1/06/2004

Coba lihat ke belakang, banyak yang membuatku menjadi resah. sesal yang tgak bisa lagi diukur karena dengan kenyataan yang kubuat semuanya menjadi bumerang. terbaik ? yah aku memang mencoba, tapi tak semudah itu.

baru kali ini aku beranjak menuju kampus, ngurusin semuanya. ambil surat puas praktikum yang udah selesai. tapi sebenarnya tadi cuma mo postest aja, dan merupakan postest ku yang kedua terakhir. mudah-mudahan aku bisa menyelesaikan semuanya semester ini. Kalo seandainya gak selesai semester ini, semester depan aku kudu nanggung 3 praktikum baru lagi. katanya sih kurikulum baru, tapi kok ya kita yang katanya udah tua² masih kena juga. ah gak tau lah maunya mereka gimana, anak-anak udah pada mulai proposal semua bahkan ada yang udah selesai n nunggu wisuda aja. lah aku ? praktikum ...praktikum...praktikum...mulu.oh ya PKL ku juga belum ke urus, aduh plz ! pengen banget bisa bebas ngurusin semuanya. tapi ... *ada tapi mulu* masih terganjal kerjaan ( alasan klasik ! )

Tadi kusempatkan baca kembali surat-surat itu, ternyata benar apa yang kamu bilang. Kata-kata yang kita susun dulu bikin gemes, bikin kita tersenyum, bikin kita menerawang kembali ke dunia silam yang dulunya kita gak tau hari ini kita bakal menghirup napas disini, hari ini aku bisa tuliskan beberapa kata mewakili itu semua. bodoh ? kurasa memang ada unsur kebodohan, bahkan kita sangat merugi...seperti firmanNya "sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi".
kita berjauhan, aku gak tau apa yang kau kerjakan saat ini. begitu juga dengan dirimu gak tau pasti bagaimana dengan keadaanku sekarang. sebentar lagi aku kembali, dan insya allah kita ketemu lagi untuk kesekian kalinya. syukur yang tak terkira kupanjatkan padaNya karena tak terhitung sudah kesempatan bertemu denganmu yang Dia ciptakan. Bahkan gak jarang aku merasa tak puas, padahal kesempatan itu dikasih berjam-jam. kenapa ya perasaan itu membunuh jalannya waktu ?
tau gak aku pernah mengutarakan suatu niat yang mungkin terlalu dini dipikirkan oleh orang yang masih berumur 23 tahun seperti aku, "Bu...aku ingin nikah umur 25". dan jawaban ibuku bikin aku terkejut dan cukup menyenangkan juga tapi menyiratkan tanggung jawab yang apakah mampu aku melaksanakan untuk 2 tahun lagi ?. "Menikahlah ... asal kamu sanggup membiayai lahir bathin istri dan keluargamu nanti, dan kamu mampu berbakti kepada orang tua". klasik memang, tapi dalam sekali kalimat yang terlontar barusan. Izin untuk menyegerakan separoh dien itu sudah kudapatkan, dan beban yang bakal dipundak ku menjadi bertambah. Tapi apakah itu sebuah beban yang harus diterima dengan tangan terpaksa ? sepengetahuanku dari apa yang pernah kubaca, itu bukanlah beban tapi adalah karunia. Cuma aku sering berpikir, karunia seperti apa ? ya ... karunia dihindari dari dosa-dosa yang besar, karunia memiliki pasangan yang bisa mencintai dan dicintai atas nama Allah, karunia menikmati hidup berpasangan dalam suka dan duka, dan banyak karunia, rahmat, nikmat yang tersirat didalamnya.
ops...karunia berbanding lurus dengan tanggung jawab yang akan diemban. dan aku belum bisa menguraikan detil sedetilnya karena aku masih mempelajari apa saja yang menjadi tanggung jawabku nanti jika memang aku diizinkan menjadi seorang suami. kesempatan masih ada 2 tahun lagi, semoga saja niatku ini dikabulkan oleh Allah SWT amin
masih ingat ? :

kalau kita bicara masa depan, boleh ngga ? suatu saat *****, tentunya akan memilih seorang wanita untuk jadi teman hidup ***** tolong jawab ya ... ( dalam hati )

Jika aku diperbolehkan untuk memilih, akan kupilih dirimu... ya ! itu sudah menjadi niat dan keinginanku. kenapa ? kalo berdasarkan apa yang ada dalam hati dari dulu dirimu sendiri sudah tau,tapi bukan sekedar itu ... aku ingin ... bahkan sangat rindu menggapai barokah dan ridho Allah bersama dirimu, ingin sekali menapak jalan menuju kebahagian dunia dan akhirat bersama dirimu dalam lindungan,karunia dan hidayah Allah SWT.

terlalu muluk kah ? ya... tapi itulah cita-citaku selama ini

No comments: