1/23/2006

Masjid Tutup !

Seumur-umur baru kali ini saya menemukan Masjid tutup ! ya, tepat di depan tempat saya bekerja di kota buruh sebelah barat pulau jawa. Masjid tutup bukan karena disegel oleh pemerintah atau pihak kepolisian, tetapi masjid ditutup berhubung karena ada pembangunan. Kalo ada masjid disegel oleh pihak berwenang, wajar-wajar saja kalau kita marah atau mencari sebab kenapa. Tetapi kalau masjid disegel oleh pihak panitia pembangunan masjid, bagaimana dengan ini ?

Terus terang saya sendiri tidak habis pikir, kenapa karena membangun ulang sebuah masjid harus tutup ? trus bagaimana dengan ummat yang mau melakukan sholat jamaah ? Bercermin pada diri saya sendiri, sejak masjid itu tutup saya jadi jarang sholat berjamaah. Atau dengan kata lain saya jadi sering sholat sendirian. Kenapa ? karena masjid yang lain tempatnya jauh dan suara adzan yang juga sulit ditangkap oleh telinga saya. Dulu sebelum masjid tutup, saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang memenuhi masjid setiap ada panggilan adzan.

Namun sekarang sejak masjid itu tutup, saya adalah salah seorang yang juga bingung mau sholat kemana. Tidak jarang disaat zuhur, asar, magrib, isya bahkan subuh saya melangkahkan kaki menuju masjid itu, disaat berada didepan masjid itu saya baru sadar kalau masjid itu tutup. Ini bukan hanya dialami oleh saya saja, ibu yang punya tempat saya bekerja ini juga mengalami hal yang sama. Waktu itu beliau mau melakukan sholat subuh, berjalan di waktu pagi hari tertatih-tatih dengan harapan bisa bertemu dan bermunajat dengan pemilik jiwa. Namun apa yang didapat ? pintu masjid tertutup rapat.

Apa yang dirasakan oleh ibu, juga saya rasakan. Bahkan lebih pahit rasanya, sedih ... sampai sekarang belum bisa terjawab pertanyaan terbesar dalam benak saya ... kenapa masjid itu mesti tutup ? Terus siapa yang bisa bertanggung jawab dengan beberapa hadis dibawah ini ?

1. Dari Ibnu Umar Ra sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: "Sholat berjamaah lebih utama dari pada sholat sendirian denga dua puluh tujuh derajat (HR. Bukhori No. 645 dan Muslim No. 650 )

2. Dari Abu Hurairoh Ra ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: "Barangsiap yang pulang pergi ke masjid, maka Allah telah mempersiapkan tempatnya di surga setiap ia pergi maupun pulang" (HR. Bukhori No. 662 dan Muslim No. 669)

3. Dari Abu Hurariroh Ra ia berkata: "Rasulullah SAW telah bersabda: Sholat seseorang dengan berjama'ah dilipatgandakan (pahalanya) dari pada sholat di rumahnya tau dipasar dengan dua puluh lima kali lipat. Hal tersebut dikarenakan apabila dia berwudhu kemudian membaguskan wudhunya, kemudian ia keluar menuju masjid dengan maskud untuk sholat, Tidaklah ia melangkah satu langkah melainkan akan diangkat derajatnya dan dihapus dosa-dosanya, kemudian jika ia sholat, maka para malaikat akan senantiasa mendo'akannya: Ya Allah anugerahkan keselamatan baginya, Ya Allah rahmatilah dirinya. Dan seseorang akan dianggap melaksankan sholat selama dia menunggu sholat" (HR. Bukhori No. 647)

4. Dari Abu Hurairoh Ra ia berkata: Nabi SAW bersabda: "Tidak ada sholat yang paling berat untuk dilakukan oleh orang-orang munafik daripada sholat shubuh dan sholat Isya. Dan kalaulah mereka mengetahui apa-apa yang ada pada keduanya (fadhilah sholat shubuh dan isya) pastilah mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak. Sungguh aku bermaksud untuk memerintahkan muadzin kemudian ia membacakan iqomah kemudian aku memerintahkan seseorang untuk mengimami orang-orang, kemudian aku mengambil api kemudian membakar orang-orang yang tidak keluar untuk melaksankan sholat setelahnya" (HR. Bukhori No. 657)

Dalam hadis di atas Rasulullah SAW menjelaskan tentang keutamaan melaksanakan sholat isya dan shubuh berjama'ah di masjid. Sehingga saking besar pahalanya, setiap orang akan berusaha untuk melaksankan walaupun harus merangkak karena ada halangan atau rintangan seperti halnya anak kecil. Jadi kata-kata "merangkak" dalam hadis di atas menjelaskan bagaimana usaha yang akan dilakukan oleh manusia jika mereka mengetahui besarnya pahala sholat isya dan shubuh berjamaah. Karena secara naluri manusia, ia akan berusaha dengan mengerahkan segala daya dan upaya untuk memperoleh sesuatu hal yang sangat bernialai atau berharga bagi dirinya.

Pertanyaan saya, siapa yang bertanggung jawab kalau saya atau orang lain yang sudah berniat sholat berjamaah di masjid, tetapi ternyata masjid yang saya tuju tutup ? dengan alasan sedang pembangunan. Bisakah diterima alasan tersebut ?

Pengalaman saya waktu berada di tanah kelahiran atau di negeri lain, setiap ada renovasi baik secara total atau pun tidak tidak pernah saya temui tidak pernah ada sampai tutup total. Untuk sholat Jum'at masih bisa diterima, tetapi untuk sholat fardhu ? belum pernah saya temui. Belum lagi kita berbicara bagi musafir atau orang-orang yang sedang menempuh perjalanan. Singgah di kota kecil ini, melihat masjid yang masih berdiri megah walopun sedang dipugar. Berniat menunaikan kewajiban, tetapi ternyata masjid itu tutup. Apa yang anda lakukan jika ternyata musafir itu anda sendiri ?

Waktu sholat idul Adha di lapangan depan masjid itu saya sempat menyimak dengan baik walikota kota (ketua panitia pembangunan masjid ) ini berpidato dengan gagah yang isinya bahwasanya masjid itu akan dipugar mulai tertanggal 15 Januari 2006 sampai dengan 2 tahun kedepan. Pembangunan masjid tersebut dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian penduduk kota buruh ini, maka dibangunlah sebuah masjid yang memiliki fasilitas yang lengkap dengan biaya total semuanya adalah 16 Milyar Rupiah !

Benarkah ? entahlah ... yang pasti terkahir saya sholat di masjid itu, saya masih melihat bapak tua, orang buta, gelandangan dan sekelompok pengemis yang menunggu uluran tangan orang-orang yang sholat jamaah disana untuk menghidupi keseharian mereka. Dan sekarang ? dimana mereka ? dimana sekarang bapak tua yang suka melemparkan senyum ramah itu ? kemana dia bawa langkahnya yang tertatih-tatih itu ? kemana dia bawa kepalanya yang sering dia akui pusing itu ? kemana dia bawa badannya yang bungkuk dibungkus oleh sehelai baju yang jarang sekali dia ganti ? Masihkah tas kresek pemberian saya dulu itu yang kau sandang ? atau sarung kesayanganku itu yang masih kau pakai ? ah, saya kangen ucapan alhamdulillahmu. Saya kangen dengan senyummu yang tulus disaat bersalaman setiap kita selesai menunaikan sholat jamaah di masjid itu. Saya kangen masjid itu buka seperti sedia kala, saya kangen !

Tulisan Bulan Mei Yang Lalu

Alhamdulillah, tulisan yang sengaja saya tulis bulan Mei yang lalu. Sudah banyak tersebar di media web, dibahas dalam forum online, di foward ke milis-milis, di kirim ke buletin board friendster.

Insya Allah saya tidak memusingkan kalo ada orang yang mencatut namanya sebagai penulis tulisan tersebut. Bagi saya, semakin banyak orang yang tau semoga Allah semakin ridho kepada saya. Semoga dengan tulisan itu bisa menggugah kesadaran orang-orang yang saya tuju. Biar saja penulis tulisan itu tidak ada atau tertera hamba Allah atau mungkin ada orang yang berani bikin namanya sebagai penulis. Biarkan saja. Karena sejak awal saya memang tidak ingin diketahui bahwa yang nulis itu adalah saya....

