Selamat malam, kali ini sengaja aku menuliskan sesuatu. Entahlah malam ini tanganku kok pengen diajak mencet kibor, merangkai berjuta-juta yang muncul dari simpul saraf kemudian menjadi beberapa bait kata yang mungkin akan menjadi kalimat-kalimat yang membuat aku merangsang simpul saraf yang lain.
Semakin banyaknya rahasia yang selalu kusimpan rapi dalam lemari hati dan kepala ini, sering membuat aku tak bisa dimengerti. Ah, memang aku bukanlah orang yang bisa berbicara terbuka kepada siapa saja. Sampai saat ini aku rasa belum ada satu manusia pun yang aku percaya untuk menceritakan segala rahasia yang ada dalam benak kepala maupun di dalam dada.
Egois ? mungkin saja, karena aku menelan semua itu sendiri. Kadang ada yang aku bagi tetapi itu bukanlah inti, kalo di bagian tubuh bisa disebut kulit ari.
Sejak dulu, aku tak ingin menjadi beban siapa-siapa. Mungkin itu yang membuatku menjalankan hidup apa adanya [ seperti yang keluar dari mulut seorang sahabatku ]. Aku tak ingin bercerita, karena aku tak ingin mereka merasa kasihan. Aku tak ingin berbagi duka, karena aku tak ingin mereka merasa iba. Tapi terkadang secara tak sengaja, sambil tertawa aku sebenarnya berbagi cerita dan duka sehingga iba itu tak terasa hilang begitu saja.
Menjadi orang yang sabar itu memanglah sukar. Sabar untuk tidak berkeluh-kesah, sabar untuk tidak menjadi beban orang lain. Sabar untuk menerima caci makian, hinaan dan segala macam sanak saudaranya. Mungkin kesabaranku masih sebatas diam, karena dengan diam aku bisa mengobati perlahan-lahan tusukan duri di dalam hati.
sabar... sabar... dan sabar, entah sampai kapan hatiku akan berhenti berucap itu, mungkin saja suatu saat. Karena aku juga manusia ...
1/12/2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment