5/05/2005

Subuh itu

"kriyeekkk" suara pintu gerbang garasi rumah kontrakan memecah sunyinya pagi.
"Ops, kok keras gini ya bunyinya ?" Aku bergumam dalam hati sambil perlahan sepeda kesayangan aku keluarkan dari garasi. Hati-hati dan sangat pelan, karena takut kalo pedal, stang ato pun bagian lain yang bisa menggores cat sedan civic yang parkir didepan garasi.

Setelah mengunci gembok pagar aku mulai mengayuh menuju suara azan yang terdengar dari kejauahan. Sedikit mendaki memang, tapi gak papa lah ... masih pagi. Kan lagi seger-segernya. Ada sekitar 500 meteran kurang lebih dan jalannya sedikit mendaki dan berbelok-belok.

Sepi dan dingin ... yang aku lihat cuma deretan mobil dari berbagai merek dan mode. Ada cuma satu mobil di garasi bahkan ada juga tiga. Sampai garasipun gak muat untuk tempat parkir mobil mereka. Maklum komplek perumahan lumayan bagus tetapi tidak elit. Tak terasa aku sudah melewati belokan kedua dan jalannya memang agak sedikit datar. Suasananya masih sama seperti yang tadi, sepi.

Satu belokan lagi aku akan sampai di masjid itu. Dan tentunya aku akan parkir sepeda ini di halaman sebelah kiri, kemudian wudhu masuk masjid trus sholat sunah fajar kemudian tilawah sambil nungguin iqomah, "hmm sungguh damainya". Begitu rencana yang aku susun dalam otak ini sambil terus mengayuh sepeda.
Sampailah aku di belokan terakhir, tetapi apa yang terjadi pada saat mataku memandang ke arah masjid...
"Kok ?"
Ternyata gerbang masih masih tutup, lampu-lampunya tidak ada yang menyala satupun. Yang jelas belum ada tanda-tanda kehidupan.
"Kemana orang-orang ? kemana takmir ? masih tidur kah ?" Aku masih belum bisa menghilangkan rasa kaget.

Alhasil, tanpa pikir panjang lagi aku putar haluan kemudian menuju masjid yang terdekat sekitar 1,5 kilo lagi. Dari kejauahan suara iqomah pun terdengar sayup-sayup mengiris hati. Seirama dengan pilunya hatiku melihat kenyataan di masjid tadi.

No comments: