2/20/2004

Hujan

Sejak magrib tadi disekitaranku diguyur hujan. Kadang-kadang deras, kadang-kadang gerimis, gak jelas. Tapi yang jelas, gak keitung deh berapa itu nikmat yang di turunkanNya dari langit. hanya dari kata "hujan", iya hanya hujan... yang gak jarang kita anggap bahwa itu buah kesialan. Bahwa hujan itu penghambat kegiatan, bahwa hujan itu membatalkan semua rencana. Gak satu dua umpatan yang keluar dari mulut kita kalau lagi asyik berada di luar ruangan tiba-tiba hujan. Bahkan sebelum turun pun hujan itu kita hujat dengan berbagai kata, dengan keluhan "yahh mau hujan lagi". Umpatan, hujatan sebagai bentuk penyalahan menjadi hal yang wajar,padahal hujan yang hanya mengikuti perintah Nya


Betapa sedihnya sang pembuat hujan, Zat yang Maha Agung. Zat yang menciptakan mulut yang digunakan untuk mengumpat dikala datangnya hujan. Zat menjadikan hujan yang nantinya bakal menjadi kebutuhan dasar manusia. Zat yang mengatur semuanya supaya tetap seimbang.
Karena hanya tertundanya segelintir kepentingan gara-gara hujan. Pantaskah hujan menerima caci maki, umpatan, hujatan di limpahkan semuanya padanya. semua itu ? wajarkah umpatan itu melompat tiba-tiba dari mulut yang jelas-jelas diciptakan oleh Zat yang menciptakan hujan juga ? so apa yang membuat mulut memiliki derajat lebih tinggi sehingga mempunyai hak untuk mengumpat, menghujat, menyalahkan hujan yang sama-sama diciptakan oleh Nya ?

betapa Engkau maha penyayang ya Allah, begitu banyaknya cacian, makian, umpatan terhadap apa yang kau jadikan ... tapi masih Engkau berikan kesempatan kepada kami untuk memperbaiki diri... bagi kami sampai menangis darah pun belum tentu bisa memperbaiki semuanya.Tapi bagiMu tidak seperti yang kami pikirkan ya Allah, pintu tobat itu Engkau buka selebar-lebarnya mengalahkan lebar luasnya alam beserta isinya... subhanallah. Ampuni hambamu yang selalu diliputi rasa kesombongan ini ya Allah

No comments: