6/17/2002

melihat sepatu mas susie yang duduk manis di rak membuat aku ingat sudah berapa pasang sepatu yang membungkus kaki ku ini. pertama kali aku di belikan sepatu chips oleh ibuku, warnanya putih dan ada garis - garis merahnya. hmmm sepatu yang membuat ku merasa gagah melangkah kemana saja. ke sekolah , rekreasi selalu di temani oleh "chips". dan sekali waktu pernah "chips" di cuci tapi pas mo berangkat ke sekolah "chips" belum kunjung kering dan masih lembab. alhasil aku menunggu sampe chips kering dan ibuku marah-marah gak karuan, gara-gara chips aku absen satu hari.
umurku pun bertambah dan aku sudah duduk di smp, chips gak muat lagi di kaki ku. sungguh sedih ... karena chips bukan lah chips yang dulu, yang gagah dan mengkilap. sekarang chip sudah lusuh dan sobek disana sini.
suatu hari tanpa sepengetahuanku ibu membelikan aku sepatu, tapi jauh beda penampilannya ama chips... warnanya hitam dan merk nya "nike". aku gak tau apa itu sepatu nike yang di iklan kan di tv, yang ku tau ibuku bilang di beli di loakan dan masih bagus harganya 12 ribu. tak apalah ... sekarang aku punya sepatu baru. tapi kadang aku sedih meninggalkan chips sendirian di kamar. saban minggu ku sempatkan waktu untuk merawat chips... kucuci trus ku jahit lagi bagian yang sobek. hmmm.. lumayan ..gak selusuh sebelumnya. hari-hari bersama nike, mulai memudarkan kesedihan ku meninggalkan chips. tapi beda.. nike tak bisa membuat ku merasa gagah, dan nike juga gak bisa membuat ku berucap " ini lah aku ". yah... nike tak jauh beda dari pembungkus kaki yang lain.
3 tahun kaki ku di bungkus "nike" umur nike pun mulai uzur. aku pun berangkat ke smu. sekolah baru, baju baru dan semuanya baru begitu juga dengan pembungkus kaki ku.
Sekarang aku tak lagi begitu memikirkan model macam apa yang membungkus kaki ku, yang penting aku nyaman. model chip pun tentu gak mungkin, terlalu norak jika ku pakai. Maka ku putuskan membeli sepatu kulit biasa "lee" dari uang hasil menjahit sepatu. yah, semasa di smp aku menyempatkan diri untuk menjahit sepatu tentangga yang sobek... dan ilmu itu aku peroleh dari "chips". "lee" dari harga mungkin tidak pantas jika sepatu itu bermerk lee...masih seperti saat ibu membeli nike, aku membeli lee juga di loakan.
"Lee" mulai menyatu dalam diriku... mengantarkan aku berangkat 1/2 6 pagi ke sekolah menempuh perjalanan jalan kaki 5 km sebelum naik angkot. dari kelas satu sampai kelas tiga "lee" yang menyertai langkah ku, baik itu buat main basket dan pernah aku bawa main bola...seperti yang aku kira lee pun mulai sobek. 20 jahitan harus melilit tubuhnya dan membuatnya agak sempit melilit kaki ku. aku pun sering di marahi guru karena aku selalu membawa lee untuk berolah raga. memang aku tak punya sepatu lain selain lee.
3 tahun masa-masa bahagia ku bersama lee lewat sudah, dan tibalah saatnya menempuh perjalanan jauh ke malang. satu yang membuat ku sangat sedih.. aku harus berpisah dengan chips... karena begitu banyak yang ku bawa terpaksa chips harus ku tinggalkan. semalam sebelum berangkat aku lihat chips yang lusuh tapi masih layak di pake aku kasihkan sama adekku paling kecil dan ternyata kaki nya tidak bisa masuk ke dalamnya, yah sudah lah aku titip kan saja kepadanya.
aku pun berangkat ke malang... "lee" ku bungkus dengan rapi dan ku tarok di dalam carrier. tak mungkin aku memakai lee saat menyandang carrier. sendal jepit yang menggantikan posisi lee selama beberapa hari.
Di malang lee hanya bertahan satu semester, karena sudah ada pengganti nya.. dan masih "nike". nike kali ini sama halnya dengan nike yang dulu, harga murah dan daya tahan pun apa adanya. 20 ribu ku rogoh kantong ku dan duitnya ku kasih kan pada abang yang menjual di dekat alun2 malang. Dan ternyata nike tak berumur panjang, sehabis KKM aku terpaksa menggudang kan nike, karena gak bisa di pake sama sekali di perbaiki pun juga gak bisa. Mulai sejak itu aku gak lagi membeli sepatu. sepatu pinjaman ucit dan sekali-sekali sendal jepit yang mengantarkan aku kuliah. entah kenapa aku jadi malas make sepatu, lebih enjoy rasanya jika hanya make sendal, praktis dan sederhana. Namun ternyata peraturan di kampus memaksa aku kembali memakai sepatu. Syukurlah waktu aku kembali ke padang aku di hadiahi oleh ipar ku sebuah sepatu sendal. hmm keren juga, tipis dan gak ribet. aku gak tau apa merk nya karena memang ga ada merk di sepatu sendal tsb. yang membuatku sedikit enjoy, kalo mo berangkat kuliah tinggal sorong dan udah.. kayak sepatu .. tapi di belakangnya terbuka. mudah di lepas dan yang penting asyik di bawa kemana-mana. Dia lah yang paling tau ... gimana kehidupan ku saat mulai semester 3 sampe kemaren ini. sampe akhirnya dia gak bisa lagi di pake...dan terpaksa aku meseum kan di kontrakan nya sahir. entah sesuatu yang sudah diatur oleh tuhan atau bagaimana, saat sepatu sendal itu gak lagi bisa di pake, aku lihat ada sepasang sepatu yang ga di pake dan ternyata itu milik mas susi. itung2 nyoba minjem.. eee ternyata beneran gak di pake, ya sudah.. aku pinjem, dan lumayan sepatunya bagus juga... tapi baunya masih ga karu2an... belom sempat tak cuci, dan ternyata bukan hanya aku yang make, udi, sahir pun kalo mo kuliah nebeng di sepatu itu. tak apalah yang penting aku kuliah gak lagi harus make sendal jepit seperti dulu.

No comments: