7/28/2004

Gerobak yang Tersingkirkan

Pagi ini aku kangen gerobak bersih itu, ya tempat dimana dulu biasanya aku duduk beberapa menit menikmati satu porsi indomie goreng plus telor ceplok dilengkapi juga dengan segelas Joshua ( Extra Joss + Es + Susu - red ) setelah bangun tidur perut keroncongan disanalah tempat yang sepagi ini masih tersedia dengan menu seadanya tapi enak, yang namanya perut kalo udah keroncongan apa saja menunya pasti terasa enak di lidah. Sungguh aku tak perlu Pizza, Mc D, bahkan masakan padang sekalipun. Yang aku pengen hanya kehadiran gerobak itu di pagi ini.

Namun udah 2 minggu terakhir aku tak menemukan gerobak itu di tempat biasanya. Tidak lagi menemukan seorang bapak dan putri nya yang biasa melayani disana. Kemana mereka ? tak mungkin mereka tak berjualan lagi, karena hidup mereka dilengkapi dari sana. Aku tahu betul kebutuhan mereka dipenuhi hanya dari melayani orang-orang kelaparan diwaktu dini hari. Orang-orang yang suka begadang, orang-orang yang menginginkan perut kenyang setelah menghabiskan malam entah itu hanya dengan memainkan gitar sambil berdendang.

Sebenarnya bukan hanya keinginan mengisi perut saja yang membuat kerinduanku akan kehadiran gerobak itu disana. Aku masih punya sebuah hutang yang belum aku bayar, bukan uang ataupun barang ... tapi aku pernah menjanjikan selembar foto yang aku ambil disela-sela menikmati hidangan disana. Secarik photo... mungkin bagi kita apalah gunanya, tapi bagi bapak dan putrinya itu adalah suatu kebanggaan dimana ada orang yang datang kemudian mengabadikan gerobak kesayangan mereka dalam sebuah lembar foto yang tentunya bukan suatu hal mustahil akan mereka pajang di ruang tamu rumah mereka dan membicarakannya pada orang-orang yang datang ke rumahnya atau bahkan kepada tetangga.

Aku tak tahu harus menghubungi kemana, karena aku tak sempat menanyakan alamatnya dimana dan bodohnya lagi aku cuma main jeprat jepret tanpa basa basi aku pun berjanji akan memberikan foto itu kalo sudah jadi. Akh keterlaluan memang ...
Bapak ... dimanapun kamu berada, sungguh detik ini aku merindukanmu... merindukan tulisan, "Sedia : Kopi, Susu, Jahe, Teh, Ekstra Joss" yang berwarna biru dengan spanduk berwarna hijau muda itu. Maaf kalo seandainya aku telat memenuhi janji yang pernah kita buat. Sungguh Pak, aku masih mencari keberadaanmu sekarang dimana. Kalopun kita nanti ketemu tentunya terlambat tetapi akan lebih baik jika tidak sama sekali bukan ?

kenapa mereka selalu dianggap orang pinggiran ? yang harus dipinggirkan atau bahkan disingkirkan ... ? kapan mereka akan mendapat sebuah kesempatan ? tuan yang jutawan ... bukankah toko tempat anda berjualan tutup di tengah malam ? trus kenapa mengusir mereka yang menggelar tikar dan koran demi penuhi kebutuhan ... menghardik mereka bak anjing kelaparan ... dan sekarang mereka tak tau dimana lagi bisa berjualan ... tak tau lagi apakah besok masih tetap bisa makan ?

No comments: