"Suatu kali anda berada pada situasi kebakaran gedung yang amat sangat. Anda ingin cepat-cepat keluar dari kepungan api tersebut, tetapi seorang sahabat terbaik anda sedang tidur begitu nyenyaknya. Anda mengangkatnya waloput bobotnya begitu berat dan mencari jalan keluar. Setelah berputar-putar sekian lama tak ada jalan keluar yang muat untuk anda berdua. yang ada jalan keluar sempit dan cuma bisa dilewati oleh satu orang dengan merayap. Api terus membesar dan semakin membesar. Apa yang seharusnya anda lakukan disaat untuk menyelamatkan teman dan diri anda saat itu ?"
Pertanyaa itu dilontarkan oleh seorang teman saya waktu kami lagi menikmati sore dengan segelas nescafe latte. Sejenak saya meneguk sampai setengah gelas habis. Saya pelajari lebih lanjut apa yang dia ceritakan. Saya membayangkan dalam sebuah pertokoan dengan seorang sahabat terbaik. Saya juga merasakan panas-panas api yang berusaha menjilati tubuh. Saya berpikir kaca, yang mungkin bisa dipecahkan. Pintu yang mungkin bisa di dobrak, atau hal lain yang bisa membuat saya dan dia keluar. Namun kembali teringat jalan keluar cuma ada satu. Itu sempit dan bisa cuma dengan merayap.
Tiba-tiba saya teringat keadaan sahabat saya yang masih tertidur. Ternyata disinilah kunci jawaban pertanyaan itu ? Saya tidak bisa menolong sahabat saya kalau dia masih dalam keadaan tertidur. Bukankah dia bisa berusaha keluar sendiri bersama saya setelah saya bangunkan ? Apa jadinya kalau saya tidak membangunkan dia ? tentu saja saya kesusahan untuk menarik dia keluar. Apalagi dengan kondisi merayap. Bisa-bisa saya dan sahabat saya terkurung selamanya dalam kobaran api itu.
"Saya bangunkan sahabat saya, kemudian keluar berdua dengan cara merayap di jalan keluar itu". Saya menjawab sambil menyedot latte yang masih tersisa.
"Yah ... giliran saya lagi bayar ini minuman". Dengan wajah lemas teman saya berjalan menuju kasir.
"Besok atau kapan-kapan lagi ya ! thanks !". Saya pun kembali ke balik monitor ini.
6/18/2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment