Mungkin knalpot bis itu masih menyimpan sebuah kenangan. Atau mungkin debu di kap belakang bis itu masih menoreh goresan kesedihan. Dan mungkin batu-batu kerikil yang terinjak waktu itu ingin berteriak disaat terdiam, bukan karena kesakitan tetapi mereka juga takut dengan kata-kata perpisahan.
Pernahkah kamu menghitung berapa lama sudah masa itu ? Disaat tangis sangatlah berharga karena di antara kita bukanlah apa-apa. Bibir yang tak sanggup berucap namun hati tak mau berdusta hingga janji itu terpatri. Tak sanggup lagi, ya aku tak sanggup lagi melihat tetes itu menyusuri pipi dan jatuh ke bumi.
Satu persatu aku pungut dan aku kumpulkan kembali diatas telapak tanganku. Kemudian aku genggam erat-erat dan aku tusukkan ke dada,sambil berucap ...
"Terima kasih atas tangis ini, ini yang akan aku simpan dan aku bawa kemanapun aku pergi hingga menjadi mutiara yang akan menjemputmu kembali ..."
Tanpa berucap lagi, sambil menggigit bibir dan menutupnya dengan tangan kananmu. Kau tatap punggungku sampai roda-roda itu memaksa aku untuk hilang dari penglihatanmu.
aku pergi ...
untuk kembali
6/11/2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment