1/29/2004

Ternyata...

di... ada yang membuatku bergidik barusan pas sholat jumat tadi sempat pikiranku melayang jauh. Entah ini pikiran aneh atau sebuah firasat atau hanya sebuah keisengan dari gumpalan otakku yang beberapa waktu terkahir mandek untuk berpikir normal. Aku memikirkan sebuah kematian di... ya mati alias berpulang ke rahmatullah, jika seandainya di perjalanan pulang kampung nanti aku mendahului semua orang yang masih bernapas di dunia ini. Aku juga gak tau kenapa pikiran itu sampe sekarang masih menyelimuti. Jujur saja di, terkadang aku takut dan bahkan tak jarang juga aku pasrah dengan apa yang terjadi nanti. Ketakutan ku bukan tak beralasan, aku adalah individu yang penuh dengan dosa ... sudah siapkah aku untuk menghadapi semua itu ? sudah siapkah aku merasakan betapa sakitnya jika nanti memang nyawaku diambil oleh yang memilikinya ? sudah siapkah aku jika nanti di dalam tanah ditanyai pertanyaan mendasar dalam hidup ini ? sudah siapkah aku meninggalkan semua yang ada disini ?, kebahagian dan penderitaan yang membuatku benar-benar merasakan hidup seperti apa. Sudah siapkah aku menerima semua sangsi atau pertanggungjawaban atas segala hal dari yang sekecil-kecilnya sampai hal yang besar yang pernah kulakukan ? Sudah menjadi seorang yang di ridhoi Allah kah aku ini sebelum kembali ke tempat asalku dulu ? Sudah menjadi orang yang berada di antara deretan kaum yang diterima oleh sisi Nya aku ini di ? Sudah siapkah aku untuk semua itu di ?

Ternyata aku belum siap di, aku masih sangat kotor. terlalu banyak yang mesti kuperbaiki, tak sanggup aku membandingkan dengan orang-orang yang sudah mendahuluiku. dengan orang-orang yang saat ini merasakan nikmatnya mereka bercinta dengan sang pencipta. Seperti yang kamu ketahui di, berapa banyak rentetan dosa yang telah kuperbuat selama 23 tahun ini menghirup udara yang nyata-nyata adalah nikmat dariNya yang tak mungkin bisa kita bandingkan dengan apa-apa. Itu baru hanya udara yang kita hirup, belum yang lainnya yang terlihat bahkan gak yang terlihat, dan tak kan mungkin aku bisa menyebutkannya satu persatu di karena begitu banyaknya yang kunikmati.

Apakah aku ini sudah pernah bertobat dengan sebenar-benarnya bertobat ? ternyata belum di, belum sama sekali. 1 % pun belum mencukupi. tobatku sering mungkir bahkan sering lupa apa itu yang namanya tobat ?, dan yang lebih parahnya lagi di... sudah tau seperti itu kenapa aku tak jarang merasakan lebih baik dari orang lain ? padahal tidak ada apa-apa nya, kenapa aku merasakan apa yang kulakukan itu sudah sewajarnya ? padahal itu adalah sudah diluar batas bahkan zalim ! Di ... setik ini aku masih bernafas dengan sempurna, entah menit, jam hari, minggu kedepan aku masih bisa seperti ini ? aku tak bisa menjawab di. Itu rahasia yang tersembunyi dan jawabannya terkubur dalam ... sangat dalam, tak kan mungkin kita bisa menggali dimana keberadaan jawabannya.

Pasrah ? ya ... semakin ku gali bisa membuatku semakin gila, pilihan pada pasrah lah senjata terakhir untuk bisa bertahan menahan hujaman ketakutan itu. Tentunya pasrah yang bukan whatever lah, tapi pasrah yang bagaimana ? mungkin mencari pasrah yang bagaimana itulah yang mampu dikerjakan untuk saat ini. mencari keberadaannya dimana, seperti apa bentuknya, jalan untuk meraihnya, bagaimana mempergunakannya ... dan tentunya pasrah yang sesuai dengan kehendak Nya.

Ya Allah, aku tau semuanya berada di tangan Mu. dan takkan mungkin aku mendapatkannya jika aku tak mengulurkan tangan milik Mu ini mendekat dan menengadah memohon jalan dan petunjuk dari Mu. Aku lemah ya Allah... sangat lemah, untuk berkedip saja aku butuh bantuan Mu. Ampuni aku Ya Allah karena aku masih berlaku sombong dihadapan Mu, tak semestinya aku seperti itu... tak semestinya

Akankah tangis itu masih berarti ? selagi selesai menguras sumber airnya dan aku kembali lagi seperti sebelumnya ?

No comments: