8/15/2004

Buruan Cium Gue [ part I ]

Sinopsis Film Buruan Cium Gue :

Desi dan Ardi sudah menjalin hubungan cinta selama lebih dari dua tahun. Desi masih sekolah, kelas tiga SMU sedangkan Ardi sudah kuliah. Soal cintanya pada Desi, Ardi ingin segalanya berjalan dengan sehat. Ia sangat menghindari kontak fisik dengan sang kekasih, termasuk ciuman sekalipun. Oleh Desi, sikap Ardi dibilang kaku dan kolot.

Suatu saat, dalam sebuah siaran langsung di radio, Desi ditanya oleh seorang pendengar tentang pengalaman ciuman pertamanya. Gara-gara terdesak, Desi malah mengaku bahwa ia sudah pernah berciuman dengan Ardi. Mendengar pengakuan sepihak ini, tentu saja Ardi marah. Celakanya lagi, Desi diundang tampil di sebuah acara di televisi untuk menceritakan pengalaman ciuman pertamanya ini. Malah, ia juga harus mengajak Ardi. Jelas saja, masalah ini membuat hubungan mereka terganggu.

Pada kesempatan berikutnya, Desi pergi ke acara pesta di pantai bersama teman-temannya, termasuk Gladys yang mantan kekasih kakak Desi, Amel dan Indra, teman sekelas Desi. Doni, kakak Desi, ingin ikut ke acara tersebut karena berniat mendekati Gladys. Doni membujuk Ardi ikut ke pesta. Alasannya, Ardi harus menjaga Desi.

Pesta di pantai semakin seru karena Desi terus dibujuk agar berusaha mendapat ciuman dari Ardi. Sementara Indra yang gila wanita berupaya menggaet Amel. Begitu pula Doni, berusaha keras untuk menarik perhatian Gladys lagi. Tapi yang terjadi pada Desi justru sebaliknya, hubungannya dengan Ardi semakin kritis. Pasalnya, Ardi tidak senang Desi menggunakan berbagai cara agar bisa mendapatkan pengalaman ciuman.

Saat siaran langsung di televisi kian dekat. Namun, Desi malah berpisah dengan Ardi. Lantas apa yang akan dilakukan Desi? Apakah harus mengaku bahwa ia sesungguhnya belum pernah ciuman sama sekali ?


Astagafirullahalladzim ...
ah, ternyata di negeri ini ciuman sudah menjadi hal yang murah meriah. Di jual bak barang bekas di pasar loak. Layaknya sang pedagang berteriak "Tiga seribu... tiga seribu ! dibanting... dibanting ! siapa cepat dia dapat !" kalo pun gak ada yang beli.. gratis pun boleh jadi. Begitulah kita menjajakan ciuman pada orang ang jelas-jelas belum ada ikatan apa-apa, hanya sebatas komitmen berdua dan diabadikan traktiran bersama teman-teman.. sekali lagi belum ada ikatan pernikahan ! Aneh ya, kok itu bisa kita jadikan tiket untuk saling adu bibir. Ternyata kita terlalu gampang mengobral, atas nama cinta pun semua terlaksana.

Aku jadi ingat waktu ayahku bercerita tentang masa mudanya dulu bersama ibu. Hei jangan salah, mereka juga punya nostalgia indah di masa muda. Tetapi bukan seperti kita yang saat ini belum indah rasanya kalo belum "cipokan"... "pelukan"...atau bahkan "gituan" ( astagafirullah, istilahku makin hancur aja ).

Bagi mereka melihat bajunya tergantung di jemuran saja itu sudah menjadi obat penawar rindu. Mencium sapu tangan pemberiannya saja sudah membuat hati berbunga-bunga. Apalagi melihat sang pujaan melintas didepan rumah, waahh ... sebuah anugerah yang tak terkira.
Kencan mereka hanya lewat kertas, tidak seperti kita kalo belum ke bioskop ... duduk dipojok berduaan gelap-gelapan rasanya belum puas. Kalo bertemu pun malu-malu, satu duduknya disini dan satunya lagi duduknya disitu .. ditengah-tengah biasanya ada adik atau ponakan yang masih kecil yang biasa menemani sang perempuan kemana saja dia berjalan. Sekali-kali berkumpul, bercanda atau masak bersama-sama dengan teman sebaya dan jelas tidak hanya berdua... ada tiga, empat bahkan lebih dari lima. Mereka berdua juga curi-curi pandang, tetapi dengan itu saja sudah membuat hati semakin senang.

Ah, memang kisah cinta yang klasik, namun terkesan sangat unik dan membuatnya menjadi asyik. Mereka gak pernah nodong orang tua untuk mentraktir sang kekasih makan malam di resto terkenal. Mereka gak ngabisin satu bulan gaji hanya untuk belikan kado atau berpesta di ulang tahun berdua dengan sang kekasih.
Bagi mereka cukuplah kertas-kertas putih... kadang-kadang ada bunganya ( itu kalau lagi ada sedikit uang ) untuk be-romantis ria. Bagi mereka sapu tangan berwarna biru atau merah jambu terasa begitu bermakna kalo diberikan sebagai hadiah ulang tahun atau tanda kasih.

Ah, kuno ! mungkin itu yang terpikir dalam benak kita disaat mengingat kisah cinta ayah dan bunda diwaktu masih muda. Tetapi apakah kita pernah berpikir, cinta mereka diwujudkannya dengan cara sederhana tetapi begitu dalam maknanya. Bagi mereka, cinta bukanlah sekotak coklat, seikat mawar atau ciuman mesra dibibir.

Masihkah ada seikat cinta dengan cara sesederhana itu diantara kita ? Silahkan kita baca lagi sinopsis film "Buruan Cium Gue" yang diatas... itu lah jawabannya.
Jika kita masih menginginkan cara cinta sederhana seperti itu ? silahkan cari ke daerah perkampungan terpencil yang belum tersentuh oleh listrik, parabola, tivi ataupun coca cola. Aku rasa disana masih tersedia... kalo disini ? ditempat biasanya kita berdiri ? aku masih sangsi.

1 comment:

Anonymous said...

yuk cek seputar harga dan artikel hewan di Satria Hewan