Aku begini, karena itu hasil dari apa yang pernah aku renungi. Aku begini, karena itu adalah satu-satunya cara agar aku tak lagi menjadi orang yang membebani. Aku begini karena tak ingin lagi menambah penyakit dalam hati... ya aku begini karena aku mencoba untuk memperbaiki diri.
Berbeda dengan memperbaiki sepedaku yang rusak beberapa minggu yang lalu. As nya aus tinggal ganti, garpunya patah cukup di las saja. Dan itu ada tukang bengkel yang melaksanakan semuanya. Aku tinggal sodor, diterima kemudian dikerjakan, ditunggu beberapa saat, jadi sudah.
Sedangkan memperbaiki apa yang dalam diri ini, susahnya minta ampun. Bagaimanapun niat bergelora tapi tanpa usaha, hasilnya ? ya tetap saja. Usaha tanpa niat dan tujuan sama aja nihil. Ya, semuanya bareng menjadi satu bagai nasi campur yang aku lahap tadi siang di kantin. Disana ada niat yang ikhlas, tujuan yang jelas, usaha yang keras, dan do'apun tak boleh malas.
Dan terkadang aku harus merelakan apa-apa yang pernah ada. Karena mempertahankan itu akan menghasilkan benturan-benturan dan membuat tikungan jalan yang akan ditempuh semakin tajam. Sebagaimana juga dengan kamu, akupun menginginkan jalan yang lurus mulus dan sekali tancap ... wuzzz.
Ah, dalam hal ini kita memang sering kali menelurkan ego-ego yang pada akhirnya menjadi busuk dan tak pernah bisa lagi kita aduk. Ya begitulah semoga tak menjadi mimpi yang buruk.
Sa, aku sekedar menyapamu hari ini. Sebenarnya kemaren itu aku bermimpi, tetapi sayang setelah aku bangun tiba-tiba saja hilang. Kalo kepala ini kayak hardisk yang bisa menyimpan file mimpi, mungkin kamu akan tau apakah bunga tidur itu wangi atau tidak. Sayang ya, kali ini aku tak bisa berbagi. Mungkin aku harus lebih teliti lagi menguncinya dalam peti dengan do'a-do'a penyejuk hati. Sekarang ... tidurlah dengan dunia yang tak pernah berhenti mendengkur, dan terlelap dalam damainya gelap.
5/18/2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment