dua minggu yang lalu ...
Kita terperanjat dalam kondisi yang sudah terpikirkan sebelumnya. lihat dia angkat bicara dan intinya merasa ketidakpedulian. ah ... aku salah ! kenapa harus berucap seperti itu ?
cerita klasik kembali menjadi minuman hangat disaat kita menelan seteguk air pelepas puasa di ini hari. kecemburuan, kecemasan bahkan sampai ketidakpedulian menjadi satu dalam adonan pesan yang terpampang pada layar 4 x 2 cm. Kata demi kata membuatku kaget dan sadar bahwa telah terjadi sesuatu . Namun yang membuatku semakin bodoh untuk berpikir kenapa pada saat aku sudah tahu kok tidak segera mencari jalan keluar yang terbaik, tapi malah aku membiarkan itu datang begitu saja hingga seiris hati menjadi tersayat sembilu menjadi perih dan sangat sedih.
Rangkaian kata-kata yang teramat sulit kubantah, dan selalu berakhir seperti itu. Mata ku sontak melihat keatas dimana rintik-rintik mewakili apa yang dia rasa, yah .. aku salah ! dan aku sendiri pun tak paham kenapa aku dibilang bersikap "acuh" ? namun aku bisa sadar bahwasanya keacuhan itu tidak bisa kulihat dari kaca diriku sendiri tapi dari kacamata orang lain begitu juga dari kacamatanya ... aku tak tau harus berucap apa ... tapi aku punya satu kata yang tulus dari dalam hati berbalut janji antara aku,dia dan zat yang tak pernah tidur semoga tak terulang lagi ... MAAF, kata itu bukan pelepas beban kasihan tapi memang dari kesadaran akan benih kekhilafan. Aku berharap bukan sekedar diterima tetapi bisa menjadi pengobat luka yang bisa menghilangkan bekas dalam waktu yang tidak lama.
No comments:
Post a Comment