5/22/2004

saat dimana ...

Ya, mungkin saja saat ini adalah jelmaan kelelawar-kelelawar bertubuh manusia, malam menjadi siang dan siang menjadi malam. Gelandangan kampus yang hidup dengan tidur tak beraturan diatas tikar bergelimpangan. Kadang mesjid pun bukan hanya tempat menerima pengajian tapi adalah penginapan. Itulah, namun aku yakin suatu saat nanti semuanya berubah. Dan harus berubah !

Saat dimana ketika miscall menjadi pengobat rindu disela-sela kesibukan kerja. Saat dimana menjelang magrib kotak kecil buatan tahun antah barantah itu menjerit menandakan di ruang kecil dibawah atap sana terbalut sebuah kecemasan kenapa belum juga melihat wajah penat ku ?

Saat dimana pulang ke rumah sangat sederhana sekali adalah sebuah impian berbuah kenyataan disambut senyum renyah dan sedikit pijatan sebagai pengobat capek, ya butuhnya hanya sedikit saja... karena disaat itu satu sentuhan tangan wanita tercinta lebih dari istirahat sehari semalam.

Saat dimana sang pangeran kecil kedodoran memakai baju, sarung dan peciku, putri imut yang jilbabnya minggir sana sini saling berebutan berpacu berlari kecil memanggil abi...pulang ... abii... pulang ! kemudian memeluk erat mencium pipi kanan kiri dan bergelantungan di jari sambil berebut lagi membawakan tas.

Saat dimana secangkir air putih, mungkin kadang-kadang teh pahit atau kalo di awal gajian ada tambahan gula yang bukan hanya secangkir pelega haus tapi adalah kesejukan yang diracik sendiri oleh wanita teman hidup setia.

Saat dimana air wudhu, baju putih lusuh namun bersih karena sudah keseringan dicuci di jemur dipanas matahari yang tanpa kenal lelah dilakukan semua oleh sang wanita tercinta. Saat dimana aku berada di depan melantunkan lafash Allahu Akbar sampai Salam, di ikuti oleh sang pangeran kecil dan putri imut yang walopun mereka masih belum mengerti betul apa yang mereka lafash kan, dan tentunya wanita kekasihku juga ikut bersama.

Saat dimana sang pangeran kecil menjalankan syarat, jika salah membaca 3 huruf alqur'an jaminannya memijat abi 5 menit. Dan putri imut pun gak mau kalah dengan kakaknya karena sambil memijat akan mendengarkan kisah kepahlawanan rasulullah beserta sahabat-sahabatnya.

Saat dimana setelah senja menjelma menjadi malam aku dan pangeran kecil berjalan menuju masjid disamping rumah, sedangkan putri imut digendong oleh wanitaku. raut wajah keinginan untuk ikut terpampang jelas, "dede sama umi ya, fatimah kalau malam hari sholatnya di rumah. dede katanya kan mau jadi fatimah azzahra kan ?". Pintu rumah tertutup diselingi ketawa renyah si putri imut.

Saat dimana ikan asin, sambal lado, sayur bayam adalah menu yang mengalahkan semua menu yang terpampang saat perjalanan pulang, makan lahapku yang selalu ada extra tambah setidak nya separoh sendok nasi. Dan itulah menu rezeki Allah yang tak pernah terkalahkan yang di titipkan untuk memasaknya pada wanita bungaku.

saat dimana ... bersambung

No comments: