7/29/2002

Aku Rindu !

Ku raba rambut ku yang mulai panjang memenuhi kepala yang dulu nya sempat gundul dan sempat juga sebelumnya menggantungkan rambut sepanjang 45 cm. ah... masih lama lebih kurang 1,5 tahun lagi. aku kangen tampang ku yang kusut dulu... entah kenapa. Pernah mencoba sedikit necis dan rapi ternyata tak cocok dengan kondisi dan yang berkecamuk dalam pikiranku. Dan semua orang pun bilang aku beda, padahal hanya memperbaiki penampilan sedangkan yang berada dalam diriku pun masih tetap sama.

Cuma 3 hari aku betahan dengan penampilan itu, aku mulai muak dan kembali seperti biasanya. kaus oblong, jin butut, sendal jepit, jarang mandi dan tentunya bau yang menusuk hidung melekat di tubuh ku yang kumal. ya... barulah aku menemukan kembali siapa aku sebenarnya yang 3 hari berlalu entah menghilang kemana.

Duduk sambil melihat orang yang berduaan memetik gitar dengan nada yang sedikit fals dan suara yang memang sumbangnya tak bisa di perbaiki. kadang aku ingin tertawa, tapi jika aku sendiri disuruh bernyanyi mungkin lebih parah dari itu.

Aku barusan beli nasi, dan aku yakin dalam bungkusan nasi itu tak ada sedikit yang berbau pedas apalagi kuah yang membanjiri nasi seperti yang terbungkus di dekat tangan ku ini. Tanpa terasa cerita dari ujung pulau sumatera sampai ujung jawa pun terlewati sambil menghabis sisa-sisa nasi dari bungkusannya. Sudah lama tak merasakan seperti ini, mengingatkan ayah, ibu, adik dan kakak ku yang dulu sering berkumpul berebut makanan bikinan ibu... dan tentunya kamu ! ya ... aku rindu kamu, sungguh ! Aku rindu sambel buatanmu ... ah, andaikan lebaran tahun ini harinya adalah besok, tentu semuanya akan terobati dengan cepat.

hm... 6 bulan lagi aku baru bisa melihat barisan bukit yang mengelilingi desa yang hijau ditumbuhi padi-padi yang berserakan di sawah. Begitu juga dengan bukit yang mengitari perkampungan rumah mu. ah...! aku kangen menarik sapi dan kambing ke padang rumput, berjalan menelusuri pematang sawah sambil menatap matahari kembali keperaduannya, memotong batangan padi dengan sabit, menghempaskan cangkul ke tanah lumpur di siang yang terik, melihat liukan ikan berebut makanan ... aku rindu.

Nikmat ku isap asap tembakau, melepaskan semua nya di antara asap yang ku sembul dari 2 bibir yang sudah mulai sedikit kehitaman. sebatang telah habis terbakar, aku bangkit kemudian melangkah menuju keseharianku, tempat dimana aku menumpang dan hidup menikmati hari di kota yang semakin dingin saja.