1/27/2004

cerita belum berakhir

berjalan kaki menusuri lalu lintas yang padat disela-sela terpaan sinar matahari pagi. hari ini terakhir ? mungkin saja... kata-kata yang sama terucap juga kemaren, dalam hati selalu terbesit ini hari pengambilan gambar terakhir...semoga.

di perjalanan aku merasa jadi tontonan disaat rambut gimbal ini harus ku urai, dengan sangat hormat sekali dari tatapan prang-orang yang belum kukenal aku pakai kerpus biar ini kepala gak jadi tontonan sambil melongo. aneh mungkin, karena bukan pemandangan yang biasa disana, rambut gimbal, kalung gembok, rantai dompet yang gede, gelang punker !

sekilas mataku tertuju pada spanduk korn yang terpampang diatas jalan depan gerbang masuk, hmm 5 februari ... pengen liat langsung tapi gimana mungkin bisa gratis ? hehehe pikiran gratis selalu menjadi pendahuluan atau kadang-kadang jadi latar belakang malah pernah jadi judul, ya intinya berada di halaman terdepan lah. semoga saja beberapa tahun kedepan gratis itu jadi daftar pustaka atau setidaknya penutup gitu.

setiap aku melangkah di bawah spanduk itu , pikiranku selalu menerawang... ini batas antara aku dan puta, satu langkah aku melewati bagian belakang bayangan spanduk tersebut berarti aku adalah puta. sampai nanti saatnya nanti ke-puta-an kulepas kalo udah cukup untuk hari ini. langkah yang ke 269 dari spanduk tadi aku sempat melirik 20 derajat kekanan dan 5 derajat keatas ternyata mereka sudah pada ngumpul duduk bergerombol dibawah pohon rindang.

Dari kejauhan kulihat satu persatu wajah mereka, ada yang kelihatan ceria tersenyum lepas, ada yang ngantuk tertahan, ada yang matanya merah bahkan ada yang ngelamun * itu ngelamun apa lagi nahan sesuatu ? *. sebuah senyum tanpa intruksi pun terlepas begitu mudah dari bibir ku, di tangga yang kutapaki untuk ikutan bergabung dengan mereka sempat terpikir aku telat kah ? sekilas jam seiko dari tangan temanku menjadi pusat perhatianku, perlahan ku pegang dan kulihat ... 9.10 berarti aku telat 10 menit ? yah malah aku yang telat sekarang ... kulihat sekeliling, ternyata masih belum lengkap.

Satu persatu ku hapal namanya dan memang yang memegang posisi utama sebagian belum kelihatan, dimana mereka ? perlahan pantat ini kuhempaskan dibangku, kemudian kusapu semua ruang yang bisa kulepaskan pandangan ini... hmm lumayan cerah hari ini, alam... semoga kali ini kita memang bersahabat. dan ternyata memang sepertiga waktu perkuliahan kita serasa berjabatan erat, tanpa angin tanpa mendung matahari pun tersenyum riang.

aku pun ikut tersenyum, tapi disaat kakimu menapaki sang surya untuk berancak diatas puncak... tangis mu perlahan mulai keluar dan akupun merasakan tetes demi tetes menerpa punggung tangan, pipi, bahkan kepalaku terasa ada yang menimpuk kemudian pecah mencair...wah..wah lagi mulai meratap, dan aku menyambar tas sambil tertawa berlari mencari tempat berteduh. "terima kasih ya Allah, kau berikan aku kesempatan untuk beristirahat, walopun kita belum mulai hari ini karena terlalu banyak yang mesti dipersiapkan".

"cerita belum berakhir, karena aku ingin sekali kamu yang berada disebelah sini ... " ku tunjuk tempat disebelah kananku yang kosong sesaat sebelum hujan menghampiri tempatku berpijak, dan aku persiapkan payung untuk berteduh disaat orang-orang berlarian agar tak dihampiri butir-butir air. yang mungkin bagi mereka sama dengan butir kekesalan.

tapi bagiku, bagaikan butir kerinduanku padamu Sa, yang semakin lama semakin deras dan semakin kunikmati... mungkin saat ini aku bisa sendiri, tapi suatu saat nanti aku ingin melihat tatapan teduh dan senyum dengan kepala tertundukmu berada dibawah payung yang kupegang ini Sa, dibawah siraman rahmat yang selalu membuatku bahagia...

ya Allah saat ini aku merindukannya, izinkan kalimat tadi ku layangkan dalam mimpinya. karena Engkau ya Allah aku masih merasakan semuanya begitu dalam... sangat dalam, langit hatikupun mendung ... dan air dari pelupuk mataku menyatu dengan aliran air yang berasal dari butir langitMu