5/15/2005

Bola bang, Milan ...

Malam yang tenang, cerah, tidak panas dan tidak pula dingin mengigil. Damai, sedamai hirupan udara pagi yang segar bebas dari segala polusi yang diproduksi tengah kota setiap hari.

"Ah ... ini saat yang cocok sekali untuk tilawah kali ya" Begitu pikirnya sambil menatap keluar jendela kamar yang terbuka. Kemudian dia menuju kamar mandi untuk wudhu, karena barusan saja dia merasakan sesuatu bau yang khas keluar dari daerah yang dia sendiri gak tau seperti apa bentuknya sebenarnya. Karena letak yang begitu jauh dari penglihatan. Seperti halnya dia tidak pernah bisa melihat sendiri daun telinganya kalau tanpa bantuan cermin.

"Hmm... udah 2 hari ini aku tak tilawah sama sekali". Gumamnya dalam hati menyiratkan penyesalan yang meraut wajahnya begitu rupa.

"Kali ini aku harus tilawah 1 juz sekalian ah, biar target minggu ini kecapai, harus... ya harus". Raut sesal itu perlahan berganti dengan semangat yang menggebu-gebu, dia megepalkan tangannya dan menatap tajam kedepan. Sepertinya tak ada lagi alasan dan hal yang mampu menghadang tekadnya untuk menyelesaikan 1 juz ayat-ayat suci Alqur'an.

"Oh andainya 2 hari kemaren aku tak sibuk mengurus ini... itu tentunya sekarang aku sudah melahap juz surat ibrahim ini" Dia kembali bergumam sendiri sambil membolak-balik mushaf dan mencari halaman terakhir yang dia baca.

"Aktivis dakwah tuh harus tilawah setidaknya setengah juz perhari ... ". Dia semakin mantap.

"Apapun yang terjadi aktivis dakwah harus selalu konsisten untuk terus membaca ayat-ayat alqur'an, baik dalam keadaan senang maupun susah". Dia selalu menyemangati dirinya sambil terus membuka lembar demi lembar mengingat-ingat dimana terkahir ayat yang dia baca dua hari yang lalu.

"Nah ... ini dia." Dengan tersenyum dia memulai menarik nafas yang dalam terlebih dahulu. Kemudian dilepaskan dengan seksama.

"Membaca atau tilawah Al Qur'an itu harus konsentrasi penuh". dia menatap dalam dan mengumpulkan semua konsentrasinya.

"Audzubillahiminasyaitonirrojim...." Suaranya begitu lepas dan mendayu keluar dari mulutnya begitu juga wajahnya, matanya terpejam menikmati suaranya yang dia anggap merdu.

"Bang... bang ... bang !" tiba-tiba ada suara yang memanggil dirinya dari arah pintau kamar.

Seketika itu juga mataya terbuka, pikiran konsentrasinya terganggu. sambil menatap sinis pada temannya yang bersuara barusan.

"Ugh ! meganggu orang ibadah aja ini anak !" begitu gumamnya dalam hati.

"Apa ?!?" Dia melemparkan wajah kesal.

"Bola bang, Milan ... milan dah mulai. Abang ga nonton ?" Temannya memberitahu sambil berharap dia ikutan nonton.

"Ga... nonton aja sana, ga tau orang lagi tilawah apa ?". Dia menjawab sedikit ketus.

"Yakin nih ? ga nyesel ? ntar rugi lho ..." temannya berkata sambil ngeluyur pergi.

"Ah dasar, menganggu saja ... " dia melanjutkan lagi membuka lembaran mushaf yang belum sempat dibaca barusan.

"Tapi, ini kan pertandingan final ... ".

"Aduh gimana ya ?". Dia mulai ragu dan kemudian bangkit jalan mondar-mandir.

"Ah, nanti kan ada siaran ulangnya". kembali dia duduk ditempat semula.

"Tapi kalo gak ada gimana ? rugi dong ? milan nih ... pertandingan yang ditunggu-tungu". dia menopang dagunya dengan lutut. melihat mushaf yang dia pegang.

"ah ..."

dan tiba-tiba dia membuka lembaran mushaf kemudian...

"Sodaqollohul'adziimmm...."

Tanpa pikir panjang lagi mushaf ditutup ditarok pada tempatny a semula kemudian lansung keluar kamar.

No comments: