6/21/2005

besok ke matos lagi

Mau tak mau akhirnya saya terpaksa melangkah di mall itu. Saya kesana bukan untuk belanja atau cuci mata, dan juga bukan bermaksud untuk mengkhianati perjuangan teman-teman yang menolak pendirian Matos ( baca : Malang Town Square ). Tapi gara-gara bank Niaga yang di ekonomi ikutan pindah kesana. Trus apa hubungannya ?

Kemaren, saya sudah menghubungi ibu di recording itu. Tanya segala sesuatu bagaimana caranya mendaftar seminar hasil. Dan salah satu syarat bisa ikut seminar harus bayar lima puluh ribu rupiah di bank Niaga.

"Bank Niaga yang di ekonomi itu bu ?" seingat saya bank Niaga ada disana.

"Bukan, sekarang udah pindah ke Matos" dia menjawab sambil memberikan map yang saya beli enam ribu tiga ratus rupiah itu.

"Matos ? sebelah mana bu ?" saya kaget juga. Langsung ingat teman-teman yang bercucuran keringat demo di depan matos belakangan ini.

"Iya matos, mall yang baru itu. Disebelahnya Hypermart". Ibu itu tersenyum

"O, makasih ya bu". Saya pun merapikan peralatan saya kemudian berlalu dari sana.

Matos ? dekat sih emang tapi sejak diresmikan, jangankan kesana lewat di jalan depan itu saja baru 2 kali. Selain memang tidak ada niat dan keperluan saya juga jarang sekali melewat daerah itu. Walopun itu termasuk jalan protokol diseputar kampus Universitas Brawijaya.

Tapa pikir lagi, tadi pagi saya langsung mengayuh sepeda menuju Matos. Menelusuri jalan satu arah yang dipenuhi kendaraan berbagai warna. Sesampainya di depan mall itu saya sempat kebingungan juga mau di parkir dimana sepeda kesayangan ini. Ada parkir sepeda motor di sebelah kantor promosi tapi gak mungkin lah saya bisa parkir disana. Lagian tukang parkirnya juga tak ada, sepertinya itu tempat parkir karyawan.

Saya teruskan sampai pada ujung berikutnya dan kelihatan lapangan parkir yang masih belum dibenahi sepenuhnya. Mata saya tak lepas mencari-cari dimana keberadaan Bank Niaga. Dan ternyata tak jauh dari lapangan parkir tersebut. Tak ayal lagi saya menuju tempat parkir, dengan sedikit ragu juga. Soalnya, sebanyak itu kendaraan saya sendiri yang bawa sepeda kumbang.

Sampai di depan gardu penjaga parkir. Bapak penjaga itu langsung teriak

"Mas, parkir disini aja" beliau menunjuk ke arah depan gardu. Ada beberapa sepeda motor yang diparkir disana dan satu area yang kosong, cukup untuk menarok sepeda saya disana.

"Oh, makasih pak" Saya langsung kesana dan menarok sepeda kemudian menguncinya.

"Titip ya pak, makasih". Saya tersenyum, alhamdulillah masih ada tempat untuk sepeda setua itu.

"Sama-sama mas". Kemudian beliau sibuk mencatat plat nomor sepeda motor yang masuk ke area parkir.

Saya berjalan menuju kantor Bank Niaga di pojok lantai satu. Masih pagi, matos ramenya sudah kayak pasar. Apalagi siang, sore atau malam ya ? Mana yang buka baru satu Hypermart saja. Yang lain masih belum, bahkan ada yang baru dicat, pasang ubin. Masih banyak toko-toko yang tutup. Ah, ternyata masyarakat disini antusias sekali dengan keberadaan matos. Pantas saja si pemilik ngotot sekali pembangunan matos terus berlanjut. Pemerintah daerah pun juga adem ayem bahkan malah mendukung. Hanya segelintir saja yang menolak keberadaan matos.

Memang peluang bisnis yang menjanjikan. Tapi yang tidak habis pikir, kenapa mesti dibangun di kawasan pendidikan ? Dari itu saja pembangunan matos sudah melanggar RT RW dan peraturan penataan Kota Malang. Bahkan keberadaan matos sudah mengancam jalan tembus yang melewati Universitas Brawijaya. Jalan dalam kampus itu sama pemerintah daerah diminta dibuka untuk umum. Lah, bakal mo jadi apa kampus ini kalo semua kendaraan masuk kampus ?

Saya teringat kemacetan yang setiap harinya terjadi di depan Minang Plaza di Padang, Ramayana di Ciputat. Saya yakin kemacetan yang sama bakal terjadi di seputar jalan veteran depan kampus. Bahkan kemacetan di perempatan ITN dan jalan sempit Sumbersari dan Gajayana akan semakin parah ! Dan tak terbayangkan juga kalau pemda tetap ngotot jalan kampus brawijaya dibuka untuk umum. Satu hal yang bakal sering terjadi yaitunya curanmor. Lihat saja, kalau seandainya jalan itu dibuka. Kendaraan mahasiswa dan dosen tak bisa aman seperti sekarang ini.

Belum lagi berbicara pengaruh matos bagi para pelajar dan mahasiswa. 3 kampus besar, Universitas Negeri Malang, ITN, Universitas Brawijaya dan SMA 8, SMK, MTSN, MIN, SMP, SD yang berada disana apa tidak terancam ? Tentunya pelajar dan mahasiswa akan senang sekali mejeng di mall itu. Tau sendiri lah akibatnya bagaimana. Siapa yang akan tanggung jawab kalau nanti matos dijadikan tempat bolos, pacaran, bahkan bisa jadi tempat mangkal prostitusi ?

Sungguh saya tak bisa bayangkan seperti apa carut marut yang akan terjadi nanti. Jangankan nanti, sekarang saja sudah sembrawut. Belum lagi daerah sekitarnya ditempati pedagang kaki lima, area parkir yang dibikin seenaknya. Lihat saja, didepan gedung Sasana Krida UM bakal jadi kantong parkir. Dengan alasan parkir yang ada tak mampu menampung kendaraan. Tentunya kegiatan yang diadakan di Sasana Krida tersebut akan sangat terganggu.

Ah, sudahlah kita hentikan dulu cerita tentang sembrawutnya matos. Saya terus menuju kantor Bank Niaga menelusuri orang-orang yang lewat. Kebanyakan remaja perempuan, dengan dandanan yang "Wah" dan sangat "sedap" dimata. Astaghfirullah.
Sesampainya di kantor Bank Niaga, ternyata Bank itu tutup gara-gara lampu mati. Penjaga bilang dari tadi pagi mati, jadi untuk hari ini kantor BN tutup.

Trus saya tanya apa blangko yang untuk seminar hasil ada di BN lain ? penjaga itu bilang tidak ada. Yah....

Terpaksa deh besok ke matos lagi.

No comments: