3/14/2004

Dipecat !

part I

beberapa hari yang lalu ...

"dang ! lo dipecat yah ?!" baru saja melangkahkan kaki di tangga pertama tiba-tiba sebuah suara itu meluncur ke ruang pendengaranku. Sekilas aku melihat, dan entah kenapa tiba-tiba aku tersenyum begitu saja. Senyum yang memang gak terpikirkan atau malah dibuat-buat, tapi kali ini benar-benar sebuah senyum yang datang dari dalam. Dan sampai saat aku menulis ini aku belum juga mengerti kenapa aku tersenyum saat itu.

"lah malah senyum, gimana ? enak yah di pecat ? haha... makanya ..." dia tidak melanjutkan, mungkin berharap aku sudah mengerti dengan kata makanya tersebut. Aku masih saja senyum *aku kenapa sih ? dalam keadaan ini masih belum juga bisa merubah raut wajah* Tapi sungguh aku belom mengerti dengan kata makanya itu. Aku melihat meja itu dilingkari oleh 4 orang yang menyambut hari dengan secangkir teh atau kopi dan obrolan dari barat sampe ke timur dari selatan ke utara membelah cakrawala waktu.

"Kenapa kok di pecat dang ? kaciaaann deh lu" dibarengi dengan tawa ke empat orang tadi, dan akupun ikutan tertawa bersama mereka sambil mengambil cangkir minuman diatas meja yang gak jelas sama sekali apa itu teh atau kopi, sama gelapnya. Setelah duduk dengan tenang aku meneguk, oh ternyata kopi "aahhh... alhamdulillah". satu persatu aku perhatikan yang jelas satu persatu dari mereka juga memperhatikan aku. Masih saja aku tersenyum, duh kenapa nih ?!
"Eh lu senyam senyum mulu dari tadi, senang ya di pecat ?!" hahaha ... kembali ketawa itu menggelegar, dan aku kali ini gak ikutan hanya ikutan senyum. duh senyum lagi. Sejenak sebelum membalas pembicaraan aku membersihkan mata kali aja masih ada di mata.

Hari ini aku sepertinya kembali, ya kembali. I'am a Free man now ! aku merasa bebeas dan lepas. tak ada lagi rantai yang mengalung di kaki, tak ada lagi jadwal yang mengikat, aku bebas terbang melayang di angkasa. Tapi apakah benar semua itu adalah rantai yang mengikatku selama ini ? Ah aku tak mau memikirkan semuanya itu, cukuplah semalam itu saja.
Dalam hitungan yang tak seberapa aku mulai terlibat dengan permicaraan hangat di pagi itu, sebagai teman dari 3 cangkir dan beberapa makanan kecil.
Sebuah nikmat dan karunia yang tak terkira kurasakan saat ini aku masih bisa berkumpul dengan mereka lagi. Entah beberapa bulan terakhir ini meja itu terasa jauh sekali dan sulit untuk aku kunjungi. Namun sekarang ? aku kembali mejadi bagian orang yang melingkari meja itu. Bercerita, bercanda, tertawa, bahkan menangis bersama. Ah betapa bahagianya...

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS : Al Baqarah 153)