Haru ... saat pertama mendengar berita itu, aku juga tak tau harus berucap apa. namun bertumpuk kebahagian sedang menyelubungi rongga hati. betapa tidak,
orang yang selama ini menjabat abang bagiku sudah melewati satu masa sulit bahkan sangat sulit dalam anggapanku. berperang melawan deadline waktu, sekali maju harus menang kalau tidak, kubur dalam-dalam semuanya apa yang sudah dibangun 7 tahun itu.
Aku tak ikut dalam perayaan kemenangan itu, tapi apalah artinya perayaan itu jika dibandingkan apa yang kurasakan sekarang ... lebih bahkan beratus kali lebih dari suka cita pesta, gembira ria, perayaan kemenangan di arena tadi siang.
"Bang, hanya untaian sepucuk do'a yang tak berkesudahan yang bisa kulantunkan tadi malam untuk menemani akhir perjuanganmu ! raih kemenangan ... harapanku pada tetesan yang mengalir dari pelupuk mata disaat sujud dihadapan sang Maha dari segala maha" cuma itu bang, ya cuma itu... karena aku tak mampu lebih dari itu.
Kata "selamat" pun tak cukup mewakili kebahagiaanku sekarang, walopun aku yakin kau tak sempat menginjakkan mata dilembaran ini dan tak akan mungkin singgah dipelataran catatan ini, namun tulisan ini bukan untuk siapa-siapa ... untukmu, untukku, untuk waktu yang telah dilewatkan dalam kenangan kebahagian ...
No comments:
Post a Comment