Tak lepas mataku melihat matahari yang akan berangkat menuju peraduannya. Masih saja pikiranku tak hilang dari sosok dia. Kenapa ? tolong deh, aku dikasih alasan kenapa ... ? kenapa berani-beraninya dia berangkat tanpa pamit, tanpa sepatah kata pun ? Aku masih gak mengerti. Salah satu batu kerikil di depan aku ambil dan aku lempar jauh-jauh, sejauh mungkin ke tengah laut itu.
Aku lihat perahu-perahu nelayan yang tersusun rapi di dermaga. "hmm ada gak ya yang mau mengantarkan aku ke seberang sana ?" satu persatu aku perhatikan, tapi apa mungkin mereka mau menyebrangkan aku kesana ? ujung mataku melihat pulau di seberang. Sekarang sudah mendekati magrib, sebentar lagi gelap. Andaipun ada yang mau mengantarkan aku ke pulau yang tak berpenghuni itu. Tentunya aku akan sendirian dalam hutan dan gelap gulita.
"Ah peduli apa, mo hutan kek, mo gelap kek, mo seram kek ! sekarang ini aku cuma pengen ketemu dan liat keadaannya ... dan yang jelas sekarang aku hanya pengen marah !".
Ransel kusandang lagi, dan aku melangkahkan kaki ke dermaga menuju seorang nelayan yang sibuk mengikat tali perahu nya. "Selamat sore pak, maaf ya pak... kalau nyebrang ke pulau sana naik apa ya ?" aku berharap dia mau mengantarkan aku kesana.
"Oh..selamat sore dik, adik mo nyebrang ke Pulau Sempu ?" seperti nya pertanyaan ku tadi memang gak perlu dijawab, kalo nyebrang jelas naik perahu lah.
"Iya pak, bisa minta tolong bapak menyebrangkan saya kesana gak pak ?" aku tak mau berbelit-belit lagi.
"Aduh maaf dek, sebaiknya adik kalo nyebrang besok pagi atau besong siang aja. Soalnya kalau sekarang adik nyampe disana udah gelap. Di Pulau itu gak ada siapa-siapa dik kecuali orang kemping yang jaraknya jauh ke dalam sana. Apa adik mau sendirian dalam hutan gitu ?" Ini lagi yang melarangku untuk nyebrang sore itu juga.
" Gak papa kok pak, lagian saya juga ke tempat kemping itu" aku mencoba meyakinkan diriku kesana sendirian memang tak apa-apa.
"Begini dek, bukannya saya gak mau nganterin adek. tapi malam-malam begini saya gak yakin adek akan aman disana. Lebih bagusnya adik nyebrang besok pagi aja biar aman" ternyata keyakinanku tidak berimbas pada bapak itu.
"baiklah pak, kalo begitu saya permisi dulu ya" aku berjalan menelusuri dermaga nelayan tersebut kemudian terus ke kaki bukit sambil melihat matahari tenggelam.
Apa susahnya sih kirim sms beberapa kata saja untuk pamit ? apa susahnya sih bilang "mas aku ke pulau sempu ... bla bla bla, gak ada yang bakal ngelarang kok" aku tuh cuma pengen satu aja, tolong aku dihargai. Matahari sudah tenggelam dan gelap pun mulai merambah suasana bumi yang kupijak saat ini. Sayup-sayup terdengar azan berkumandang. hmm saat nya magrib, perlahan aku langkahkan kaki yang mulai terasa capek karena 2 hari yang lalu aku belum tidur sama sekali. Selesai menunaikan ibadah sholat magrib di masjid itu aku menuju wartel. Mungkin saja dia sudah kembali ke kosannya, pikiranku berkata demikian. Setelah aku telpon ternyata belum juga, duh kayaknya ada sesuatu yang terjadi sama tuh anak. Katanya sore ini udah mo balik kok belom nyampe juga. Di penyebrangan ini juga tidak ada tanda-tanda kalau dia sudah kembali.
Sekian jam aku habiskan waktuku di wartel itu, sambil ngobrol sama penjaga wartel. Dan ternyata memang gak diperbolehkan untk nyebrang kalo sudah malam begini. Isya sudah datang dan aku kembali ke masjid. Selesai isya aku berniat untuk menginap di masjid tersebut, tapi bagian dalam kayaknya bakal di kunci jadi aku terpaksa untuk tidur diluar. Peralatan tidur aku keluarkan, ya walopun cuma satu sleeping bag tapi cukuplah untuk menghangatkan badan. Berbantalkan ransel aku mulai terlelap.
"Allahuakbar .. Allahuakbar !" aku tiba-tiba tersentak oleh suara azan subuh. hmm... sudah subuh rupanya, oh ternyata banyak juga yang nginap di masjid tersebut. Dan aku merasa aku sedikit beruntung karena ada sleeping bag yang menghalau dingin dan hembusan angin laut. Mereka yang bernasib sama denganku hanya bermodalkan kain sarung bahkan tidak berselimut dan itupun tidurnya masih nyenyak, salut !
Subuh berlalu, aku mulai bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan lagi menuju pulau di seberang sana. Semua peralatan, mulai dari senter, makanan, minuman sampai jaket pun aku masukkan kedalam tas. Tapi sayang aku gak bawa kamera digital, seandainya ada tentunya aku bisa memotret perjalananku kali ini.
Wartel kemaren belom buka jam segini, rencananya aku mau telpon lagi untuk memastikan dia udah pulang atau belum. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung menuju pantai sebelah timur. Karena dari informasi penjaga wartel, untuk nyebrang ke pulau sempu sekarang lewat pantai timur. Sesampainya di pantai itu aku langsung menuju jasa penyebrangan. Tawar menawar harga penyebranganpun berlangsung. Dari 30 ribu akhirnya sepakat 20 ribu, aku berangkat... adventure is begin !
Lama memang aku tak seperti ini, memakai pakaian lapagan lengkap dengan topi dan di punggungku bergelantungan sebuah ransel yang lengkap dengan semua peralatan, makanan dan minuman. jam 4.30 tepat aku mendarat di pulau sempu. Sepi tak ada siapa-siapa, tapi kelihatannya ada orang lain di pulau ini terlihat dari 2 buah perahu kecil di tambatkan di pantai itu. Aku mulai langkahkan kaki memasuki hutan belantara, di pantai yang ku jalani itu ternyata banyak juga kepiting yang besarnya bukan main, sebesar kepalaku ! untung saja waktu aku lewat mereka langsung sembunyi dalam sarangnya.
Hari masih gelap, aku keluarkan senter untuk menerangi jalanku menuju tempat kemping. Tempat dimana dia sekarang berada. Rimba belantara, yang ada hanya kicauan burung dan suara ombak dari kejauahn...sepi. Jalan setapak menuju tempat kemping itu lumayan sering dilewati oleh orang, terlihat dari sampah yang bertebaran sampai dengan sendal yang ketinggalan pun ada. 1 jam aku berada dalam hutan, menelusuri jalan turun naik, berbelok-belok dan ternyata lumayan berat juga. Di tengah perjalanan aku berjumpa dengan 2 orang laki-laki paruh baya.
"pagi pak" aku menyapa.
"pagi dik, mo kemana, temannya mana ?" mereka sejenak beristirahat setelah berjalan cukup jauh rupanya.
"mo ke tempat kemping pak, saya sendirian aja pak" aku mengeluarkan botol minum.
"kok berani betul ?" mereka tidak yakin sama sekali kalo aku memang sendirian menuju tempat kemping itu.
"ah gak pak, saya nyusul adik saya disana pak" haus ku hilang setelah beberapa teguk air masuk dalam kerongkongan ku. " rame ga disana pak ?" aku ingin tahu bagaimana keadaan di tempat kemping itu.
"oh, rame dik ... kayaknya memang ada orang kemping tuh, kami berangkat dulu ya dik... ati-ati ya diperjalanan" mereka melanjutkan perjalanan lagi. Gelap, sunyi, sepi dan sendiri lagi aku langkahkan kaki mengakhiri tujuanku itu. Siapa yang bakal menyangka hari ini, saat ini, detik ini, aku berada dalam hutan belantara. Apapun bisa terjadi dan aku pun menyadari, tapi dalam benakku cuma ada ... aku harus menemukan apa yang aku cari !
Sesaat kemudian pinggir telaga "seger anakan" kelihatan, alhamdulillah berarti tidak berapa lama lagi aku sampai ditempat kemping itu. Semoga saja dia masih disana, tapi apakah aku harus marah ? entahlah kita lihat saja nanti.
Dan, apa yang aku dapatkan disana ? hanya deburan ombak pantai selatan pulau Jawa diselingi kicauan burung menyambut pagi. Tidak ada orang tidak ada siapa-siapa, aku sendiri menatap pantai yang jernih dengan semilir angin laut menjamah wajahku.
mungkin saat mereka mengetahui apa yang terjadi saat ini aku yakin banyak diantara orang-orang yang aku hubungi tadi membicarakan ...
"ngapain ke pulau sempu toh tuh anak bakal balik juga", suara lain pun gak ketinggalan
"tuh kan sia-sia saja kesana, orang dicari pun gak ada, ngapain ?! kayak gak ada kerjaan aja". mungkin dari mulut yang lain pun juga terlontar nada yang sama
"ngabisin duit, tenaga ama biaya aja kesana mending tidur-tiduran di rumah".
Silahkan berbicara demikian, silahkan berpendapat seperti itu. Tapi bagiku ada hal lain yang sangat esensial. kenapa aku bersikeras untuk berangkat ke pulau ini. Ada hal yang kutunjukkan kepada mereka bahwasanya aku gak main-main. Betapa beharganya bagiku ucapan dari bibir orang tua mereka,
"Adi, tolong ya adik-adikmu dijaga . Bapak titipkan adikmu ini padamu, jaga mereka di perantauan ini. Kamu tau mereka itu cewek dan blom pernah ke perantauan" dan aku pun menyanggupi. Nah, apakah aku salah jika saat ini ada salah seorang dari mereka pergi tanpa pesan dalam jangka waktu 3 hari ! apakah aku salah melakoni semua ini ?!
"adik" bukanlah kata yang biasa bagiku, amanah yang besar diberikan kepadaku dipercayakan padaku, dan sekarang ? apakah aku akan diam saja pada saat semua ini terjadi ? maaf, jika aku dianggap keterlaluan sampai bela-belain mencari kemana dia pergi. Bagiku itu menyangkut dengan hal tanggung jawab. Terlepas ketemu atau tidaknya nanti, aku hanya menunjukkan tolong hargai apa yang telah dikatakan oleh orang tua mereka. Jika memang gak mau aku berbuat seperti ini, jangan titipkan mereka padaku... itu saja.
Satu jam aku di pantai itu, Istirahat dari lelahnya perjalanan sambil membuka perbekalan dan inilah saatnya aku menikmati hari. Sekaranglah saat nya aku melepaskan semua beban pikiran, kerjaan, kuliah dan semua tetek bengek yang membuatku lupa bahwasanya ada tempat yang begitu damai disediakan oleh Allah SWT. Walopun masih ada beban berat yang mengganggu pikiranku, biarkan sejenak aku lepaskan semuanya dengan tidur-tiduran, berenang, menikmati pemandangan. Aku memang tak berharap ada teman saat di pantai ini, aku hanya butuh kesendirian.
Saat nya untuk kembali, dan hutan belantara pun aku jalani lagi. Walopun mentari bersinar terik, tapi tak sampai ke tanah karena begitu rimbanya jalan yang kulalui itu, dan aku menikmati nya. Aku yakin dia sudah ada dirumah, mungkin saat ini lagi bercanda dan tertawa. hm apakah dia masih bisa tertawa dengan apa yang bergemuruh dalam hatiku saat ini ? semoga dia selamat sampai dirumah, karena keselamatan mu itu yang sangat aku khawatirkan.
Di tempat pemberentian terakhir perahu yang mengantarkan aku tadi aku terduduk diatas perahu kecil yang gak tau itu milik siapa. bersandar, dan tiba-tiba aku tertidur. Sekian jam aku memejamkan mata sampai sinar mentari menjamah tubuhku yang sebelumnya terlindungi oleh dedaunan. Aku terjaga, namun perahu yang menjemputku tak kunjung datang. Aku lihat waktu di kotak kecil yang tak mendapatkan sinyal itu, jam 11. Berarti 3 jam lagi baru aku bisa nyebrang.
Sekilas mataku melihat ke papan yang terbuat dari logam seng bertuliskan "selamat datang di pulau sempu". Papan hijau-putih itu mulai berkarat dan penuh coretan. Hm, sayang aku gak membawa kamera...ops tapi aku masih bisa meninggalkan kenang-kenangan disini. Siapa tau nanti aku tak ada kesempatan lagi untuk kesini di kemudian hari. Spidol hitam berukuran F itu aku ambil dari tas dan mulailah aku menulis dibagian yang masih kosong di papan tersebut.
Pha was here !
elektro 99 brawijaya
17 Juni 2004
Aku nyebrang ke pulau ini pukul 04.30
Sendirian melintasi hutan rimba menuju seger anakan
Mencari dimana keberadaan dirimu
Walopun tidak ketemu
Aku berharap semoga kamu baik-baik saja
Maaf jika aku melakukan ini
Karena aku khawatir akan dirimu ... adikku
# ternyata di pulau ini sendirian enak juga
Selesai menulis sayup-sayup aku mendengar suara kelakar dari perairan, aku lihat ada perahu kecil bermuatan 2 orang melintas. Reflek saja aku melambaikan tangan sambil berteriak. Yap ! akhir nya mereka mendatangiku. Seorang pria dan wanita berada dalam perahu tersebut. Aku minta tolong untuk diseberangkan karena menunggu jam 2 terlalu lama. Dan Aku pun berlayar dengan perahu kecil itu menuju sebrang, walopun khawatir juga kalo perahu tersebut tiba-tiba jungkir balik. Memang belayan yang hebat perahu kecil itu bisa dimuat 3 orang dan akhirnya aku sampai di tempat awalku tadi.
Sekarang saat nya untuk pulang !
Sa, aku gak tau apa yang akan kamu katakan padaku seandainya kamu tau dengan perjalanan ku kali ini. Aku tak begitu yakin jika kamu juga mencemaskan aku karena aku tak melihat raut wajahmu. Alhamdulillah sampai saat ini aku masih baik-baik saja dan masuh tetap merindukanmu
6/19/2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment