Pagi tadi adalah hal yang jarang saya lakukan. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir adalah sesuatu yang tidak pernah sama sekali saya lakukan. Naik angkot [ angkutan kota - red ], ya saya tadi pagi naik angkot. Kangen juga rasanya sudah sekian lama tak merasakan duduk di bangku setinggi 40 cm itu.
Sebelum menuju jalan besar tempat biasanya angkot lewat simpang siur, saya jalan beberapa ratus meter dulu. Pagi itu cukup terasa panas, karena saya berangkat agak kesiangan. Tentunya karena bangun kesiangan, gara-gara abis subuh tadi kembali ngambil selimut dan memejamkan mata mendekap dingin pagi. Ah, lama-lama kok malah tidur setelah subuh ini makin sering saja ya ? Apa ini bawaan begadang, sehingga keterusan juga kalo tidurnya normal ? Atau mungkin juga gara-gara kasur tebal di kamar saya itu. empat hari gak ketemu sekali ketemu tidurnya keterusan. Gak tau lah, yang jelas saya sedang malas dan ini harus diberantas.
Angkot saya cegat dengan tangan kiri [ astaghfirullah, sampai sekarang saya masih ingat ]. Masih terasa tidak enak dalam hati ini, dengan sopir dan penumpang yang duduk dibangku depan. Sepertinya saya meremehkan mereka, walopun sebagian besar dari para penumpang mencegat angkutan menggunakan tangan kiri dan sopir pun tidak menganggap itu sebuah pelecehan. Tapi ya begitulah saya merasa tidak enak saja pas mau menaiki angkutan tersebut.
Mungkin ini bawaan dari tempat kelahiranku dulu. Adalah sebuah kesalahan besar jika mencegat angkutan dengan tangan kiri. Angkutan takkan mau berhenti dan bisa-bisa kena semburat kata-kata yang menyindir, bahkan lebih parahnya lagi bisa-bisa diludahi. Satu hari pernah kejadian. Yang mana ada seorang wanita berumur sekitar 20-25 an sedang menunggu angkutan yang akan membawanya ke kota. Saya pun akan pergi ke tujuan yang sama, namun masih sarapan dan minuman di warung diwarung tidak jauh dari tempat wanita itu berdiri.
Sambil terus makan dan bercerita dengan orang-orang diwarung, tepatnya tetangga saya sendiri. Kami memperhatikan si wanita itu mencegat angkutan.
"Udah dari tadi tuh nungguin angkutan, tapi gak ada yang mau berhenti. kasian" salah seorang bapak disebelahku memberitahu kepada makhluk seisi warung.
"Jelas aja lah, dia cegatnya pake tangan kiri terus. Mana ada angkutan yang mau berhenti". Salah seorang temanku berceloteh kemudian menyeruput kopinya yang sudah mulai dingin di tadah.
Perlahan terdengar suara angkutan dari kejauhan. Saya ingin buktikan apa yang dibicarakan oleh seisi warung tadi benar, terutama apa yang dibilang oleh teman saya. Dengan seksama saya perhatikan gelagat si wanita tadi saat mencegat angkutan. Hm, ternyata benar dia menggunakan tangan kiri. Dan ... terbukti angkutan itu tidak berhenti. Padahal sekilas saya lihat cuma ada 2 atau 3 penumpang.
Dari kejauahan saya perhatikan, tidak ada yang cacat dari penampilan wanita itu. Tidak terlalu cantik, dan tidak pula jelek. Rambut terurai panjang, pake baju sedikit melihatkan lekuk tubuh walopun ditutupin dengan jaket agak ngepres, celana jeans walopun tidak terlalu ketat. Sendal tebal warna putih menyandang tas ransel kecil. Dan saya bisa tebak dari dandanannya wanita ini adalah orang luar kampung ini. Paling tidak dia pernah merantau ke tanah jawa atau memang dia berasal dari Ibukota.
Setengah jam lebih, dan tentunya si wanita tadi sudah berjam-jam menunggu angkutan yang mau membawanya dari tadi. Dari pembicaraan orang-orang diwarung ada sekitar 2 jam kurang dia menunggu angkutan. Ah, kasian juga lumayan juga dia mencegat angkutan tapi tak ada yang mau berhenti.
Panas matahari mulai menggigit, saya sudah menyelesaikan sarapan. Saya lihat sekilas wanita itu mulai merasakan panas dan kemudian mengeluarkan kipas dari ranselnya. Seketika angkutan berikutnya lewat didepannya. Dia mencoba untuk mencegat, lagi-lagi tangan kiri sedangkan tangan kanannya terus mengipas wajahnya. Tetap saja angkutan itu lewat dengan cueknya.
Saya menuju ibu yang punya warung dan membayar sarapan yang saya nikmati barusan. Setelah itu saya pamitan dengan bapak, tetangga dan teman yang sarapan juga disana. Dari kejauahan saya mendengarkan deru angkutan melaju. Saya melangkah menuju wanita itu. Perlahan saya mendekat dan terus mendekat. Wajah wanita kelihatan heran atau mungkin bingung melihat saya berjalan mendekatinya perlahan. Dilihat dari parasnya saya yakin dia sedang tidak mau diganggu oleh siapa pun. Dan merasa tidak enak dengan kehadiran saya.
Angkutan semakin mendekat seiring jarak saya juga semakin dekat dengan wanita itu. Saya melempar senyum kepadanya. Tanpa menunggu jawaban senyum ataupun tidak, saya langsung memutar badan berdiri disisi jalan disamping kanan wanita itu. Saya menoleh ke arah angkutan yang datang dari arah kanan saya. Kemudian saya menggerakkan tangan kanan saya kedepan diangkat sekitar 90 derajat untuk mencegat angkutan yang lewat. Sebenarnya tanpa diangkat setinggi itupun angkutan akan berhenti tapi saya ingin memberitahukan kepada wanita itu kalau disini mencegat angkutan gunakan tangan kanan. Jangan gunakan tangan kiri.
Walhasil angkutan berhenti didepan kami, kemudian saya membuka pintu penumpang.
"Silahkan mbak ... " saya mempersilahkan wanita itu untuk naik angkutan, wajahnya terlihat lega walopun rasa kagetnya masih tersirat. Sambil tersenyum simpul dan sedikit tergesa-gesa dia naik angkutan. Setelah dia duduk saya menutup pintu itu kemudian membuka pintu depan dan saya duduk di bangku depan disebelah sopir.
Sepanjang perjalanan saya asyik mengobrol dengan sopir, yang kebetulan teman SD saya dulu.
"Kasian tuh cewek dari tadi nungguin angkutan gak ada yang berenti". Saya memulai pembicaraan.
"O.. cewek itu, he he he tadi juga sebelumnya nyetop angkutan ini. Males juga naikin dia, kayak gak menghargai aja. Walopun sopir, ya aku masih punya harga diri lah. Masa nyegat mobil ama tangan kiri. Tangan kiri tuh buat cebok bukan buat nyegat angkutan, ya gak ? hehehehehe". Teman ku ketawa sambil mengambil rokok sebatang kemudian sesaat kemudian dia menghisap dalam.
"Untung tadi tuh kamu yang nyegat, kalo gak ada kamu. Ah sorry ya aku mo berenti, tau gak ? padahal aku tadi kalo dia masih nyegat ama tangan kiri tak ludahin tuh ! kamu sihh". Dia kembali menghisap dalam asap rokok kretek itu.
"Ya aku kan kasian aja liat dia, udah dua jam gak dapet-dapet angkot. berdiri aja disana sampai kepanasan". Aku ngambil korek api dan mengorek-ngorek kuping, aku baru sadar kalo menjelang berangkat tadi lupa bersihin kuping.
"Alah... orang sombong gitu gak usah dikasihani, yang patut dikasihani tuh kayak aku nih ... hahahaha". Dia tertawa lepas.
Kami bercerita sambil sesekali saya berteriak kota tujuan yang kami tuju. Bak seorang kernet aku teriak-teriak bila ada sekelompok orang di pinggit jalan. Dan akupun lupa dengan wanita yang nyegat angkutan dengan tangan kiri tadi. Padahal dia masih di belakang, dan mungkin saja dia masih kebingungan atau mungkin saja dia sudah mengerti dengan aturan mencegat ankutan di daerah ini. Ya semoga saja ...
6/11/2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment