5/30/2005

tidak sombong, rendah hati, baik hati, suka menolong, dan ramah

Pernah tidak kita ngaku-ngaku "tidak sombong, rendah hati, baik hati, suka menolong, dan ramah ?" dalam pembicaraan sehari-hari tentunya dalam konteks bercanda saya rasa pernah. Tapi pengakuan dari tulisan yang baru saya baca itu sedikit mengusik perasaan saya. Tulisan itu bukan bermaksud bercanda, tetapi serius menggambarkan siapa dirinya. Yang jadi pertanyaan apa benar orang itu tidak sombong ? rendah hati ? baik hati ? suka menolong ? dan ramah ?. Apa yang ada dalam benak anda kalau pengakuan seperti itu bukan dari orang lain tetapi dari dirinya sendiri ?

Sombong, Jenis kesombongan ada dua, yaitu zahir dan batin. Kesombongan zahir adalah perbuatan yang lahir dari anggota badan. Sedangkan kesombongan batin adalah perangai di dalam jiwa. Namun, Said Hawwa, seorang ulama besar di Mesir, dalam bukunya ‘Mensucikan Jiwa’, berpendapat bahwa istilah kesombongan lebih tepat sebagai perangai batin, karena amal perbuatan merupakan hasil dari perangai tersebut. Bila perangainya nampak di dalam anggota badan disebut berlaku sombong (takabbur). Bila tidak nampak maka disebut sebagai kesombongan (kibr).

Nah, kalo sombong berangkat dari perangai bathin apa kita bisa menakar atau menganggap sudah bebas dari kesombongan ? Kesombongan biasanya disebabkan karena orang menganggap dirinya besar. Anggapan ini didasarkan pada keyakinan akan kesempurnaan diri sendiri. Menurut Said Hawwa, setidaknya ada tujuh hal yang seringkali menjadi penyebab kesombongan, yaitu karena ilmu pengetahuan, amal dan ibadah, nasab keturunan, kecantikan, harta kekayaan, kekuatan dan keperkasaan, adanya pengikut atau pendukung.

Kalau sudah beranggapan diri ini "tidak sombong, rendah hati, baik hati, suka menolong, dan ramah ?" bukan kah itu sudah sama saja merasa baik dari orang lain ? atau boleh diistilahkan dengan ujub. Sedangkan sombong itu berpangkal pada ujub. Hati yang ujub tinggal selangkah menjadi sombong.

Dari ujub lahir kesombongan dan dari kesombongan lahir banyak keburukan yang nyata. Ujub adalah kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri. Misalnya, ujub terhadap ibadah yang telah dilakukannya, ujub terhadap usaha yang sudah diupayakan, dan hal lain yang terkait dengan kebanggaan terhadap apa yang telah dilakukan dirinya sendiri. Karenanya Ujub tidak menuntut adanya orang yang diujubi. Bila hanya ada satu orang saja di dunia ini. Ujub tetap mungkin muncul.

So, masih beranikah kita berucap "tidak sombong, rendah hati, baik hati, suka menolong, dan ramah" dengan nada serius ?

Wallahualam Bishowab

No comments: