2/15/2004

Kasih Judul Dong

Suatu ketika waktu di SMU dulu aku melihat buku tulis kepunyaan temanku. Bagus, kesannya sangat wah dan tentunya wah juga dari segi harga. Iseng aku nanya
"buku baru ? bagus ya, harga nya berapa ?". perlahan aku memperhatikan buku dengan seksama.
"gak dijual" jawabnya cuek. "o..." aku mangguk-mangguk "harganya berapa pada saat kamu beli ?" kembali aku bertanya dengan selengkap-lengkapnya. Dia tersenyum, kali ini gak menjawab tapi diem.
"beli nya dimana sih ?" sambil ku bolak balik itu buku dan sekilas aku melihat bandrolnya belum di copot.
"ih mau tau aja, yang jelas gak ada yang jual di kota ini" dia ngomong sambil rapiin rambut di depan cermin kecil yang dia pegang."tumben gak bedakan ?" sambil melirik aku bergumam.
"trus kalo gak di kota ini beli nya di mana dong ?" aku menimang dan ku puter buku tersebut kayak muter bola basket di jari tengah. tiba-tiba dia berdiri dan dengan sigap tangannya menjangkau buku tersebut,
"e..e ini buku mahal tau ! enak aja dijadiin buat mainan, ntar jatuh kotor trus copot perniknya, mang kamu bisa ganti apa ?! sekali lagi... mahal tau !". dia berlalu pergi keluar kelas.


deg ! aku tertunduk, kuperhatikan ujung sepatuku yang robek dan jempolku terlihat mengintip diam-diam karena aku gak pake kaos kaki. maaf, aku salah. memang belum pantas aku punya buku itu, jangan kan untuk punya mendapatkan informasi harga dan dimana belinya saja belum kamu izinkan. maaf juga kalo aku nganggap buku itu seperti buku biasa, yang tak sepatutnya kuputar kayak buku yang kuselipkan di saku belakang ini.

Aku mengambil buku yang selalu ku bawa itu, semakin kusam aja. kertas pembungkusnya penuh coretan tangan, entah siapa aja yang nulis disampul buku ini. Aku tersenyum, mulai dari kata-kata indah sampe norak abis ada disana. gambar-gambar hasil goresan tangan ini juga nampang dengan gagah. Jangan ditanya isinya apa aja, semuanya ada disana mulai dari catatan pelajaran sampai daftar utang.

Perlahan aku langkahkan kakiku menelusuri koridor, kali ini sendirian. Aku telat karena ketiduran di pojok kelas, jam terakhir tadi bapak itu entah kemana. yang aku tau hanya sorakan teman-teman "horeeee !" dan itu artinya ? bebas ! yang cowok-cowok sudah belarian ke lapangan basket, sedangkan yang cewek-cewek lebih memilih ke kantin atau ngerumpi sambil duduk-duduk di bangku bawah pohon chery. Aku ? memilih menyusun 3 kursi berjejer rapi trus ngambil alas meja guru di depan dijadikan untuk bantal dan mulai lah bermimpi.
Aku bangun dan kulihat dunia begitu sepi, di kelas hanya ada 2-3 orang dan itu juga lagi beres-beres mo berangkat pulang. Aku pun gak mau ketinggalan, laper ! tadi gak istirahat ikutan jajan ... soalnya ibu itu belum ngasih duit jaitan sepatu nya kemaren. moga-moga nanti sesampainya di rumah ibu itu manggil aku dan bayar upah jahit sepatu.

Sambil jalan kuputar buku yang udah hampir 5 bulan menemaniku, dan kayaknya hanya tinggal beberapa lembar saja yang kosong. Tangan kiriku merogoh saku dan merasakan ada beberapa recehan disana, aku itung tanpa mengeluarkannya. 1, 2 ... ah cuma 400 ? naik pick up ato truk lagi deh. Ah sesekali coba nyetop mobil mewah, mau gak ya mereka ?
langkah kaki ku terus menyusuri jalan menuju gerbang, buku tadi tak henti-hentinya ku putar. Beli buku baru ah ! tapi, nah ini. sejenak aku memeras otak gimana bisa beli buku sekarang ? apalagi harganya udah pada melangit.

Tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang yang lagi asyik membaca novel di teras rumahnya. Aku perhatikan, asyik betul tapi sekilas saja perhatianku tertuju pada novel nya... dan seketika itu juga terbesit ide, ya ... nice ! aku tersenyum renyah. Beruntun ide itu menembus kepalaku, "ya, kayak nya mungkin deh" Aku mengangguk pelan. Eh ternyata si pembaca novel itu sekilas melirik keberadaanku 7 meter di depan dia yang lagi senyum-senyum sendiri dan terkadang lebih kelihatan bengong. Dia memperhatikanku, aku kaget buku yang kuputar tadi jatuh "ops".

"eh sorry mbak !" aku memungut buku di aspal, ku bersihkan dari debu sambil ku kibas-kibas dan ku tiup.
"hehehe .. " orang itu tertawa, sambil menutup mulutnya dengan novel yang barusan dia baca.
"mbak cantik sih !" kataku sambil ngeloyor pergi dengan buku tetap di kuputar lagi. seklias aku melirik ke dia ternyata dia tersipu dan kali ini wajahnya yang dia tutup dengan novel tadi. aku tersenyum "pasti tambah cantik lagi kalo gak ditutupin itu wajah" gumamku dalam hati.

Di bawah beringin itu aku berdiri menunggu tumpangan. sesekali aku sepak kerikil kecil, kaleng bekas, botol aqua kecil. Sepak... ambil lagi, tarok lagi, sepak lagi. Begitu berulang-ulang, tiba-tiba gak sengaja mataku tertuju pada sedan putih yang dari arah yang berlawanan dengan arah aku mau pulang. "nah ini dia ... !", aku bersiap-siap melambaikan tangan... dan, "huuu ... !" ternyata mobil itu belok kanan. Aku duduk di akar pohon beringin tadi, baru saja pantatku nempel dari kejauhan keliatan mobil sedan lagi, sepertinya BMW. "hm..coba ah, kapan lagi !". pas 10 meter mau menghampiri depan ku aku melambaikan tangan. "Lah kok malah cuek, blom nasib naik mobil mewah hihihi" kelihatan sekali tadi wajah gak suka dari orang yang mengendarai BMW barusan. Wanita di samping si supir juga rada mencibirkan bibir nya, "maaf mbak ngeganggu perjalanan anda berdua".

Tin..tinnn ! klakson mobil yang lain membuyarkan lamunanku setelah melihat BMW tadi hilang di kejauhan. "Nasibku itu disini ... buka di busa empuk tadi", aku ambil posisi dan melambaikan tangan. Pick up itu kelihatannya kok masih melaju kencang, oh ternyata berhenti juga tapi 100 meter dari tempat aku berdiri. Aku berlari mengejarnya, di jarak yang sudah cukup dekat mobil tersebut perlahan jalan lagi dan aku mempercepat langkahku kemudia "hap !", Alhamdulillah.

Di pertigaan itu, "kiri da...!" mobil itu melaju pelan dan aku lompat disaat mobil tersebut masih jalan. "Makasih daa..!" aku berteriak, sebuah klakson memberi isyarat "ya, sama-sama". Sejenak aku lihat baju seragam putih abu-abu ini udah pudar dan kena debu di pickup tadi. Sekarang saatnya jalan kaki, kulayangkan pandanganku ke lembah itu. Perutku berbunyi minta di isi, "sabar sayang lima kilo lagi kita nyampe". Kulangkahkan kaki sambil membayangkan apa yang dimasak oleh ibu hari ini ya ? pasti enak deh. aku menelan ludah sendiri disaat ingat "maco", sambel, kripik singkong, daun singkong rebus, dan sepiring nasi.

Bersambung ...
------------------------
ok kita lanjutkan lagi, walopun belum tidur dan mata sudah 5 watt tapi harus kerja lagi. Semoga hari ini indah ya, semoga sebentar lagi ada yang bawa nasi pecel untuk sarapan. kalo gak kita sarapannya dalam mimpi aja, gak papa kan ? ah gak papaaaaaaaa ?!!
------------------------

"kreekk" sepatu sebelah kanan robeknya makin melebar."o..ow !" aku melongo, aku periksa dan ternyata robek dibagian ujung jempolnya bertambah sebesar 1 jari. hm... dijahit gak mungkin tambah kecil ntar ruang muat ini sepatu, bisa lecet atau luka kakiku ntar. ya udahlah, aku duduk di aspal perlahan aku buka sepatu sebelah kanan kemudian yang kiri. Nyeker ! yiha... biar sehat kata dokter yang pernah ngobatin paman, sekali-sekali nginjak batu-batu aspal kecil masa tiap hari nginjak lumpur dan tanah. Tali sepatunya aku ikat anatar yang kanan dengan yang kiri. kemudian aku gantung kan di leher, berjalan pulang sambil gigit-gigit bunga rumput yang sempat ku comot tadi.

"assalamualaikummm... !", pintu aku buka. "Halooo... anibadi hummm ?" aku sedikit berteriak sambil mengarahkan kuping. "ting tong...ting tong...! es krim ..es krim !" biasanya adikku yang satu itu paling sensitif ama teriakan es krim. tapi kok gak ada suara jawaban sama sekali ya ? "ibu... ! dimanakah dirimu bunda ?! ananda sudah kembali ke pangkuan mu !" sok berpuitis sambil membuka songkok (penutup lauk di meja -red). tangan ku berhenti dulu sebelum mengangkat songkok tersebut "hayo taruhan ini ada yang dimakan ato enggak ?!" pikirku dalam hati. hei taruhan ma sapa ? ya udah tebak aja deh ini ada makanannya apa gak ?. Aku yakin ini insya Allah ada, gak mungkin ibunda tercinta seluruh jagat dunia ini meninggalkan rumah tanpa memasak makanan buat anandanya yang dicintainya pula. perlahan tapi pasti aku buka penutupnya "satu...dua...tiga... abrakadabra simsalabin !" secepat kilat aku buka penutup lauk tadi.

... bersambung
----------------
ok saatnya untuk melanjutkan kisah ini, semalem terkapar dengan sukses !
---------------

"hayo lo !" songkok tadi terangkat keatas. "ha ?" mataku terbelalak alias melotot, mulut ternganga alias melongo kayak orang bengong."gak salah nih ? mimpi gak nih aku ?" aku cubit-cubit pipiku, kucek-kucek mata teenyata apa yang kulihat gak berubah. seketika itu aku terduduk lemas di kursi meja makan sedangkan songkok tadi tertutup begitu saja sehingga menimbulkan bunyi yang rada keras "prak !".

"teng ! teng !" denting jam membuyarkan lamunanku yang baru aja disusun."udah jam 2..." aku mengangguk sambil megang perut,"huwaaaaa...!" bergegas aku ke kamar mandi, berniat, cuci telapak tangan, kumur-kumur, cuci muka, cuci tangan, kepala, kuping, kaki trus bergegas nyari sarung dan sajadah."Allahuakbar !". Gak tau pasti entah berapa menit aku melakukan 4 rakaat plus zikir barusan, hampir saja telat. "eh ini dah telat lagi gimana sih !".

Aku kembali teringat isi songkok tadi, masih saja gak percaya. Perlahan aku bangkit dan mengambil posisi berdiri dengan tangan tergadah ke atas lalu komat-kamit. Aku sendiri juga gak tau baca apa, kemudian mengusap wajah dengan 2 telapak tangan (biasanya habis berdo'a). perlahan namun pasti aku buka lagi songkok tadi.
"toooteeeettt !" aku sedikit menunduk ketika songkok terbuka.
"Aduhhh !" aku menepuk dahi.
"ah mungkin kurang khusuk nih do'anya, minta gak sungguh-sungguh kali nih". kembali ku tutup songkok tadi, trus kembali ke posisi yang tadi bersiap-siap dengan tangan menengadah keatas. kemudian komat-kamit, kali ini serius... serius banget !
"amiiiinnn ! Ok sekarang saatnya membuktikan manjur apa gak" kembali ku buka songkok tadi dan... "hei..hei..hei !" tetap aja gak berubah sama sekali.

