1/14/2004

Di Waktu yang Silam dan Lalu

di waktu yang silam ...

Selamat malam dunia mimpi, dunia yang tak pernah nyata mengakui bahwa itulah yang sebenarnya. Aku sempat terpojok bahkan tersungkur. Namun suatu kala akupun pernah berdiri gagah, berdiri tegap dengan menggepalkan tangan sambil membusungkan dada. Hai lihatlah ini lah aku,tapi... butir-butir kesombongan itu keluar dari pori-pori dan aku semakin menghirup aroma busuk. ini tak boleh terjadi !
perbedaan limit waktu yang ku ciptakan membuat semuanya menjadi berantakan, kaki ku yang berdiri diantara dua perahu selalu membuatku goyah. yang satu bergerak ke barat sedangkan yang lain bergerak ke timur. aku tak ingin jatuh, tapi aku juga tak ingin kehilangan salah satu diantara keduanya. manusia serakah ! mungkin... tapi aku juga tak mungkin menjadi kemudi bagi salah satu perahu itu, sebagai kemudi keduanya dengan menyatukan sisi-sisi yang bersebelahan ? tak mungkin, perahu yang bagaikan minyak dan air berada dalam satu wadah...
aku tak ingin menyakiti... aku juga tak ingin ....

di waktu yang lalu ...

Hari ini kukirim surat padamu, banyak yang kuceritakan. setumpuk rahasia yang tak pernah ku ungkap sebelumnya, mungkin beberapa orang tau dari bungkusnya tapi tak pernah tau apa yang berada di balik semua itu. Berkali-kali aku berniat untuk mengirim surat ke kamu tapi entah niat itu yang belum kuat sehingga tak pernah menghasilkan gerak untuk menuliskan kata-kata. Ya, kata-kata itu selalu tersimpan dalam benak ku dan selalu terhambat oleh kata "akan kutulis" "akan ku kirim" namun kenyataan yang terjadi malah larut dalam dunia ku sendiri. Maafkan, ternyata diamnya aku malah membuatku gundah dengan sendirinya, atau mungkin juga membuat dirimu gelisah. Kita berjauahan jarak bahkan dibelah oleh sebuah selat yang setiap saat aku ukur dengan detik, menit, jam, hari... setahun sudah tak ada kabar kecuali dari pesawat itu membuatku kembali semangat, karena kau isyaratkan bahwa juga merasakan. Kembali kubaca semua untaian kata yang kau tulis di lembaran kertas warna-warni, dan isinya selalu satu warna walopun dibagian sana-sini kau selipkan sedikit warna yang membuat mata hatiku sadar bahwa harapan itu masih ada. hanya itu...ya hanya itu yang membuatku selalu bisa menggantungkan sebuah harapan yang ku pendam selalu hampir sewindu sudah, dan kamu selalu membuatnya tak pernah jelas garis-garis batasnya meskipun aku selalu ingin sebuah kejelasan. Mungkin salah aku merindukan sederet kata-kata darimu. tapi aku gak mengerti kenapa aku salah ?
Hari ini aku menerima suratmu yang setahun yang lalu, dan baru kali ini aku buka dan baru kali ini pula aku tau semuanya. Karena aku tak pernah tau bahwa ada surat itu untukku... dan ?
kau nyatakan semuanya ... ya kau ungkapkan semuanya !
tapi... kenapa baru sekarang aku ketahui ? oh, dimana semuanya itu dalam sewindu berjalan ?


hari ini aku rasakan kegelisahan, denyut tertahan ... dan aku yakin kita, kamu, aku ... ya... kamu...aku. masih berusaha untuk bertahan dibelakang pendirian ?