Ya Allah, Engkau maha mengetahui segala apa yang tampak maupun yang tak tampak. Aku berharap keridhoanMu bagi mereka-mereka yang sudah berperan menyebarkan apa-apa yang pernah aku tulis walopun terkadang ada diantara mereka yang menyatut nama. Jangan Engkau hukum kami atas kekhilafan kami ya Allah. Berikan ampunan kepada kami ya Allah.

1/10/2006

Wahai Sang Petinggi Adat !

Kadang saya sendiri gak tau juga harus gimana lagi. Saya jauh disini, dan beberapa bulan lagi insya Allah aku akan pulang untuk melaksanakan sunnah Rasulullah SAW dengan sebuah upacara sakral Menggenapkan separoh dien supaya mendapatkan titel Ibaduh Rahman, menapaki langkah awal membentuk keluarga Mujahid guna selamat dunia dan akhirat. Ya, keluarga mujahid ! keluarga yang isinya adalah manusia-manusia pembela agama Allah. Keluarga pelaku dan pengawal dakwah islamiyah. Itu lah visi kedepan yang kita saling ungkapkan waktu ta'arufan beberapa bulan yang lalu.

Tapi yang aku pikirkan saat ini bukanlah bentuk keluarga yang akan kita bangun. Melainkan step pertama dalam melangkah ke dunia nyata sebagai seorang manusia. Yaitunya tali pernikahan. Saya tau semua orang gembira untuk menikah, bahkan saking gembiranya ada yang melakukan acara pernikahan jauh sekali dari yang disyari'atkan. Dan ini yang saya takutkan, yang saya pikirkan saat ini. Kita umat Islam yang menjungjung tinggi nilai Al Qur'an dan Sunnah tapi kenapa selalu saja kalah oleh adat dan istiadat yang notabenenya gak tau siapa yang bikin.

Istri atau Suami adalah pasangan yang akan dipertanggung jawabkan dari mulai ijab kabul sampai di akhirat nanti. Apakah bisa dipertanggung jawabkan semua itu berdasarkan hukum adat ? untuk para petinggi-petinggi adat tolong anda jawab pertanyaan saya ini. Saya tau anda orang yang lebih mengerti, segala pahit manis asam garam kehidupan sudah anda coba. Jika anda bisa menjawab pertanyaan saya diatas, saya akan ikuti adat yang anda anut.

Memang, saya masih awam dalam hal hukum agama apalagi adat yang jelas saya gak mau tau. Tapi dengan ke awaman saya itulah saya ingin mencoba menerapkan apa-apa yang saya mengerti walaupun itu sedikit. Plis lah, anda adalah orang yang tidak akan tahu nantinya apakah istri saya tadi malam sholat tahajud atau tidak. Anda tak kan tahu nantinya apa warna baju dalam yang dipakai istri saya. Artinya ? anda tidak akan tau dan tidak perlu tau apa-apa yang akan terjadi dalam rumah tangga saya. Trus kenapa ada serta merta mengatur langkah awal saya ini dengan hukum adat yang saya tak paham sepeserpun itu maknanya apa.

Saya marah ? tentu saja, tentu saja saya marah kalau acara pernikahan dipersulit hanya karena ADAT ! sekali lagi hanya karena adat, bukan karena hukum Allah SWT. Bukan karena sunnah Rasulullah. Kita masih punya malu gak sih sama yang diatas. Berapa banyak pengalaman yang terjadi diwaktu pesta pernikahan ada mempelai yang "men-cut" ibadah sholatnya dengan alasan pakaian dan segaa perhiasan yang mereka pakai. Berapa kali kita melihat dentuman musik dan penari setengah telanjang ikut menghiasi acara pernikahan yang suci ? Kita berdalih itu memang sudah adatnya. Bisakah anda pertanggung jawabkan semua itu wahai sang petinggi adat