Setiap kata yang terucap dalam hati kembali di rampas oleh angin mendesau dari lembah. Coretan kelam di dinding itu tak lagi bisa mewakili gundah. Beribu-ribu tanda sudah tersebarkan di jalan yang setiap saat dilewati. Mungkin hanya sebuah kebodohan untuk meyakinkan kembali. Bukan kah ini sebuah kenyataan dan ini juga bukan sebuah pembacaan berita yang di usahakan untuk dibaca lagi agar setiap orang mengerti. Dalam perhitungan waktu pun semakin mundur satu sisi semakin terasah agar tajam dan mampu mengiris eratan hati yang kekar melilit hingga semuanya lepas.
Apa saja yang mengendap di keremangan malam di yakini tak kan lagi berulang seperti sebelumnya. Walaupun berteriak, semuanya akan enggan untuk kembali. Walaupun kembali tak akan seperti awalnya ... mungkin sedikit berbeda.
Berjalan di tuntun oleh nasib membuat semuanya hanya bisa berusaha dan menunggu agar sedikit berubah, paling tidak yang di hiraukan sedikit berlalu. Kekecewaan bertubi-tubi, yakinilah sedikit terbuka melepas genggamannya, melebarkan jalan dan membuat secercah senyum.
Kunci-kunci yang bergelantungan pun sudah terlepas. Akankah menunggu bulan memerah, meleleh menebarkan titik titik nya di pelataran bumi. Jika memang untuk apalagi kita disini.
No comments:
Post a Comment