laba-laba itu membikin jaring, perangkap dalam hatiku ? hati yang terbilah menjadi sembilan fase, namun badai itu terlewati juga ...
ya begitulah, kembali tanpa sadar semuanya terulang lagi dari balik jeruji yang sempat yang sudah kupatri. tapi kenapa kembali terjadi ? aku tak punya jalan begitu juga peredam, bahkan kali ini lebih kejam. Semua masih kusimpan dan akan ku buang ? masih enggan !
Pertanyaanku dari tiga kali berturut-turut sampai malam inipun belum terjawab sama sekali. aku hanya dikasih sebuah petunjuk dan entah sampai kapan aku berkutat dengan peta yang arahnya belum ditemukan. sepersekian derajat berputar namun dorongan berkilah lebih besar, akhirnya menggelegar. Api itu kuhidpkan sendiri dan satu persatu kubakar bersama naiknya mentari menjeang siang hari. di pelataran waktu yang berhitung sekian kali terhitung genap tiga kali dan takkan kubilang ganjil untuk bilangan itu. Meronta dibalik kaca hanya desah nafas yang tersisa, lainnya ? tertawa, berdansa dan bercanda.
lunglai sebagian terkulai dan hari ini pun tak sempat kumulai, biarkan saja atau terima apa adanya atau malah itu memang sudah karmanya ? lidah lidahku beku untu kmerujuk semua kejadian itu kembali di hadapanmu, mulutkupun terkunci untuk memohon sebuah kata maaf tetapi malah aku berdalih kenapa aku begini dan bagaimana caranya untuk mengatasi semuanya ? dan aku yakin itu hanya dalih dalih yang ku usung agar aku merasa tidak bersalah, kenapa aku begitu ?
tangis yang terbuat dari untaian semalam bahkan sedu sedan yang merasakan penyesalan itu kemana perginya ? aku heran ... apakah ini sebuah permainan atau memang jalan menuju ketentraman ?
No comments:
Post a Comment