Tanpa pikir panjang lagi aku langsung ambil wadah ikan mentah kecil-kecil sebesar 2 jari itu dan segera ke dapur. Kebanyakan do'a kapan makannya ! aku cari minyak goreng, wajan, sendok goreng, korek, dan ... ops !. Aku kaget, secarik kertas buku dengan tulisan yang indah dirangkai, kayaknya ini tulisan ibu deh. Gak ada yang nandingin tulisan ibu !

" Untuk ananda tercinta :
Ibu lagi di sawah, kalo kalian laper... itu ada ikan mentah di bawah songkok, di masak aja sekalian nasi juga. Maaf ibu gak sempat masakin kalian.
ps buat adi : Di, kalo dah makan ke sawah secepatnya ya.

ibu


O.. pantesan, aku mangguk-mangguk. Ok deh bunda tercinta, aku hormat grak ! bagaikan hormat kepada bendera. Ikan tadi kumasak walopun cuma 5 ekor dan itu pun kecil-kecil aku kebagian satu, lainnya untuk Dewi, Andi, Ina dan Ayah. Nasi ? ternyada juga gak ada. "Masakin lagee" jadilah aku koki hari ini. Semuanya selesai disaat azan ashar berkumandang, Alhamdulillah. Dewi, Andi dan Ina yang sudah dari tadi pulang aku panggil satu persatu untuk makan bareng. Ayah blom pulang, seperti yang dia bilang tadi malam "Ayah besok pulang agak telat, ada rapat di kandep". "Horeeee... ! dadi masak ni yeee !" mereka ngledek aku. Ina trus mendaratkan bibir nya dipipi ku, trus aku kasih arang di pipinya "hahahaha".
"dadi nakal !" Ina menggitik rusuk ku.
"huwaa...hahah..daww..eii, ampun deh ampunn !" aku kegelian gak karu-karuan.
"makanya jangan nakal...hihihi, eh dadi mana coklat nya ?" Ina menegadahkan tangannya, t seperti biasa nya kalo aku pulang sekolah bawain dia coklat yang harganya 100 repes per biji. bungkusnya merah dan sebesar 2 jari tangan orang dewasa.
"aduuhh..." aku nepuk dahi, "Maaf na, tadi lupa beli nya. besok dobel deh .. gimana ?" aku mengajukan jempolku minta persetujuan.
"mm..." Ina garuk-garuk kepala."tapi dengan satu syarat" katanya lagi sambil tersenyum.
"Syarat nya apa ?" jempolku kembali kutarik.
"pejamin mata deh ! dan jangan buka kalo belum ina suruh buka ya" katanya kembali tersenyum menahan tawa.
"ok deh !" aku memejamkan mata dan rasanya kok lama ya ? perasaan nih ina gak da di depan lagi, sesekali aku intip ternyata bener. lah kemana nih anak ? tiba-tiba aku mendengar suara kaki mendekat. cepat-cepat aku tutup mataku lagi.
"hayoo ngintip yaahh"
Aku tersenyum saja dan gak menjawab.
"Diem ya dadi dan jangan buka matanya" sejenak aku merasakan tangannya seperti menggores di wajah ku. nah apa nih ? bener aku bingung, mo di apain nih aku ? setelah beberapa saat.
"dah sekarang buka deh matanya setelah hitangan ketiga, satu...dua...tiga...trataaa !"
aku membuka mata, dan "haaa .... hua hahahah ha ha ha ha !" aku kaget bercampur dengan tawa. Ina pun gak kalah ngakak juga.
"nakal ya !" aku meraih Ina tapi dia udah duluan kabur ke meja makan, Kemudian aku pun beralih ke meja makan dimana Andi dan Dewi sudah dari tadi duluan dan sekarang mereka entah berada di mana, UKTP juga nih anak berdua "udah kenyang trus pergi" untung piring bekas mereka langsung dicuci. Sejenak aku memperhatikan meja makan "lho kok ?!" Aku melongo. Sedangkan Ina cuek aja duduk di depan meja makan, menuangkan nasi ke piring nya. Ina heran melihat aku seperti orang kaget. "ada apa dadi ?" tanya dia.

...bersambung lagi

No comments: