"Pokoknya, Jangan sampe Bunda ngerasain jalan kaki dibawah terik panas siang hari"
Klik ! telepon saya tutup. Itu akhir pembicaraan saya dengan kakak di seberang sana. Ya, saya gak pengen melihat bunda jalan kaki dibawah terik matahari, oh ... jangan sampe. Memang sih tidak separah kayak di Surabaya, Padang atau Jakarta. Tapi tetep saja saya gak mau liat Bunda nanti menelusuri jalan-jalan menuju ke kampus dengan jalan kaki.
Sudah cukup rasanya di kampung bunda jalan kaki menelusuri pematang-pematang sawah, jalan berbatu mendaki dan berliku dibawah terik matahari yang garang. Dan saya jangan diberitahu seperti apa bunda menyeret langkah kakinya waktu itu. Plis ! saya gak mau liat. Jadi jangan paksa saya untuk membiarkan bunda jalan kaki dari penginapan ke kampus.
Pokoknya saya gak mau tau, kesini dan disini Bunda harus senang. Walopun ujung-ujungnya saya harus menambah utang. Saya pengen melihat bunda merasakan duduk diatas jok mobil, walopun itu cuma mobil sewaan. Saya pengen melihat bunda merasakan dinginnya aliran AC sambil mendengarkan nada musik indah melantun, walopun itu ac murahan. Saya pengen melihat bunda menikmati pemandangan rimbunnya pepohonan di pinggiran jalan, atau mungkin juga sambil menikmati juice apel khas kota ini.
Bahkan menjadi sebuah kehormatan bagi saya jikalau harus menggendong bunda, dibandingkan memakai toga disalami rektor dan mendapat selembar ijazah.
9/15/2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment