau emang udah pada lari terbirit² ? melihat semuanya dah idup kembali ? kalo iya aku yang gila atau mereka ?

ok ... masih di 95,7 TEUBFM ... kamu masih bersama padang kali ini, diajang yang gue sendiri bingung namanya ajang apa tapi yang jelas gue cuma pengen cuap² aja ... hehe.. peduli amat ama lu yang udah bosen dengerin gue lha wong ga ada lagi yang siaran ... dari pada gak ada ? masih mending tho... oke gue gak mau manjangin mukodimah lagi.. terusin aja gih dengerin yang gue puter berikut... chek this out babeh !
gue bingung gue sedih ... gue ... kehilangan ! oh my host dot eska !

6/21/2003

http://www.host.sk/user/?err=no_auth

asuuuu !!!!!

6/20/2003

"minal djinnatiwannaass..." tanpa terasa semuanya menjadi kabur, mataku berkaca, suaraku berserak, hatiku berdentum, nafasku memburu, denyut nadiku berpacu ... dan aku pun tersungkur disaat bacaanku singgah di terakhir suratMu yang ke 114 ... terima kasih ya Allah atas izinMu,rahmatMu,karuniaMu,ridhoMu aku selesaikan 30 bagian kumpulan wahyuMu.

biarkan air mataku mengalir tanpa henti ... karena bahagia singgah di hati

6/16/2003

menjadi kaum tersisih

Untuk sekedar mengeliatpun aku terkadang resah, namun itulah hadirnya duniaku kini. Beberapa perjalan membuatku semakin asing begitu juga salak anjing yang semakin nyaring di kuping. Kuhadapkan wajah dimana aku tak lagi berurusan denganmu, cukup di malam itu saja !

jangan lagi rasa sungkanku kau kubur, tapi apakah mungkin ? perlahan terasa sekali kau buat aku sebagai adam yang terusir dari negeri yang jauh. Senyeri luka yang menyayat ke dalam dadaku yang tak henti dengan segala tatap mengoyak,memporakkan bersisa perih mendidih. Sekian lama ingin kugapai harapku, kusangkutkan anganku, kutitipkan mimpiku hingga hari-hari mulai lusuh dalam gelisah waktu. namun ... terima kasih untuk semua patah katamu itu !

karpet merah ini menjadi saksi dimana aku telah menjadi kaum tersisih !

6/15/2003

begitu juga aku

Semoga sakit yang kurasakan ini, suatu saat kau juga merasakannya. dan aku tak bisa menjamin apakah sama bahkan mungkin lebih sakit dari apa yang menusuk ke dadaku saat aku berbaik hati untuk orang-orang yang membawaku kesini.

Terima kasih untuk semua yang keluar dari mulutmu, maaf aku tak membalas apa yang kau tulis kemaren karena semuanya sudah aku maafkan. tapi maaf dariku semalam itu aku terlanjur berdo'a ... maaf juga kalo seandainya yang kuminta itu terkabul. kita sama-sama manusia, kau bisa emosi ... begitu juga aku !

6/04/2003

ya.. ini dia hidupku satu setengah tahun yang lalu. masih jelas teringat disaat carrier eiger bergayut dipunggung berjalan berkilo-kilo hanya untuk mencari dimana aku akan tinggal untuk tidur sekejap mata duduk dipelataran parkir sambil menatap matahari condong kemana dan menghitung kotak-kotak ubin sambil mikir dimana aku tidur. dan sekarang semua itu terulang kembali... ha ha sudah biasa ! semua orang bakal bilang hidup itu kadang kala diatas dan kadang kala dibawah, bagai roda yang berputar yang entah sampai kapan naik karena belum sampai ketengah balik lagi kebawah... yah itulah hidup ! katanya sih begitu ... ?!
ok ... selamat deh buat mereka masih punya satu pegangan untuk bergelantungan, atau bagiku sendiri yang masih punya satu ruangan yang mungkin sudah lama sekali kutinggalkan dan sekarang mau ku rame kan lagi. aku tak berpikir lagi apakah kita masih bisa untuk bersama karena datu persatu sudah berusaha mencari jalan mereka masihng-masing. namun jangan ditanya tentang aku ... yang jelas aku disini mencari tongkat estafet hidup yang terjatuh atau malah memang dijatuhkan atau juga ikut berjatuhan, yang jelas itu sudah ada yang mengaturnya.
untuk mu yang menjadi tempat dimana aku tuangkan semuanya ... terima kasih, tidak ada orang yang bisa membuatku begitu lancar berceloteh buyarkan semua keluh kesah, gundah bahkan kau sempat bilang stress dan kau menjadi perdengar terbaikku saat itu. sungguh tak ada yang lebih yang kuharapkan selain kau dengarkan pada saat semuanya memang menjadi kenyataan ... aku pengangguran !
Tidak ada orang yang bisa membuatku menjadi iklash untuk melepas semua dikala aku menggebu untuk berontak bahwa itu semua tidak semestinya dan tidak masuk diakal.
.... ( maaf aku belum bisa lanjutkan karena aku ngantuk ! selamat malam ... mari kita tidur dan bermimpi yang indah, karena hidup terlalu pahit untuk dinikmati )

6/01/2003

Pernahkah kau berdiri mengangkang diatas puing yang dihancurkan oleh tangan-tangan serakah dibalik itu nadimu untuk tiga,dua,satu kali kedepan itu masih disangsikan untuk bisa berdenyut... dimana harapan itu bersisa ?
Pernahkah kau merasakan disaat pola sederhana kau coba goreskan lembaran hidup namun entah angin dari mana menerbangkannya dan jangkauanmupun tak sanggup menggapainya lagi... dimana peta hidup itu ? aku masih buta
Pernahkah kau membuat pondasi, batu pertama telah kau tancapkan kemudian batu kedua .. disaat kau meletakkan batu ketika ayunan martil sang punya tanah memporakporandakan itu semua... dimana rumah yang menjadi tempat tinggal ?
Pernahkah kau menganyam tali bersama beberapa orang dan kemudian sudah berbentuk jaring yang bisa kau jadikan untuk menangkap ikan, dan disaat kau dan temanmu menjadikan agar lebih besar lagi sebuah gunting memotong talimu satu persatu bahkan semuanya ! dan kau pun hanya bisa ... dimana penghidupan yang akan berada ditangan ?
Pernahkah kau menangis bersama melihat runtuhnya singgasana dari gubuk derita ... dimana saudaraku ? semoga masih bersama dan tak perlu lagi mencari arti kata keluarga atau malah menjual arti kata persahabatan

Kita tertunduk dibawah bendera yang tak mungkin lagi berkibar, kalah ? Kita terpaku dibawah atap yang terbakar, resah ? Kita tersedu diantara hati-hati yang terkapar, lelah ?

NB : untuk kau yang duduk entah di lantai yang keberapa ...
Aku punya satu do'a yang hingar !
Aku punya satu harapan yang bingar !
Aku punya satu kata yang menggelegar !
dan DIA punya karma yang menampar !
sayup-sayup denting gitar jam 2 pagi itu masih terdengar nyaring, namun nada-nada itu sudah menjadi sebuah penghayatan jerit tertahan. . Kau sering berkata bahwa kita harus mampu menjadi orang kaya saat kita tak memiliki satu apapun, dan kita harus mampu menjadi miskin saat kita dalam keadaan kaya. Namun kita tak pernah sadar betapa telah lelah membangun kerajaan puisi, sia-sia kah yang semua telah menjadi puing ?
Kepalaku adalah keranjang yang mencoba manampung setangguk air, tetapi bulan itu sudah penuh dan kembali menyusut ... menyabit menjadi musuh matahari di sebrang jalan. Ketika cermin itu berbalik dan cahayanya menusuk lobang yang pernah kita gali dan belum sempat kita tutupi, semuanya menuju kesana. Yah... mungkin akulah menjadi saksi pertama disaat bumi mulai bergoncang.
Aku sempat mencoba untuk tertidur dengan mimpi sekaligus mendengkur, tapi itu hanya sebuah klise ! berusaha menjadi pejuang namun inilah sang terbuang. Adil ? mungkin untuk para topeng yang telah luntur, tinggal debu yang tersisa di klilip mata
lalu pedas yang dirasakan itu kita ingkari sia-sia di mana genggaman tangan bersama yang sempat kita simpan.
Tapi sudahlah hari itu memang keranjang tak berjala, dan semua air biarkanlah mengalir mencari dimana tempat ternyaman. Karena kita seakan tercipta memang diam dan tak satupun yang berani untuk berontak ... dimana mulutmu yang sering kau asah itu ? atau lincah gerakan jarimu menari menekan tiap tombol bahkan tiga puluh dimensi pikiran yang sempat kau utarakan hanya sebuah teori belaka ?