8/08/2004

Impian mereka hanya ...

Kenapa kok terelimasinya salah seorang peserta AFI membuat hampir semua penonton menangis tersedu-sedu ? Tetapi di channel yang bersebelahan ada tayangan tentang jalinan kasih yang jelas itulah realita kehidupan manusia ... aku perhatikan kok gak ada yang menangis sama sekali ya ? hanya satu orang... ya satu orang ... dan itupun pura-pura nangis !

Jalinan kasih kalo gak salah judul acara yang aku lihat kemaren itu. Ya, acara yang jadwalnya bersamaan dengan konser AFI. dimana pada sesi itu ada 3 orang anak jalanan yatim piatu dan ketiganya cewek seumuran 10 tahunan... tinggal di rumah singgah, gak bisa sekolah karena "keadaan" ( "keadaan" adalah alasan yang sering kali kita bikin untuk mereka ) dan yang jelas sekali karena gak ada uang untuk makan, jelas uang bukan untuk biaya sekolah lagi tapi untuk makan pun tak ada.

Mereka terpaksa mengamen, agar bisa "hidup". Alasan yang sangat sederhana, untuk hidup ... mereka harus mengamen, sederhana sekali bukan ? Tapi apakah kita merasakan alasan itu bukan datang dari mereka, bukan dari siapa-siapa... lantas dari siapa ? silahkan ditanya pada diri kita masing-masing.

Disaat menangisi ( bahkan ada yang meratapi ) salah seorang "jagoan" AFI favorit karena harus pulang membawa kopor dan setumpuk hadiah ( mungkin ), siapakah yang diantara kita yang menyumbangkan sedikit air mata... ya... cuma sedikit air mata saja... gak usah sekian puluh atau ratus kiriman sms yang harganya "hanya" Rp 350 sekali kirim, untuk tiga anak kecil yang duduk dengan manisnya di depan kamera itu ?

Betapa beratnya perjuangan yang mereka jalani, beban yang mereka pikul dibandingkan kedua belas finalis AFI yang kita elu-elukan... yang kita tangisi barusan.
"Ah jangan berlebihan gitu deh ... lihat dong perjuangannya finalis AFI tuh, dari 9000 pendaftar seluruh Indonesia dan mereka terpilih sebagai finalis... hebat kan... trus waktu di karatina, dari diari mereka aja kelihatan latihannya berat banget... gara-gara kurang istirahat ada yang sampe sakit segala, pingsan malah, mana dibentak-bentak juga tuh ... kasian kan ? gak salah dong kita nangis ngeliat perjuangan panjang mereka sejak awal trus tiba-tiba berakhir disini... padahal dia layak banget jadi pemenang paling gak 3 besar lah"

Hmm... gitu ya, ok deh mungkin ada baiknya diceritakan sedikit tentang 3 anak tadi, gak banyak-banyak kok... sedikit saja. Begini ... tiga anak itu bukan siapa-siapa memang, mereka cuma tiga orang generasi penerus bangsa ini yang sejak kecil terpaksa kehilangan kedua orang tuanya begitu juga saudara yang entah berada dimana. Untuk sesuap nasi satu kali saja sehari mereka terpaksa bernyanyi dengan peralatan seadanya, suara pas-pasan, berkeliaran di perempatan lampu merah yang penuh debu dan panas matahari yang jarang banget kita rasakan, dan bagi mereka ? harus menjadi hal yang sangat biasa ... sampe keringat dari kepala menyentuh tumit, tenggorokan serak karena kehabisan suara bahkan kehausan dan perut kelaparan entah kapan menyatap makanan... mereka harus terus bernyanyi demi recehan di kantong kita yang sering kali kita bilang gak ada , padahal saku celana menggembung, dompet menjadi tebal, tas pun terasa berat ... apalagi kalo bukan gara-gara recehan yang selalu kita kumpulkan.

Impian mereka memang bukan "menuju puncak" yang sering juga mereka nyanyikan di jalanan. Impian mereka memang bukan menjadi "bintang" ... impian mereka memang bukan menjadi yang "terkenal". Impian dan harapan mereka hanya bisa membaca, hanya bisa sekolah di SD kampung sebelah rumah singgah mereka... itu saja. Mereka gak butuh sms yang sekian kali, puluhan kali atau bahkan ratusan kali ... mereka itu cuma butuh recehan yang kita simpan di kantong, dompet, tas atau yang sering kita tarok begitu saja di atas meja. Tapi kok kelihatannya impian itu bagi mereka terlalu tinggi sekali ya ? terlalu nyangkut diawan bahkan di bintang yang cahayanya kelihatan kadang hilang.

Maaf, mungkin terlalu panjang ya ... masih ada sedikit lagi nih, belum lengkap rasanya kalau gak ditulisin lanjutannya.
Salah seorang dari mereka ... pernah hampir kehilangan nyawa satu-satunya gara-gara ketabrak bis kota disaat ngamen di jalanan, terseret sekian meter dengan kaki sebelah kiri terganjal di ban yang sedang berputar mencuit nyaring. Kemudian terbaring dalam keadaan koma di rumah sakit sekian hari ( maaf bukan sekedar pingsan lagi ) yang masih ragu kepastian antara kapan dia hidup atau mungkin bisa saja mati. Kulit kakinya dibagian depan dari pegelangan kaki sampai bawah lutut terkelupas sudah...kelihatan tulang memutih dan hanya bisa di kembalikan seperti sedia kala dengan operasi plastik.

Setelah sedikit sembuh walopun tanpa operasi plastik...lagi-lagi karena gak ada biaya, tepatnya di depan kamera saat acara itu berlangsung, mereka masih bisa tersenyum lega... mereka masih bisa tertawa bersama. Padahal luka kaki kirinya masih basah. Kemudian sang presenter bertanya...
"lukanya masih basah ya, berarti masih sakit dong ? kok masih keliatan ceria ya ?". tau gak mereka jawab apa ?
"Iya masih terasa sakit banget, tapi gak papa kok. Ternyata Allah masih mengizinkan saya untuk meraih impian agar bisa membaca atau kalau boleh merasakan gimana yang namanya sekolah".

Ah, mungkin itu gak pantes kali ya ... alasan kita untuk mengeluarkan setetes air mata saja buat mereka. Gak usah dulu bicara recehan Rp 300 an yang kita berikan pada mereka disaat lima jari tangan kanannya menengadah lemah setelah menyanyikan lagu sekuat tenaga agar suaranya bisa kita dengar disela-sela mesin menyala. Recehan Rp 300 an yang sangat biasa kita habiskan melalui sms untuk mendukung bintang favorit di Akademi Fantasi Indosiar alias AFI. Dengan sekian kali, puluh malah ratusan sms itu kita tersentuh, dan akhirnya menangis tersedu-sedu.

# apakah aku keterlaluan ? menggoreskan sebuah tulisan ... yang bagiku selalu menjadi pertanyaan, bahkan sampai sekarang aku masih belum menemukan kepastian jawaban ...
apakah aku yang terlalu perasa ? hingga sendirinya harus meneteskan air mata melalui cara yang berbeda. Tidak seperti penghujung acara konser AFI yang berpelukan, terisak dan penonton pun ikut menangis bersama-sama begitu juga yang ada dirumah...

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama, yaitu orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang-orang miskin, celakalah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.” (Q.S Al-Maun )

No comments: