3/28/2004

barusan aku ...

Aku mengendarai truk gandengan dengan 2 kontainer tersambung ke belakang. Melewati jalan yang berliku dan sepi, disebelah kananku bukit sedangkan disebelah kiriku jurang yang dalamnya sama dengan tinggi bukit. Mengingat waktu yang mepet aku mempercepat laju truk itu agar gak telat sampai di tujuan, tak peduli jalan sempit dan licin karena cuaca waktu itu lagi hujan rintik-rintik. Aku yakin tidak akan terjadi apa-apa jika truk ini dikendarai dengan kecepatan yang tinggi di jalan yang tikungannya tajam karena baru 2 minggu terakhir truk tersebut di beli dari salah satu dealer di kota keberangkatanku tadi. Namun sapa yang bakal menyangka pada saat tikungan tajam 90 derajat kekiri itu salah satu kontainer yang mengekor terlepas dan masuk ke dalam jurang, Seketika aku merasakan sesuatu yang hilang kemudian aku perhatikan ke belakang. Melihat kenyataan seperti itu aku menjadi panik dan akibatnya ? truk yang aku bawa semakin tak terkendali gara-gara konsentrasiku beralih ke kontainer yang jatuh.

Secepat kilat aku mengembalikan keseimbangan truk itu namun akhirnya menubruk pinggir bukit. "bruakk" pandanganku menghitam dan terasa kepala dan tubuhku menghantam sesuatu yang keras. Entah berapa lama mataku tertutup, pas waktu aku membuka mata terlihatlah kaca depannya pecah dan body depannya juga ikutan peyot beradu dengan batu besar disebelah kiri ku. Jantungku berhenti berdetak sekian detik melihat kenyataan bahwasanya aku menubruk bukit dan hampir saja mati terjepit. "Alhamdulillah" Allah masih menolong jiwaku. Namun kagetku masih belum usai, jantungku masih berdetak kencang. Aku perhatikan diriku ternyata masih hidup dan benturan kepalaku dengan setir meninggalkan bekas berdarah yang terus mengucur. Aku gerakkan semua anggota tubuhku ternyata masih bisa dipindahkan. Tanpa pikir panjang lagi beranjak dari kursi kemudi dan keluar dari truk tersebut.

Aku lihat truk yang ku kendarai satu kontainer nya terlepas dan satu lagi masih berada di belakang dan kondisi nya tetap utuh. Tertatih-taih aku langkahkan kaki menuju ke bibir jurang, aku lihat kontainer tadi gak kelihatan tertelan oleh rimbunnya pepohonan. Untung saja gak masuk ke dalam jurang seperti kontainer yang jatuh barusan, kalo sapa yang bakal tau aku mengalami kecelakaan ini. Aku melihat kesekeliling tak ada tanda-tanda kehidupan manusia, yang kelihatan hanya hutan dan semak belukar. Tapi pemandangannya indah, bukit-bukit berbaris, jurang yang dalam namun rindang. Tapi dimana ini ? Aku belum bisa menyadari sepenuhnya saat ini aku berada dimana. Tiba-tiba aku merasa haus, dan aku melangkah lagi ke tempat kemudiku mudah-mudahan masih ada sisa-sia air di botol mineral. Kubongkar semuanya tak satupun kutemukan. duh, gimana nih ! aku baru ingat kalo tadi sebelum berangkat aku lupa membawa air minum. Tiba-tiba aku merasa kesal !

Tak ada jalan lain aku harus mencari air, tapi kemana ? tak ada kelihatan air yang mengalir di lereng bukit ini. Sepengetahuanku air tersebut hanya ada di dasar jurang atau di atas bukit ini tempat aku mulai berangkat tadi. Pilih kemana ? Akhirnya aku memilih untuk kembali dengan mendaki lereng bukit itu. kenapa ? Karena hari semakin gelap, kalo aku menuruni jurang tentunya akan sampai tengah malam dan bakal gelap sekali, jika aku telusuri jalan tadi tentunya akan bertambah jauh dan binatang buas berkeliaran dimana-mana. Sejenak sayup-sayup terdengar suara azan memanggil, namun aku gak tau itu berasal dari arah mana. aku tayamum terlebih dan menunaikan ibadah magrib. Entah berapa panjang do'a yang ku panjatkan untuk keselamatan ku kali ini, ya Allah aku tau ini cobaan darimu tapi ridhoi lah pilihanku aku untuk kembali ke atas tunjukkan padaku dan berikan lah aku kekuatan untuk mendaki ciptaan mu ini ya Allah.

Sendal yang ku pake aku copot dan perlahan tanganku mulai meraih pegangan tangan pertama mendaki bukit terjal tersebut. Awal pendakian tak terasa sulit karena banyak batu pegangan dan pijakan untuk kakiku agar tubuh ini terus merayap keatas. Namun sepertiga dari ketinggian bukit tersebut perlahan terasa angin menerpa tubuhku. Seketika aku melihat kebelakang... lampu-lampu di kejauhan terliaht kedap kedip, menyala dan redup. oh indahnya.
Gelap, susah sekali mataku untuk menangkap dimana keberadaan bongkahan batu yang bisa ku pegang dan ku pijak. Aku hanya bisa meraba-raba dimana pijakan yang tepat untuk keberikutnya.

Alhamdulillah, Akhirnya dengan sisa-sisa tenaga yang ada aku mencapai puncak bukit tersebut. Di depan mataku kelihatan aspal dan beberapa lampu yang menerangi jalan dan beberapa rumah yang berada 200 meter di depanku. Kakiku menginjak tanah puncak bukit itu dan tepatnya aku sudah kembali di daerah awal keberangkatanku tadi. Seketika aku bersujud beralaskan aspal, terima kasih ya Allah engkau perkenankan do'aku. Kemudian aku kembali bangkit dan perlahan berjalan menuju perkampungan. Kuseret langkahku, ada sebuah semangat yang besar mendorongku untuk terus melangkah.

Dari kejauahan aku melihat sesosok bayangan putih dari kejauhan, berdiri di depan pagar rumah seperti menunggu kedatangan. Siapa ? penglihatanku kabur kucoba mempertajam tetapi sama saja. Langkahku terus ku seret menuju kesana, sedikit terhuyung namun dalam jarak sekian puluh meter aku baru bisa melihat jelas siapa sosok putih yang berdiri di depanku. Oh, masya Allah itu kan dirimu ? benarkah aku terus mempertajam mataku dan ternyata tidak salah lagi. Aku melihat sosok kamu berdiri dengan wajah harap-harap cemas, kemudian senyummu menghapus semua kecemasan yang menyelimuti wajahmu. Kau hapus air mata yang membasahi pipimu dengan ujung jilbab besarmu, dan ujung jilbabmu terlihat lembab. Menandakan bahwasanya kamu sudah beberapa kali mengusapkan ke pipimu, apakah kamu memiliki firasat kalo aku kembali seperti ini ?

Langkahku berhenti, dan kau ... berlari menuju aku dengan tersenyum bahagia sambil mengurai air mata. Aku pun membalas senyummu dan tanpa diperintah tanganku lansung mengembang menerima kedatanganmu menyambutku. Kau menubruk tubuhku pelan kemudian memelukku erat dan tangismu pun pecah ruah mengalirkan airnya di dadaku. Aku mendekap tubuhmu dengan erat sambil mencium lembut atas kepalamu yang tertutup oleh jilbab aku memejamkan mata, hilang semua penatku ... lepas semua lelahku ... terima kasih ya Allah ! tubuhku terasa lepas ... dan semuanya menjadi hitam ... kemudian aku lemas ... lututku menyentuh tanah kemudian aku ambruk dalam dekapanmu. Yang ku ingat terakhir kalinya hanya tanganmu yang berusaha menggoncangkan tubuhku, teriakan mu memanggil namaku, air matamu yang menetes di wajahku dan pelukan eratmu ... kemudian semuanya menjadi gelap, hitam dan kelam.

Aku terbangun, suara azan bersahutan memenuhi pendengaranku ... oh dimana aku ? disekelilingku terlihat komputer yang masih hidup, disebelahku ada beberapa temanku terlelap dengan begitu nyenyaknya. Ya Allah ya rob !, baru aku menyadari aku berada di atas karpet berbantalkan setumpuk buku. Oh apa yang terjadi ? Aku mengingat kembali apa yang telah terjadi. Ya Allah ampuni hambamu yang telah memeluk wanita yang bukan muhrimku... Aku salah ya Allah... Aku bangkit dan .. kemana luka-luka ku ? Ya Allah, aku... oh ! tidak ! aku memegang kepalaku, Kuingat-ingat kembali sambil terus jalan ke mushollah. Dan air wudhu membuyarkan kebingunganku tentang apa yang barusan terjadi. Ternyata aku barusan bermimpi ... pertanda apakah ini ?

No comments: